Desain Grafis Indonesia

Desain Grafis Indonesia

Fostering understanding among Indonesian graphic designers and its juncture in art, design, culture and society

Honeymoon Traveller - Section 1

by Pritha Ayodya

Photography by
Pritha Ayodya & Nova Dhana Santosa

Edited by
Shinta Dhiyanti Putri

SECTION 1

Our Journey at Amsterdam

 

City of Amsterdam

Jakarta. 171210

Akhirnya setelah menyelesaikan setumpuk deadline (yang bahkan baru selesai H-1 sebelum keberangkatan), akhirnya saya dan suami mempersiapkan diri untuk perjalanan travelling kami setelah hampir dua tahun membina rumah tangga. Ya, niatnya sih untuk honeymoon. Dan kali ini tujuan kami adalah Eropa, khususnya Belanda, London (UK) dan Paris.

Petualangan seru selama 3 minggu ke Eropa pun kami rencanakan jauh-jauh hari di sela-sela deadline yang menerpa. Dan akhirnya setelah melewati perjuangan mendapatkan visa, dan menyiapkan dokumen perjalanan yang memusingkan, akhirnya kami berhasil mendapatkan kepastian untuk berpetualang ke Eropa. Kami pun berniat travelling ala backpackers dengan satu tujuan: bisa tidur nyenyak tanpa gangguan deadline :-)

Dan karena kami berdua orangnya males repot, jadilah kami hanya menyiapkan sepasang backpack 80L, baju sekedarnya, baju hangat, sleeping bag, novel Musashi (bawaan paling gak penting-seberat 3 kg) dan tas foto. Ya, inilah harta kami satu-satunya. Kami ingin mengabadikan kebersamaan kami dengan selembar foto. Walau terlihat sepele, ini hal yang berarti bagi kami yang sehari-harinya disibukkan oleh deadline dan dinamika kantor yang selama 5 tahun ini kami rintis. Inilah salah satu reward terhadap diri kami sendiri setelah sekian lama.

Setelah menyelesaikan urusan kantor, merapikan macbook dan mengecek kembali barang bawaan kami, akhirnya kami berangkat menuju airport Soekarno Hatta. Hari itu kami berangkat malam, dan paginya kami masih sempat menyelesaikan satu deadline, ke salon untuk potong rambut dan pijat refleksi. Lumayan mengendurkan otot-otot yang menegang setelah deadline kemarin, lagian kami kan mau liburan, jadi sekalian lah biar fresh dikit hehe :-)

Ya, inilah salah satu yang sering diprotes orang sekeliling kami, kami selalu bekerja dan bekerja, tanpa melihat batas waktu, bahkan kami tetap mengerjakan deadline sehari sebelum pernikahan kami haha :-) yes, we are a workaholic person. Why? because we love our job! tapi ada saatnya kita berlari dan berhenti untuk sesaat. Nah inilah saat yang tepat untuk kami berhenti sejenak dan menikmati hidup.

Tiket promo dari salah satu maskapai penerbangan, rencana kami punya anak, dan mulai menata hidup sepertinya datang bersama di saat yang tepat. Bukannya untuk gaya-gayaan pergi keluar negeri, tapi kami hanya ingin rehat sejenak dari hiruk pikuknya kota Jakarta. Dan akhirnya tiba waktunya kami berangkat dan meninggalkan Jakarta. Kami berangkat pukul 20.00 wib dan akan tiba keesokan harinya di Amsterdam. So, its time to have a good time! Goodbye deadlines & meetings!!! woohooo :-)

Amsterdam. 181210

Setelah 14 jam di pesawat, kami akhirnya sampai di Schiphol Airport. Setelah sejenak meluruskan kaki, saya mengamati para penumpang yang lain, kebanyakan sih keluarga ataupun rombongan tur, ada juga ibu-ibu yang ketauan banget niatnya belanja di Eropa. Wah, siapa bilang Indonesia miskin? hehe :-) Kalau kami sih keliatan banget bedanya, sepasang suami istri lusuh dengan lingkaran mata menghitam khas desainer grafis kalau lagi deadline :-) Tapi walau lelah, dengan riang kami menuju keluar dan sudah tak sabar menikmati indahnya hamparan salju diluar.

Amsterdam. 181210. Badai Salju

Paling enggak itu niat awalnya, sampai akhirnya kami terbelalak tak percaya bahwa ada badai salju terbesar sepanjang 20 tahun terakhir!!! Plak. Rasanya saya ditampar seketika. Sesampainya di Amsterdam pun mulai muncul masalah satu per satu. Paspor Nova ternyata kurang dari minimal waktu yang ditentukan. Harusnya masa expired paspor 6 bulan sebelum kami bepergian. Tapi ini cuma 5 bulan.

Yahhh… padahal kurang 1 bulan!!! Dengan langkah gontai dan tampang pasrah, kami cuma bisa berdoa, ya mudah-mudahan saja para petugas disana lagi baik. Untungnya kami masih diberkati Tuhan untuk melanjutkan perjalanan ini, akhirnya Nova lolos dan kami pun menuju tempat pengambilan barang.

Lalu, ada masalah lain, backpack kami tidak bisa dikeluarkan dari pesawat karena timbunan salju. Pilihannya hanya dua, menunggu dengan waktu yang tidak ditentukan, atau mengirim backpack kami ke hotel yang akan memakan waktu 3 hari!!! Hah! Yang bener aja, saya cuma pakai sweater tipis, dan semua peralatan kami ada di backpack itu.

Saya pun melihat sekeliling, sembari mencari inspirasi apa yang harus kami lakukan selanjutnya, ada yang protes, ada yang tertidur, dan ada pula yang tampak pasrah dengan tatapan mata nanar. Hingga saya tersentak oleh teriakan orang di sebelah saya.

Yeah, welcome to Holland guys!

Schiphol Airport

Schiphol Airport @ Amsterdam. 191210

Dan akhirnya, setelah menunggu sekian lama, kami pun mendapatkan backpack merah hitam kesayangan kami. Sembari mengeluarkan baju hangat, topi dan sarung tangan, kami melangkah menuju pintu keluar Schiphol Airport.

Schiphol Airport yang sekarang sungguh menarik dan praktis, Sewaktu saya kesini 15 tahun lalu, airport ini masih belum terhubung dengan transportasi yang ada. Tapi sekarang, sudah ada jalur khusus apabila kita ingin langsung menggunakan bus, ataupun trem. Signage nya pun jelas, sehingga kita tidak perlu repot-repot mencari.

Dan yang menarik, airport ini terhubung dengan mall khusus yang diperuntukkan bagi mereka yang harus menunggu keberangkatan maupun kepulangan pesawat. Bagi saya, Schiphol Airport sangat modern, rapi dan menarik.

Ingin rasanya berpetualang naik trem menuju hotel, tapi karena kami terlalu lelah, jadi kami memutuskan naik taksi dan langsung menuju ke hotel. Supir taksi yang kami tumpangi sangat baik dan ramah. Sepanjang perjalanan pun dia menceritakan akan parahnya musim dingin tahun ini. Dan sialnya, inilah musim dingin terparah setelah 20 tahun terakhir! Waduh… tapi gak apalah, yang penting kami bisa menikmatinya.

Slotania Hotel, Amsterdam

Amsterdam. 191210 (1)

Amsterdam. 191210 (2)

Amsterdam. 191210 (3)

Akhirnya setelah setengah jam kami sampai juga di hotel Slotania, sebuah hotel kecil di pinggiran Amsterdam. Kami disambut langsung oleh pemilik hotel yang ramah dan dipersilahkan ke kamar yang sudah disediakan. Kamar kami terletak di lantai 2, dan mempunyai jendela yang mengarah langsung ke jalan raya. Setelah merapikan barang, saya pun membuka jendela dan terpaku sejenak. Sepi namun indah. Keheningan seperti inilah yang sudah lama saya dambakan. Paling hanya segelintir orang yang lalu lalang menuju black market yang ada di seberang jalan. Ya, disini tidak ada mal seperti di Jakarta. Paling hanya satu supermarket dan beberapa toko kecil.

Dan setelah beberapa lama terpaku, perut saya mulai tak bisa diajak kompromi. Selain keinginan yang begitu besar untuk menjajal pasar black market (saya lebih suka ke pasar daripada ke mal yang barangnya itu-itu saja), saya pun harus membeli beberapa roti untuk makan malam kami. Dan akhirnya setelah berkeliling, saya pun memutuskan untuk berbelanja makanan di market depan hotel. Saya membeli roti, pudding coklat dan minuman. Sehabis itu kami menyempatkan menyeruput coklat panas dan croissant di sebuah kafe. Hmm… ini baru namanya menikmati hidup!

Setelah coklat panas saya habis, kami pun berkeliling market sembari melihat barang-barang diskon akhir tahun. Saya tertarik dengan sepatu boots seharga 20 euro, tapi ah nanti saja pikir saya, toh saya masih ada waktu. Jadilah kami mencari kartu telepon untuk berkomunikasi dengan keluarga di Jakarta. Dan kami pun menemukan kios telepon tak jauh dari market dan membeli satu kartu Lebara Mobile seharga 10 euro dan gratis 10 euro, lumayann.. hehe :-)

Setelah mengobrol sedikit dengan si pemilik toko dan menanyakan dimana kami bisa membeli nasi (aduh perut Indonesia banget ya), kami pun menyusuri jalan yang makin dipenuhi salju, Wuihh… dingin sekali malam ini. Dan kami pun menyusuri jalan yang diberitahu sang pemilik toko, kalau 10 menit dari jalan itu kami akan menemukan foodcourt. Dan setelah menyusuri jalan selama lebih dari 10 menit, kami pun mulai lelah dan tak juga menemukan foodcourt yang dimaksud.

Akhirnya kami pun termangu, jangan-jangan maksudnya 10 menit pakai trem kali ya? Bukan jalan kaki..hahhaa :-) Beruntunglah, tak berapa lama kemudian, kami menemukan KFC di sudut jalan. Saya pikir ah pasti ada nasi dong ya, jadilah dengan pedenya saya masuk dan bilang “Can I have a rice?“ dan disambut dengan tatapan nanar penjualnya. “Theres no rice maam, we only sell chicken” hahahaha :-) aduhhh… malunya… Dan setelah tersipu malu kami pun membeli sekeranjang penuh fried chicken dan french fries.

Sekembalinya dari KFC kami pun menyusuri jalan dan menuju ke hotel. Setelah melewati satu mobil yang terpelintir karena licinnya salju, kami pun sampai ke hotel. Dan kami pun terbelalak, di sebelah, ada kios makanan ala KFC yang juga menjual ayam dan kentang, dan di sebelahnya lagi ada kios telpon. Aduhhh… tau gitu ngapain jalan kaki sampai jauh? Yahh… Sesampainya di kamar kami pun mulai membersihkan badan dengan air hangat dan siap-siap untuk tidur. Fiuh… what a day! Dan kami pun tak sabar untuk memulai petualangan esok hari!

Amsterdam. 191210

Slotenia hotel, Amsterdam. 191210 (1)

Slotenia hotel, Amsterdam. 191210 (2)

Kami bangun pada pukul 09.00 dan bersiap-siap untuk makan pagi, karena batas makan pagi hanya sampai pukul 11.00, kami pun bergegas menuju lantai 1. Di ruang makan sudah disiapkan makan pagi telur rebus, roti, mentega, keju, ham, yoghurt, berbagai macam jus dan susu. Berhubung perut saya Indonesia banget, jadilah saya hanya makan roti panggang, telur dan susu.

Dan setelah kenyang, kami pun bertanya kepada resepsionis bagaimana cara kami menuju kota. Dan ternyata mudah sekali! Di depan hotel persis halte GVB, transportasi trem di Amsterdam (di Belanda transportasi di tiap kota berbeda) dan kami pun bisa membeli tiket di dalamnya. GVB sangat praktis dan ada seorang penjaga di dalamnya, dimana kita juga bisa membeli tiket, baik tiket sehari atau hanya one way. Untuk tiket 24 jam seharga 7 euro, dan kalau 1 jam seharga 2.4 euro. Kita harus menjaga tiket ini baik-baik, karena setiap kali naik dan turun trem, kita harus menekan kartu ke mesin trem. Kalau tidak, kita akan di denda sebesar 50 euro!

Karena kami belum tahu kami akan pulang jam berapa, maka kami membeli tiket one way seharga 2.4 euro. Dan saya sangat tertarik akan tiket kereta ini, dengan bentuknya yang sederhana, namun cukup menarik dan Amsterdam banget. Warna biru yang menjadi ciri khas Belanda (di Schiphol Airport juga dominan warna biru) menjadi warna dasar pada desainnya. Dan di bagian depannya, ada gambar bangunan-bangunan tua khas Amsterdam dan trem GVB yang sedang melintas di depannya. Logo GVB juga sangat menarik. Dengan bentuk yang simple namun eye catching, cukup membuat orang teringat akan image perusahaan transport ini. Ya, bentuk yang eye catching tidak perlu ribet kan? Dengan warna biru, makin menguatkan image bahwa inilah transportasi dalam kota Amsterdam.

Damrak, Amsterdam

Damrak, Amsterdam. 191210 (1)

Damrak, Amsterdam. 191210 (2)

Dan setelah 20 menit, kami pun sampai di Damrak, pusat dari kota Amsterdam. Damrak terkenal dengan bangunan-bangunan indahnya, disana ada Madame Tussaud Museum, Keukenhof Mall, sederetan kios makanan yang menawarkan kentang super besar dengan mayones diatasnya, H&M butik, pohon natal raksasa, dan beberapa travel yang menawarkan water cruise dan travel keliling Amsterdam.

Bahkan pada saat perayaan tahun baru, Damrak adalah pusat orang untuk menonton kembang api yang kabarnya mencapai biaya hingga puluhan juta dollar!!! Walau begitu, daerah ini tampak kecil bila dibandingkan dengan daerah pertokoan di Jakarta dengan lalu lintasnya dan gedung-gedungnya yang menjulang tinggi. Tempat ini begitu bersahaja, dengan bangunan tuanya yang tetap dirawat dengan indah. Ditambah dengan pohon natal raksasa dan pernak-pernik natal makin menambah semarak kota ini.

Madame Tussaud

Madame Tussaud, Amsterdam . 191210

Dan pilihan pertama kami adalah ke Madame Tussaud. Setelah mengantri dan membeli tiket seharga 21 euro, kami pun melangkah masuk dan menikmati indahnya patung-patung lilin disana. Madame Tussaud adalah museum lilin tokoh-tokoh dunia yang terkemuka. Yang paling menarik perhatian saya adalah patung lilin Nelson Mandela yang memakai batik! Wah, kalau benar itu batik Indonesia, patutlah saya berbangga menjadi orang Indonesia kan? Setelah berkeliling, kami pun melangkah keluar dan mulai menyusuri McDonald sembari mencoba burger seharga 1 euro. Setelah kenyang, kami pun mulai menyusuri jalan dan menemukan travel yang banyak dikunjungi orang.

Tours & Travel adalah salah satu travel terkenal di Amsterdam, salah satu yang terbaik dan mempunyai program travel yang lengkap. Selain staff disana yang ramah, kami pun mendapat harga yang tidak terlalu mahal untuk tour keliling Belanda. Dengan harga 50 euro/orang, kami pun mendapat paket tour keliling plus bonus water travel mengelilingi Amsterdam. Setelah menyelesaikan pembayaran, dan mengambil tiket, kami pun kembali menyusuri jalan sembari melihat-lihat toko souvenir di sepanjang jalan.

Dan pilihan saya pun jatuh pada penutup kuping bulu yang dijual seharga 5 euro. Ya, akhirnya kami membeli sepasang, merah untuk saya, dan hitam untuk Nova. Dan setelah membayarnya, kami pun bergegas menuju halte GVB dengan memakai penutup kuping yang lumayan membantu menghalau udara dingin yang menusuk.

Setelah menunggu 5 menit, dan berfoto di bawah pohon natal raksasa, kami pun naik GVB menuju hotel. Walau lelah, kami pun senang karena berhasil mendapatkan tiket tur untuk esok hari. Ya, kami harus cepat tidur, karena besok jam 8 pagi akan dijemput oleh pihak travel di hotel dan menuju Damrak. Wah, jadi gak perlu naik turun trem lagi, yay cant wait for tomorrow!!!

Amsterdam. 201210

Marken–Volendam. 08:00

Marken–Volendam. 201210 (1)

Marken–Volendam. 201210 (2)

Marken–Volendam. 201210 (3)

Akhirnya saat yang dinantipun tiba. Pukul 08.00 pagi kami dijemput oleh pihak tour menuju Damrak, dimana rombongan tur berkumpul. Dan pada pukul 08.15 kami pun berangkat menuju Marken, Volendam untuk menikmati pemandangan pedesaan dan rumah-rumah khas Belanda yang unik, serta windmills yang menjadi keunikan tersendiri.

Zaanse schans. 09:00

Zaanse schans. 201210 (1)

Zaanse schans. 201210 (2)

Zaanse schans. 201210 (3)

Setelah perjalanan 1 jam dari Damrak, kami pun sampai di Zaanse schans dimana kami bisa melihat windmills di tengah hamparan salju yang luas. Ditengah keheningan seperti ini, jiwa saya rasanya entah terbang kemana. Di tengah keriuhan orang yang ramai membeli souvenir, saya melangkah kearah sepatu raksasa berwarna kuning di luar dan terdiam sesaat. Sungguh indah sekali pemandangan di depan saya ini. Inilah yang saya cari selama ini. Keheningan dan keindahan yang menusuk hati. Ah, indahnya hidup…

 

Shoes maker @ Zaanse schans. 09:30

Souvenir @ Zaanse schans. 201210 (1)

Souvenir @ Zaanse schans. 201210 (2)

Souvenir @ Zaanse schans. 201210 (3)

Souvenir @ Zaanse schans. 201210 (4)

Setelah puas menikmati windmills, kami pun berkunjung ke tempat pembuatan sepatu khas belanda. Disini kami diperlihatkan bagaimana cara pembuatannya langsung. Sangat menarik!!! Dan yang saya kagum, alangkah bangganya negeri ini akan budayanya, dan membuatnya menjadi daya tarik bagi wisatawan. Semua hal khas Belanda seperti rumah, kincir angin pun tetap dilestarikan hingga sekarang.

Zuiderzee (now called Ijselmeer) 10:00

Ijselmeer. 201210 (1)

Ijselmeer. 201210 (2)

Ijselmeer. 201210 (3)

Setelah dari pembuatan sepatu, kami pun menuju ke pedesaan nelayan yang terkenal dengan nama Zuiderzee (now called Ijselmeer). Disini saya terpaku akan indahnya rumah-rumah kecil khas Belanda yang tetap dijaga keasliannya.

Ijselmeer. 201210 (4)

Ijselmeer. 201210 (5)

Pedesaan ini sangat kecil namun indah. Inilah rumah pedesaan khas Belanda yang tetap sama dari dulu hingga sekarang. Saya terpaku dan tak kuasa untuk tidak mengabadikan rumah-rumah kecil itu. Saya pun menyusuri jalan setapak dan melewati rumah demi rumah. Ada gereja kecil berwarna coklat muda, sedikit mobil, dan kicauan burung yang menemani saya menyusuri desa ini. Sepi dan hening, namun indah.

Daerah ini makin sepi karena sudah banyak yang merantau ke kota besar seperti Amsterdam. Yang terlihat hanya beberapa anak kecil dan orangtua. Ada beberapa anak kecil yang sedang bermain papan seluncur di halaman belakang rumah, dan ada seorang nenek tua sedang menikmati secangkir teh berwarna pink di ruang tamu.

Ijselmeer. 201210 (6)

Ijselmeer. 201210 (7)

Ijselmeer. 201210 (8)

Sungguh damai rasanya. Ingin rasanya saya disini lebih lama. Dan saya pun termangu sebentar di dekat jembatan yang membeku. Hhh… ingin rasanya waktu berhenti disini… Dan tanpa saya sadari, rombongan sudah berjalan jauh meninggalkan saya! Wups, inilah saatnya mulai bergerak menuju tujuan berikutnya yaitu cheese farms.

Cheese farms. 11: 00

Cheese Farm. 201210 (1)

Cheese Farm. 201210 (2)

Cheese Farm. 201210 (3)

Selain windmills, Belanda pun terkenal akan kejunya. Dan disinilah tempat tujuan saya berikutnya. Setelah setengah jam perjalanan, kami pun sampai di cheese farm, dimana kami disambut oleh seorang ibu tua yang ramah dengan memakai pakaian khas belanda. Dengan ramah dan diselingi canda tawa, beliau menjelaskan bagaimana cara membuat keju secara tradisional. Inilah resep rahasia turun temurun yang dilestarikan hingga sekarang. Setelah itu, kami pun dipersilahkan mencicipi berbagai macam rasa keju, saya mencoba keju rasa pedas! I’m not big fan of cheese, but I really like this one! Sungguh menyenangkan!!!

Volendam. 12: 00

Volendam. 201210 (1)

Volendam. 201210 (2)

Akhirnya kami sampai di sebuah daerah pedesaan yang sering juga dikunjungi turis dari berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. 20 tahun lalu saya pernah mengunjungi tempat ini, dan sekarang pun rasanya tak banyak yang berubah. Suasana pedesaan yang sepi, toko souvenir yang semarak di kanan kiri jalan, dan rumah-rumah kecil yang unik dan sederhana.

Sembari menikmati sekeliling, kami pun menyempatkan diri berfoto bersama dengan pakaian khas Belanda. Disini banyak sekali orang Indonesia yang menyempatkan diri berfoto bersama, bahkan kartu nama tokonya pun ditulis dalam bahasa Indonesia. Sembari menunggu foto kami jadi, kami pun melihat toko souvenir di depan dan membeli sebuah gantungan kunci yang lucu :-)

Tak berapa lama, pemandu kami mengisyaratkan bahwa kami harus segera kembali ke bus. Dan ternyata foto kami belum jadi!!! Argghhh… bagaimana ini? Akhirnya setelah memohon-mohon kepada pemilik toko –seorang perempuan cantik yang fasih berbahasa Indonesia– kami pun mendapatkannya. Sambil menenteng foto seharga 20 euro dan fotonya gak banget itu –tapi kalo gak foto kok rasanya gak genah– kami pun berlarian menuju bus, karena pemandu kami sudah wanti-wanti kalau kami telat kami akan ditinggal, bahkan walau telat 5 menit!

Buat saya yang buta arah, sempat kebingungan mencari dimana letak bus parkir (karena posisinya beda pada saat kami turun tadi). Akhirnya saya celingukan, untungnya saya ketemu turis Korea yang bersama kami dalam tur. Akhirnya kami bersama menuju tempat bus. Setelah berlarian di tengah salju yang cukup tebal dan hampir terpeleset beberapa kali, akhirnya kami sampai. Untunglah kami tidak ditinggal rombongan fiuhh… what a day!!!

Amsterdam City Tour. 14:00

City of Amsterdam. 201210 (1)

City of Amsterdam. 201210 (2)

City of Amsterdam. 201210 (3)

Setelah 1 jam perjalanan kami pun sampai kembali di Amsterdam, dan pada pukul 14.30 kami bersiap kembali untuk mengikuti city tour yang sudah disediakan. Karena kami mengambil city tour yang hop-on-hop-off, kami bebas turun dan naik sesuai tempat yang ditentukan. Tapi karena terlalu capek dan hari pun beranjak sore, kami pun memilih mengikuti bus berkeliling Amsterdam.

Kami pun terpana, gedung-gedung yang tua namun tetap dijaga kelestariannya dengan baik. Serasa kembali ke masa lalu dengan gedung dan rumah tua di sekeliling kami, warna coklat tua dan merah bata yang mendominasi, dan berbagai tempat yang menarik untuk dikunjungi. Kami pun mengelilingi Royal Palace, National Monument, Skinny Bridge, Albert Cuyp Markt, dan deretan rumah-rumah kuno yang indah di sekeliling kanal. Sayang, saya tak sempat turun di Anne Frank House, rumah asli dimana Anne Frank tinggal dan bersembunyi dari kejaran Nazi.

City of Amsterdam. 201210 (4)

Duuhh… apa daya badan tak bisa berkompromi lagi dan saya hanya terpaku pada saat bus melewati rumah kecil yang legendaris itu. Tapi tak apalah, yang penting hari ini kami sudah puas berkeliling dan mendapatkan beberapa foto yang menarik :-) Setelah menyeruput coklat panas yang sudah disediakan, kami pun istirahat sejenak di pemberhentian yang terakhir sembari menunggu bus berikutnya datang. Dan tak berapa lama kemudian kami pun sampai ke Damrak. Karena sudah malam, kami pun tidak mengikuti canal cruise yang disediakan, toh tiketnya masih berlaku hingga kami pulang nanti. Ya sudahlah, akhirnya kami mencari makanan karena perut mulai keroncongan. Yah, dan kami beruntung menemukan restoran sushi kecil tak jauh dari tempat pemberhentian bus. Yeah!!!

Udon dan Nasi

Spicy Udon @ Damrak. Amsterdam. 201210

Setelah memesan 1 porsi besar udon, unagi rice (ya akhirnya saya menemukan nasi), segelas bir dan segelas ocha panas untuk menghangatkan badan, kami pun mulai membicarakan rencana esok hari. Karena badai salju yang parah, banyak maskapai penerbangan yang tidak berjalan seperti biasanya. Dan karena itulah kami harus memutar otak untuk mencari transportasi yang aman untuk menuju London, UK. Tak ada pilihan lain selain naik bus, walau akan memakan waktu 8 jam. Tapi apa boleh buat kan?

Setelah tanya sana sini, akhirnya kami menemukan kantor bus eurolines, yang menyediakan perjalanan ke London. Tak jauh dari Damrak Central, kami menemukan kantor Eurolines. Tapi sayangnya, waktu itu sudah tutup dan kami harus kembali keesokan paginya. Fiuh… :(

I amsterdam

Sembari berjalan pulang, kami pun melewati Damrak central yang meriah oleh pohon natal raksasa dan beberapa orang yang lalu lalang. Kami pun melewati statue I AMSTERDAM, sebuah statue yang menarik dan sangat besar. Promosi I AMSTERDAM ini mungkin seperti I love NY ya, semacam positioning dan promosi sebuah kota.

Promosi ini sangat menarik, baik dari segi warna maupun bentuknya. Positioning kata I AMSTERDAM ini pun sangat menarik. I am yang berarti saya merupakan perwujudan kebanggaan mereka sebagai warga kota Amsterdam. Dan “am” nya diteruskan menjadi Amsterdam. Suatu konsep yang sederhana namun mengena. Warnanya pun simple, hanya putih dan merah. Saya sempat bertanya sih, kenapa merah ya? Bukannya oranye warna khas Belanda? Tapi ya sudahlah, mungkin desainernya punya konsep kuat hingga dipakai warna merah. But for all, this is a great promotion!!!

Suasana pembuatan iklan promosi I Amsterdam @ Damrak. Amsterdam. 201210 (1)

Suasana pembuatan iklan promosi I Amsterdam @ Damrak. Amsterdam. 201210 (2)

Ciri khas desain Belanda yang simple, conservative yet modern inilah yang menjadi daya tarik. Interesting!!! Dan kebetulan pada saat itu sedang ada iklan untuk promosi I AMSTERDAM yang terletak di depan sebuah museum ini. Saya pun menyempatkan diri menontonnya, iklannya simple, hanya ada beberapa remaja yang bernyanyi diantara huruf I AMSTERDAM yang superbesar itu. Lampu jalan yang temaram dan background gedung (kalau tidak salah gedung pemerintah) dan museum menambah hangat suasana. Yeah, this is Amsterdam!!! Konsep yang kuat, sederhana namun menarik.

Damrak. Amsterdam. 201210 (1)

Damrak. Amsterdam. 201210 (2)

Sembari melihat indahnya gemerlap kota Amsterdam di waktu malam, kami pun berjalan menuju GVB station yang tak jauh dari Damrak Central. Di ujung jalan yang kami lalui, ada seorang pengamen yang memakai kostum Scream. Hey, ini bukan Halloween kan? haha :-) sembari menertawakan si pengamen itu kami pun siap menaiki kereta yang pas datang pada saat kami sampai di station. Yeah, hari ini cukup melelahkan tapi sekaligus menyenangkan!

Slotania Hotel, Amsterdam

Dan akhirnya kami pun sampai ke hotel dan disambut ramah oleh pemilik hotel. “Do you have a good time? “serunya. “Yeah, thank you for the help sir,“ seru kami sembari berjalan menuju ke lantai atas. Sembari merebahkan diri dan menyiapkan air hangat untuk mandi, rasanya hari ini lebih dingin daripada kemarin atau karena badan kami yang lelah ya? Entahlah, tapi yang penting kami sudah melewati hari yang menyenangkan dan kami pun harus bersiap diri untuk esok hari karena kami harus mencari tiket bus menuju London, UK.

Sebelum tidur, saya menyempatkan diri online dan menghubungi teman saya, Vinny, di Den Haag. After 10 years (or more) we will meet each other. I can’t imagine that. Vinny ini teman balet saya dulu, dan juga sepupu sahabat karib saya, Renny yang sekarang tinggal di New York. Setelah bertukar kabar, kami pun sepakat bertemu esok malam di apartemen Vinny di Kneuterdijk, The Hague (Den Haag). Setelah itu saya pun menyempatkan diri menyiapkan barang yang akan kami bawa ke London dan beberapa barang yang kami titipkan di tempat Vinny. Setelah itu kami pun pergi tidur. Fiuh.. .what a day!!!

Amsterdam. 211210

Damrak, Amsterdam

Kami bangun pada pukul 09.00 dan membawa telur dan roti untuk perbekalan di jalan. Setelah menunggu GVB datang, kami pun menuju kantor Eurolines di Damrak. Tak lama setelah itu kami pun sampai dan langsung menuju kantor Eurolines yang jaraknya hanya 5 menit dari pemberhentian GVB. Karena masih pagi, kami menunggu sampai Eurolines buka jam 11.00.

Beruntunglah kami karena mereka ternyata buka lebih cepat dari biasanya. Kami langsung membeli 2 tiket menuju London seharga 53 euro yang berangkat esok malam. Okay, that’s not a bad idea, jadi kami masih sempat ke tempat Vinny malam ini dan tak terlalu terburu-buru keesokan harinya. Setelah membeli tiket, kami pun berkeliling Damrak sembari melihat-lihat museum dan toko-toko souvenir di sekitarnya.

Canal Cruise

I really love this bridge! Amsterdam. 211210

Masih ada tersisa waktu cukup banyak sampai janji makan malam kami dengan Vinny. Akhirnya kami pun mengikuti canal cruise yang tak sempat kami ikuti kemarin. Setelah menunggu cukup lama dan ditemani dengan sekantong besar kentang goreng plus mayonnaise, kami pun mulai mengikuti canal cruise ini. Karena Belanda adalah negara yang dikelilingi oleh air, maka kebanyakan transportasi disini menggunakan kapal. Sungguh menarik dan menyenangkan!

Kami pun berkeliling dan menikmati bangunan-bangunan tua di sepanjang kanal. Sebenarnya kami sudah melihatnya kemarin pada saat kami berkeliling dengan bus. Tetapi rasanya beda pada saat kami berkeliling memakai kanal ini. Hanya ada 4 orang di kapal, dan rasanya sunyi sekali diantara kanal dan sungai yang membeku. Indah… saya hanya bisa berkata dalam hati. Di tengah riuhnya big sale dan keramaian natal di kota, sungguh suatu kenikmatan tersendiri berada di tempat yang hening seperti ini.

Amsterdam. 211210 (1)

Amsterdam. 211210 (2)

Amsterdam. 211210 (3)

Kneuterdijk. The Hague (Den Haag)

 

Setelah 1 jam, kami kembali ke Damrak dan bersiap menuju tempat Vinny di The Hague. Tak jauh dari tempat pemberhentian canal cruise, kami menuju ke Amsterdam Central Station, dan mengantri untuk membeli tiket ke The Hague. Setelah membeli tiket seharga 15 euro, kami pun berangkat menuju Den Haag. Setelah masuk kereta, dan melewati beberapa pemberhentian, kami curiga kok gak nyampe-nyampe ya? Setelah bertanya ke mbak-mbak modis di depan kami, ternyata kami salah naik kereta!!! Aduhhhhh… karena tujuan ke Den Haag ada 2 jurusan, yaitu HS dan CS. Jadilah kami bingung padahal sudah ada keterangannya di pemberhentian pertama tadi. Hehe gak apalah namanya juga orang baru hehe :-)

Kneuterdijk. Den Haag. 211210 (1)

Kneuterdijk. Den Haag. 211210 (2)

Akhirnya di pemberhentian berikutnya kami turun dan menunggu kereta berikutnya datang. Tak lama kemudian kereta pun datang dan kami pun menuju ke The Hague. Karena salah kereta, saya pun menelpon Vinny untuk makan malam duluan karena sepertinya kami akan telat. Dan benar, sekitar jam 10 kami baru sampai di The Hague dan harus naik bus 22/24 menuju Kneuterdijk.

Setelah membayar sekitar 2 euro seorang, kami masuk ke dalam bus yang datang setiap 5 menit sekali ini. Tak lama kemudian kami sampai di Kneuterdijk dan mencari restoran Indonesia yang menjadi patokan saya untuk menuju tempat Vinny. Setelah melewati gundukan salju yang lumayan tebal, kami sampai ke tempat Vinny. Karena sudah malam, daerah sekitar situ sangat hening dan senyap, ditambah dengan turunnya salju yang menambah badan saya menggigil kedinginan. Akhirnya setelah saya menelpon Vinny, kami pun menuju ke apartemen Vinny di lantai 4. Fiuh… dengan tertatih-tatih kami menuju ke atas. Dan kemudian disambut dengan senyuman Vinny setelah sekian tahun tak berjumpa.

Setelah ngobrol semalaman, menitipkan barang dan memberikan sambal belibis kesukaan saya – yang disambut dengan riang gembira oleh Vinny :-) - kami mengiyakan tawaran Vinny untuk bermalam di apartemennya malam ini. Toh kereta sudah tak ada yang jalan lagi, dan ada 1 kamar kosong karena housemate-nya vinny sedang liburan. Jadilah kami menempati kamar di sebelah kamar vinny hingga esok paginya. Butiran salju yang semakin deras mengiringi tidur kami malam itu. Hhh… what a day!!!

Kneuterdijk. The Hague (Den Haag). 221210

Kneuterdijk. Den Haag. 211210 (3)

Setelah semalaman meringkuk kedinginan karena salju tadi malam, kami pun bangun jam 06.00 pagi dan pamit pulang ke Vinny. Tak lupa saya bertanya, “Mau nitip apa Vin, dari London?“ “Pajangan kulkas!” seru Vinny sambil terkantuk-kantuk. Haha kirain mau nitip apaan ternyata pajangan kulkas. Sambil terkekeh dan berpamitan, kami pun menuju keluar apartemen. Suasana diluar masih sepi sekali, dan terlihat gundukan salju disana sini. Kami pun melewati jalan kecil yang mirip seperti jalan pintu setengahnya Harry Potter dan menuju halte bis.

Setelah menunggu setengah jam, kami naik bus menuju Den Haag Central Station dan langsung naik kereta menuju Amsterdam Central Station. Di dalam bus sudah penuh sesak orang-orang yang berangkat menuju aktivitasnya masing-masing. Ada bapak-bapak necis dengan longcoat hitam sembari membaca koran terbitan hari ini, ada juga wanita modis berpakaian merah yang berdiri karena gak dapat tempat duduk.

Dan beruntungnya saya karena masih ada satu kursi tersisa. Saya pun merebahkan punggung dan menghela nafas. Ya, perjalanan kami masih panjang, karena kami harus naik GVB dulu setelah sampai di Central Station untuk menuju hotel.

Slotania Hotel, Amsterdam

Setelah sampai hotel, waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi. Kami pun bergegas ke kamar dan menyiapkan diri untuk berangkat ke London. Setelah selesai packing dan berhasil memangkas barang bawaan kami hingga separuhnya, kami pun mandi dan bersiap untuk makan pagi. Pagi ini kami agak santai karena semua urusan sudah beres. Dan setelah menyantap telur dan roti, kami pun mengambil backpack merah dan bergegas keluar menuju halte GVB.

Dam Rak, Amsterdam

Damrak. Amsterdam. 211210 (1)

Damrak. Amsterdam. 211210 (2)

Tak berapa lama kemudian kami sampai di Damrak. Disini kami menyempatkan diri membeli beberapa panganan kecil untuk di perjalanan nanti. Dan kami pun beristirahat sebentar di sebuah toko souvenir yang ternyata penjualnya mempunyai nenek moyang orang Indonesia, tepatnya di Ngawi. Saya tertarik membeli gantungan kunci bertuliskan I Amsterdam dengan banyak diskon, alasannya, nenek moyang kita kan sama, kata si empunya toko haha :-)

Setelah puas berkeliling, kami menuju Amsterdam Central Station dan menuju Amstel Station, karena kami akan naik bus eurolines dari sana. Ternyata jaraknya cukup jauh, sehingga kami langsung membeli tiket kereta yang paling cepat dan menuju Amstel Station. Sesampainya disana, kami registrasi sebentar dan menunggu sambil membeli makan malam. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya kami pun naik bus menuju London.

Yeah, London here we come!!!

•••

« Previous Article Next Article »

  • Share this!
  • delicious
  • mail
  • tweet this
  • share on facebook
  • Add to Google Bookmarks
  • Add to Yahoo! Buzz

COMMENTS

  1. nice journey sista….now im in rotterdam neh visiting my wife yg lg studi s2 di stc nmu …..kalo tempat beli souvenir yg murah2 dimana y? kaya gantungan kunci,tempelan kulkas….yg murah2 aja skalian buat org ktr,,,trims y sukses terus y…

  2. wah sorry for late reply :( ada di damrak,murah dan bagus :) thank you for reading my article yah :)

Add Your Comments

© DGI-Indonesia.com | Powered by Wordpress | DGI Logo, DGI's Elements & IGDA Logo by Henricus Kusbiantoro | Web's Framing by Danu Widhyatmoko | Developed by Bloggingly