Desain Grafis Indonesia

Desain Grafis Indonesia

Fostering understanding among Indonesian graphic designers and its juncture in art, design, culture and society

Surga yang Tidak Terlupakan… - Catatan Kerja Kreatif Rotua Magdalena Pardede Agung

magda

Sosok Magdalena adalah salah satu dari sekian banyak perupa perempuan Indonesia masa kini yang cenderung berkiprah melalui karya ekspresi seni digital contemporer, Magda dikenal sebagai perupa yang awalnya memilih bidang seni grafis dalam dekade hampir bersamaan dengan rekannya sesama perupa Almarhumah Marida Nasution & Anna Zuchriana, mereka sama-sama telah menempuh kuliah dan memilih bidang seni grafis, dan Magda tercatat sebagai Mahasiswi Angkatan 1990 jurusan seni murni, program study seni grafis di Fakultas Seni Rupa dan Desain IKJ (FSRD IKJ).

Kemampuan dalam penguasaan beragam jenis proses cetak seni grafis telah ditekuninya semenjak kuliah pada program study seni grafis, mulai dari tehnik cukilan kayu (wood cut) serta tehnik cukilan linoleum yang menghasilkan karakter goresan garis akibat cukilan kayu demikian pula linoleum maupun teknik dry point dan teknik etsa dari hasil proses gambar diatas lapisan aspal khusus pada plat tembaga yang ahirnya melahirkan bentuk karakter khas yang berbeda dengan proses cetak lainnya yang ditimbulkan oleh torehan jarum dry point berikut efek-efek nada melalui proses pengasaman secara bertahap untuk guna mencapai tingkat nuansa serta kedalaman yang berbeda dan mampu merealisir keinginan perupa dalam proses penciptaan imej gambar sesuai ide inspirasi kedalam bahasa bentuk maupun olah warna sebagai hasil penciptaan karya etsa.

Kemampuan Magda dalam menyajikan teknik etsa secara manual berukuran besar yang disajikan dalam komposisi bentuk bersama karya-karya etsa berbeda ukuran lainnya kedalam bahasa visual yang diungkapkan sesuai tema yang diangkat telah berhasil mendapat Penghargaan Philip Morris Award dari Yayasan Seni Rupa Indonesia ditahun 1995. Demikian juga karya seni grafis lainnya yang digarap melalui teknik cetak saring telah banyak dihasilkan dan dipamerkan pada pameran tunggal bertema “Narasi Kecil” di Galeri Lontar pada tahun 1997, disini Magda menyajikan karya berukuran panjang dengan teknik cetak saring yang dicetak berulang-ulang membentuk repetisi imej bentuk yang ditampilkannya secara unik.

Proses teknik cetak saring telah di perkenalkan sejak periode Pop Art melalui kemudahan proses penggandaan pada karya para seniman Pop Art diantaranya Andy Warhol yang banyak memperlihatkan ripitasi bentuk dalam karya-karyanya diantaranya karya “Four Jackies” berukuran 102×81 cm tahun 1964 memperlihatkan wajah first Lady Presiden John F Kennedy digarap berulang empat kali serta karya lainnya “Two Marilyns” dari bintang film terkenal dimasa tersebut yang dicetak ulang dua kali melalui ide idiom fotografi kemudian diproses dengan teknik cetak saring diatas kanvas berukuran 55x 65 cm pada tahun 1962 begitu pula teknik cetak saring dari seniman Roy Leichtenstein, banyak menampilkan karya-karya melalui ide cemerlang memanfaatkan teknik cetak komik popular seperti komik Donald Duck serta hasil ilustrasi lainnya yang kadang ditampilkan berikut teks serta penggunaan unsur elemen raster seperti nampak pada karyanya ”Masterpiece” tahun 1962, dengan tehnik lukis cat minyak diatas kanvas berukuran 137,5 x 137,2 cm.

four-jackies
Four Jackies

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

two-marilyns-1
Two Marilyns

Kelebihan teknik cetak saring yakni memiliki kemudahan teknik dalam proses penggandaan dibandingkan dengan proses teknik grafis sebelumnya, berkat perkembangan seni cetak saring yang menawarkan kemungkinan baru seperti halnya efek raster serta perpaduan teknik fotografi sebagai salah satu cara baru dalam mengekspresikan karya seni yang tidak lagi mengutamakan keunggulan karya seni konvensional yang menjunjung nilai originalitas serta nilai autentik sebuah karya seni grafis, teknik fotografi terutama memiliki keunggulan dalam penggandaan serta mampu menduplikasikan bentuk-bentuk visual serta ekspresi seni yang dikehendaki, sedangkan pada karya cetak saring, proses fotografi dapat pula menjadi bagian dari perpaduan explorasi teknik yang dikemas melalui teknik cetak saring dan dari karya tersebut mengalami beberapa proses, dari pemilihan nada-nada warna cemerlang yang menampilkan serta membuat sifat kemurnian dan intensitas warna menjadikan tolok ukur dan ciri khas karakteristik idiom seni cetak dalam perkembangan teknik industri pada masa tersebut.

Selanjutnya kejelian Magda berexperiment dan bekerja dengan talenta dan daya kreatifnya mampu mendobrak batasan batasan konvensional serta menangkap peluang kerja kreatif dalam hal memadu padan teknik seri grafis konvensional dengan berkembangnya teknik cetak teknologi komputer digital, kemudian memperkaya wawasan serta kepribadian Magda sebagai sosok perupa masa kini yang telah memiliki landasan serta semangat kuat, dalam berkerja, berexplorasi, berinovatif juga selalu membuat karya seni yang bersifat unik dan bervariatif terus dilakukan secara kontinyu hingga saat kini.

Kerja kreatif yang dilakukan Magda dalam kapasitas sebagai seorang perupa seni grafis ini sesuai dengan pendapat Carinna Parraman seorang perupa Multi Disiplin Seni Grafis yang juga merangkap sebagai tim peneliti dari CFPR, University of West of England, United Kingdom. Carinna telah melakukan penelitian dibidang digital print, inkjet paper dari karya grafis para perupa Seni Grafis dibidang perkembangan teknik elektronik melalui bukunya “ A Survey of Photomechanical Prints “ dijelaskannya bahwa para perupa seni grafis selalu memiliki kinerja yang keras melalui beberapa teknik cetak tradisional, proses dan teknik, hasil kerja yang dilakukan melalui sudut pandangnya sebagai seniman grafis dengan tetap berpegang teguh dalam prinsip seni cetak grafis murni/original prints, selalu tanggap serta mampu merangkul dan beradaptasi terhadap perkembangan teknologi untuk menunjukkan kemampuannya, dalam hal memadu teknik lama dan teknik baru guna pencapaian akan hasil karya seni grafis yang inovatif dan juga menunjukkan kemampuannya dalam menghasilkan karya karya visual melalui proses kerja yang menarik sebagai jawaban dalam mencari terobosan terobosan baru sebagai pelaku seni dalam kerja kreatif inovatif seni yang terus dilakukan secara kontinyu.

Karya-karya Seni Grafis melalui proses kerja digital mutahir sesuai penelitian yang dimuat pada bukunya “A Survey of Photomechanical Prints” telah banyak dilakukan juga oleh perupa multi disiplin seni grafis Inggris diantaranya karya perupa Claire Redwood dikerjakan melalui ide gagasan kreatif dengan memadu bentuk typografi dalam bentuk uraian kata-kata yang memiliki kekuatan kecerdasan estetis kemudian dicetak diatas permukaan aluminium sebagai hasil karya seni rupa kontemporer masa kini, sedangkan karya perupa Sonya Andrew berjudul “Holiday Memories” menampilkan sebuah karya yang digarap melalui bentuk gambar artefak seni klasik dalam paduan warna menarik bertuliskan kata kata yang diolah sangat ekspresif kemudian dicetak pada sehelai tekstil.

Karya seni rupa contemporer dari kedua perupa seni grafis Inggris ini telah membuktikan sejauh mana perkembangan seni grafis masa kini dalam mengantisipasi tantangan zaman sesuai kehidupan masyarakat modern, melalui kerja kreatif serta eksplorasi inovatif serta pemilihan idiom yang mampu merambah kesegala bidang dalam lingkup seni rupa dan disain.

Hal serupa dapat kita temui pada perspektif kerja kreatif dari karya-karya Magdalena yang mampu merefleksikan kerja kreatif dari seniman modern masa kini untuk berkarya dalam menjawab tantangan zaman yang begitu pesat berkembang dengan menangkap potensi teknik baru digital komputer sebagai peluang kerja kreatif diperkaya dengan kemahiran inovasi artistik dalam gagasan estetika, imajinasi serta kematangan jiwa baik dalam menghasilkan keragaman teknik, eksplorasi bahan media sebagai wujud dari kerja eksplorasi inovatif yang telah dilakukan dan kita berhadapan dengan sosok Magda sebagai perupa kontemporer masa kini yang memiliki ekspresi visual baru dalam kapasitasnya melampaui tradisi tanpa batas mencari terobosan baru menuju proses penciptaan karya seninya melalui dorongan impuls kreatif yang muncul secara spontan
sebagai salah satu ciri dalam berkarya.

Pemikirannya terhadap kerja alternatif untuk mengantisipasi kinerja kerja secara cepat dalam memprediksi masalah waktu dengan cara memanfaatkan kemajuan tekhnologi tetap menampilkan talenta kemurnian karakter goresan kerja tangan sang perupa telah memposisikan dirinya sebagai perupa kontemporer masa kini.

Menurut pendapat saya pengalaman bekerja Magda dilingkup hidup berkesenian maupun kerja desain juga turut mempengaruhi pembentukan sikapnya dalam berkarya, seperti halnya pengalaman belajar yang ditempuhnya baik secara formal maupun informal disegala bidang seni yang sangat digemarinya walau pada awalnya mendapat tantangan cukup keras dari orang tuanya yang memegang prinsip berbeda bagi masa depan putrinya, namun hal ini berhasil dibuktikan Magda bahwa pendapat tersebut tidaklah benar melalui pengalamannya dalam kerja kreatif dibidang fotografi sebagai fotografer freelance, serta pengalaman sebagai tenaga pengajar di Fakultas Seni Rupa IKJ kemudian diperkaya lagi akan pengalamannya sebagai salah satu tim dalam kapasitas kerja seni di Museum Pelita Harapan berlanjut bekerja sebagai tenaga desain grafis dan ahirnya
pembuktian keberhasilannya didunia seni yang menjadi keinginannya tersebut.

Kerja kreatif lainnya dibidang desain dilakukan bersama suaminya Agung yang memiliki latar belakang Management, merupakan kombinasi pasangan yang serasi dalam membantu mewujudkan keinginannya dalam mengembangkan usaha jasa desain grafis dan interior maupun elemen estetis dan segala hal yang berkaitan dengan kerja seni telah dirintis sejak tahun 2006 yakni perusahaan “Kama Artwork” yang banyak mengisi sejumlah bangunan perkantoran maupun interior restoran, rumah pribadi di wilayah Jakarta seiring pula dengan kegiatannya sebagai perupa yang tak kunjung hentinya mencari makna serta ide gagasan yang inovatif dalam kerja kreatif dibidang seni telah pula menghasilkan karya karya yang menarik yang hasilnya dapat kita simak bersama pada pameran yang digelar di “Hotel Four Seasons” ini.

Rotua Magdalena P. Agung mencoba menyelami makna surga menurut kata hatinya kemudian diungkapkan dalam bahasa visual mengandung makna berasal dari kepekaan hatinya yang mendalam yang berangkat dari pengalaman sehari hari dalam memaknai arti kehidupan serta perasaan empati dari lubuk hatinya, pada ia mampu melahirkan makna surga kedalam karya karyanya yang disajikan dalam ukuran besar penuh daya imagi serta kerja kreatif.

Bagaimana mendefenisikan secara harakiah makna Anugerah Tuhan yang telah dilimpahkan padanya, bagaimana menyikapi hal-hal yang sangat berarti dalam menjalani kehidupan sebagai anak manusia di lingkungan keluarga, dan bagaimana pula memposisikan dirinya sebagai bagian molekul kecil dari kehidupan dunia yang harus dijalaninya.

Hal ini dapat kita nikmati bagaimana ekspresi hatinya diungkapkan dalam bahasa visual mengenai peran seorang ibu melalui karyanya” kasih Ibu”, keseluruhan terhadap peran manusia dalam aspek kehidupan justru telah memperkaya dirinya dalam memahami peristiwa peristiwa dalam kehidupan yang mengandung makna surga itu sendiri sesuai pengalaman hidupnya menjadi kumpulan narasi narasi kehidupan kemudian mengalir menjadi ide inspirasi dalam menampilkan kekuatan dalam kerja kreatif, hal yang tak dapat kita abaikan bagaimana Magda menyikapi benda benda sederhana yang telah memberikan getaran ekspresi bagi proses kreatifnya.

Perasaan empati dirinya sebagai reaksi dari pendalaman jiwanya terhadap makna Anugerah Surgawi justru diperolehnya melalui benda-benda disekeliling kehidupannya, suatu pencapaian kenikmatan surgawi yang telah di anugerahkan Tuhan padanya mengingatkan kita pada pepatah barat, From nothing to something…. Agar manusia dapat menghargai hal-hal yang tak berarti yang luput dari pengamatan kita, sekecil makna apapun benda tersebut akan berubah lebih bermakna sebagai bagian dari Anugerah Ilahi, seindah surga yang selalu kita bayangkan, inilah yang akan dipersembahkan Magdalena pada kita semua melalui karya-karyanya yang penuh dengan ungkapan ekspresif inovatif sebagai hasil ahir pandangannya dalam menyikapi kehidupan ini dan ditampilkan melalui benda benda sederhana dari kehidupan sehari hari, seperti halnya pada karya “Penuhilah maka engkau akan dipenuhi” melalui idiom digital komputer dari makna sebuah piring atau bentuk lainnya seperti sepatu, kursi, botol serta benda bersahaja lainnya, melalui sudut pandangnya Magda mengubah persepsi pengamatnya menuju karya penuh makna didalamnya tersirat makna surgawi dalam sikapnya menyikapi segala benda dan kehidupan disekelilingnya.

penuhilah-maka-kau-akan-dip1
Penuhilah Maka Engkau Akan Dipenuhi

Magdalena berkarya melalui proses, meluas tanpa batas dalam menghayati suatu makna yang berarti dari ciptaan Tuhan dalam bentuk lain dapat kita rasakan juga pada hasil karya-karyanya yang lain, yang diolah melalui teknik yang secara menarik serta mampu menyinggung permasalahan dan persoalan kehidupan yang terjadi di dunia ini, dapat ditinjau pada karyanya berjudul, ”In silence we can see clearly”, jelas-jelas hal ini memberikan gambaran mengenai khasanah kehidupan yang diungkapkan secara spontan dalam bentuk narasi narasi yang diungkapkan dengan cara yang sangat sederhana, sebagai sebuah proses yang terus berkembang dalam menyikapi kehidupan berawal dari bentuk pepohonan serta bunga-bunga yang digarapnya melalui gerak ekspresif tangannya yang dinamis dalam bentuk bahasa gambar yang bersahaja namun dibalik itu tersirat upaya dalam membuka komunikasi mengenai kehidupan melalui bahasa ekspresi bentuk yang khas dan membuat serta menjadikan suatu karya seni penuh narasi sebagai sumber inspirasi artistik juga rangkaian benang merah yang mewakili pernyataan dirinya dalam menyikapi kehidupan dunia ini.

Karya berikutnya berjudul ”Me & My self”, tanpa menghadirkan bentuk figur perempuan namun mampu menyatakan makna komunikasi yang berarti sebagai ungkapan aspek pribadi sang perupa yang diangkat dari permasalahan hidup baik secara fisik maupun batin yang mewakilkan sikap suka duka tentang kehidupan perempuan. Berikutnya pada karyanya berjudul, ”Look at me…”, melalui teknik kerja manual dipadu goresan tangan sesuai sudut pandangnya dalam mengekspresi wajah serta keindahan perempuan yang disajikan pada kanvas berukuran besar sebagai salah satu ciri khasnya.

look-at-me1
Look at Me…

Beragam pendekatan ekspresi telah diangkat melalui pemikirannya akan sosok perempuan dipandang dari sudut keindahan serta kecantikan wajah perempuan melalui bentuk ekspresi kematangan jiwanya dari permasalahan perempuan melalui aspek cinta yang nampak pada karyanya berjudul, “Love me more“ media canvas digital berukuran, 1,5 x 90 cm. serta karya lainnya, ”I love you”, dengan tehnik mix media diatas kanvas digital berskala besar, keseluruhan karya ini mengungkapkan kemelut perasaan perempuan dalam kondisi jatuh cinta dengan gaya nya yang sangat ekspresif berpadu dengan bentuk estetis lainnya berupa ornamen organik dari tetumbuhan sulur maupun bunga yang diolah mendukung suasana cinta dalam kerja estetis dengan paduan warna yang mampu mendukung suasana dramatis dan romantis sebagai simbol kondisi perempuan yang hanyut dalam kasmaran cinta.

Karya-karya Magda selalu digarap dari tahap ke tahap, serta intensitasnya yang sangat kuat dan tinggi dalam penguasaan teknik digital komputer berpadu dengan kerja manual sebagai ungkapan ekspresif dirinya.

Tanpa disadari disini Magdalena telah banyak menampilkan fungsi seni yang menyangkut kehidupan pribadinya sebagai satu cara dalam mengungkapkan kondisi gender perempuan dalam lingkungan kehidupan pribadinya hal ini dilihat ada beberapa karya yang menghadirkan wajah Magda sendiri sebagai salah satu ikon visual yang tampak pada karya sangat mewakili usahanya dalam mempertegas ekspresi ungkapan suara hati perempuani melalui figure ikon foto dirinya kemudian dipertegas lagi tanpa perlu menampilkan figur laki laki walau judul tersebut merupakan reaksi kecintaannya terhadap seorang lawan jenisnya, yakni sosok laki-laki, yang ditampilkan terbatas bentuk figur perempuan serta simbol-simbol lain yang mengangkat ekspresi perempuan didukung penggunaan elemen estetis warna sebagai salah satu ekspresi perempuan dalam kondisi jatuh cinta.

Karakteristik pribadinya tumpah tertuang disetiap tampilan karya-karyanya dari pengamatan dan ketertarikannya fenomena perempuan telah menunjukkan kematangan dalam proses berkarya sebagai perupa grafis masa kini dan telah menjadi landasan yang kuat dalam menjalankan profesi yang digeluti terutama dalam memposisikan dirinya terhadap perkembangan seni rupa masa kini melalui karya-karya dari hasil kerja kreatif inovatif secara berkwalitas.

Bila kita tinjau kembali jauh kebelakang bagaimana prinsip Magda dalam proses pembentukan jiwa sebagai usaha mengembangkan kemampuannya serta keinginannya untuk bergerak tanpa batas, membuka cakrawala baru serta wawasan keilmuan dalam memperoleh pengalaman dibidang seni, telah dibuktikan Magdalena melalui kemampuannya menembus negara lain diantaranya Curtin University, Perth di Australia di tahun 1995, Como di Italy, tahun1997 kemudian di Kasiwa cultural Forum 104 di Jepang di tahun 1997 sebagai artis residence usaha yang jelas dilakukannya dalam usaha memperdalam ilmu yang berkaitan dengan profesinya sebagai perupa yang ahirnya memberi kontribusi bagi pengembangan karyanya dikemudian hari, proses ini nampak jelas terlihat dengan hasil yang menakjubkan melalui hasil karya yang diciptakannya berawal dari karya dua dimensi merambah dalam proses kematangan kerja kreatif melalui eksplorasi teknik dan media kemudian pemunculan karya seni instalasinya yang diolahnya secara matang dalam memadu bentuk, beragam media seperti tekstil, kayu dll yang ditampilkan dalam bentuk karya yang mampu merambah ke ruang tiga dimensi mengisi ruang interior berukuran luas namun tetap konsisten dalam pengertian dan bahasa ekspresi sebagai seorang perupa.

Menilik karya-karya instalasinya yang telah diawali sejak menjadi artis residence di Como, Italy ditahun 1997 eksplorasi ruang dengan memanfaatkan kain-kain membentuk mozaik dan orang-orangan sawah, dan di tahun 1995 juga di Perth, bagaimana Magda menampilkan kaya instalasi dalam bentuk ruang yang juga menampilkan kesatuan kaya seni lainnya seperti kaya Lukis dan seni grafis sehingga tercipta menjadi karya Instalasi dalam bahasa ekspresi dalam pengertian dan makna baru sesuai tema yang diangkat, sebuah karya yang penuh dengan garapan kecerdasan imagi maupun estetis yang tinggi penuh daya imaginasi yang bernilai tinggi mampu menembus dimensi ruang maupun disiplin ilmu seni lainnya kembali sosok Magdalena telah menunjukkan kerja kreatif melalui terobosan terobosan baru yang jarang kita temui dari para perupa perempuan grafis
Indonesia.

Magda mampu memposisikan dirinya sejajar dengan perupa seni grafis lainnya, Marida Nasution yang juga telah menyajikan karya instalasi melalui kecerdasan kerja kreatif yang tinggi serta kemampuan dalam menghasilkan karya yang menyinggung aspek kehidupan maupun gender perempuan melalui karya karya besarnya yang telah dipamerkan pada pameran-pameran tunggal dibeberapa tempat seperti di Museum Galeri Nasional dan Galeri Nasional Gambir Jakarta serta banyak mengikuti pameran diluar negeri.

Mengamati karya-karya instalasi Magda serta penguasaan imaginasinya terhadap makna ruang sebagai bahasa ekspresi dilanjutkan kecerdasan estetis yang telah melahirkan karya-karya instalasi lainnya yang telah dipamerkan dibeberapa tempat diantaranya di Galeri Nasional Gambir, Jakarta pada Pameran De Paris a Jakarta 2008 diselenggarakan oleh YSRI tahun 2008, suatu penyajian furniture bergaya Wing Chair lengkap dengan standing lamp/lampu berdiri disajikan melalui sudut pandang pemikiran seorang interior desain namun berhasil dikemas melalui konsep pemikiran ide kreatif perupa Magda melalui pemikiran kreatif yang berbeda dengan proses desain, disana ada makna serta pesan tersirat dari hasil print yang menggambarkan posisi ibu dan anak dan dicetak pada upholstery furniture maupun cover lampu yang mampu menggambarkan ekspresi mengenai hubungan kasih sayang seorang ibu dan anak, sarat dengan kekuatan ekspresif melalui ungkapan warna hitam putih yang memiliki makna secara jelas kemudian dipertegas kembali dengan hadirnya sebuah lukisan dengan paduan warna yang menarik seolah berfungsi mempertegas keinginan sang perupanya dibalut olahan kerja kreatif sebagai suatu karya instalasi yang menarik.

Bagaimana dengan keikut sertaannya Magda sebagai wakil dari para perupa Indonesia, dalam Pameran tunggal Salim, perupa Indonesia yang hidup dan berakhir tragis di Paris. Dengan rasa hormat, Galeri Nasional ,Jakarta tahun 2008, mengundangnya bersama perupa Indonesia lainnya menggelar karya mengenai Siapa Salim dari sudut pandang dan apresiasi masing-masing. Magda dengan karya instalasinya berjudul ”Salim dan ruangku”, disini Magda mencoba menempatkan karyanya diantara karya-karya Salim dan perupa lainnya. yang memiliki gaya ekspresi yang berbeda, Magda mengemas karyanya dalam penyajian di ruang khusus dengan karyanya yang berangkat dari aspek kehidupan yang berhasil ditampilkan bersinergi dengan perjalanan panjang kerja kreatif dari kehidupan perupa Salim, pada karya instalasi Magda ada karya berbentuk lukisan penuh narasi berukuran besar lengkap dengan seni buku yang mencatat perjalanan harian dari kondisi masa lalu hingga kondisi kekinian mengenai kekeringan akibat ulah manusia serta coretan graffity pada dinding ruang mengandung makna serta pernyataan yang ingin disampaikan secara bebas oleh Magda, yang menarik dari seluruh karya instalasi ini bagaimana Magda mencoba mengemasnya sebagai suatu karya yang mampu menyampaikan makna yang berarti mengenai catatan harian kondisi nasib bumi tercinta ini .

Pencapaian Magda dalam mengemas ide, mulai dari eksplorasi teknik dari kerja manual hingga idiom digital mutahir serta media yang bervariasi sebagai usahanya dalam mengemasnya menjadi kesatuan dengan warna khas magda namun tetap bersinergi bersama seluruh karya lukis Salim yang digelar pada Pameran Tunggal Salim. Menelaah kehadiran art book/seni buku karya Magda yang kita jumpai pada Pameran Tunggal Salim, hal inipun telah lama dilakukan Magdalena. Bermacam ragam art book hasil ciptaan Magda pernah kita nikmati pada beberapa pameran Magda sebelumnya, diantaranya pada pameran yang digelar di Toko Buku Aksara, Kemang.

Sebagai collector Postcard, narasi 2 kecil, foto-foto,dan kebebasannya berekspresi. Rangkuman kisah mengenai kehidupan dirinya, sebagai seorang perempuan dan talikasih Maminya yang tak terbilang. Sudah berbuku-buku dan tersusun rapi,bagaikan perpustakaan dengan intensitas perjalanan hidup Magda dalam berkesenian serta rasa humanity dan charitynya di kesehariannya.

Perkembangan seni buku/art book itu telah lama dilakukan dalam dunia seni, dapat kita simak pada buku ”Artistys book in the Modern Era 1870-2000” ditulis oleh Robert Flynn Johnson dan Donna Stein yang menjelaskan banyak karya seni buku art book telah dihasilkan oleh para seniman grafis maupun seniman anonim melalui kerja tangan manual dengan tehnik cetak manual dan dibuat dalam edisi terbatas sebagai karya seni tinggi juga berisi bentuk tulisan kata kata penuh makna maupun karya-karya seni grafis original.

artistys-book-in-the-modern

Karya seni buku dari para seniman besar dunia baik pelukis maupun pematung saat itu berupa kumpulan karya-karya seni grafis original dari beberapa tehnik maupun karya karya seni illustrasi original yang dikemas dalam bentuk seni buku yang menarik diantaranya karya seniman George Braque, Picasso, Kandinsky dengan art book berjudul ”klange” yang dibuat pada tahun 1913 melalui tehnik cukilan kayu berwarna.

Seniman Oscar Kokoschka berkebangsaan Austria menciptakan seni buku berisi illustrasi berjudul ”Die traumenden Knaben” pada tahun 1917 dengan tehnik wood block dan lithografi berwarna yang menampilkan gaya periode art Nouveau berpadu dengan pengaruh gaya Jugenstill dan seni rakyat Jerman maupun Malevis.

die-traumenden-knaben

Seniman lainnya Edourd Manet, Matisse serta banyak lagi seniman lainnya yang banyak menghasilkan karya karya print sebelum dan sesudah tahun 1900 yang banyak menampilkan perkembangan karyanya pada periode modernisme diabad 20. Hal ini sebagai reaksi dari peran pengaruh periode Dadaisme dan periode Surialisme maupun karya-karya pada periode perang dunia II yang melahirkan satu gaya penyajian baru di era awal seni kontemporer berupa karya seni buku/art book yang menampilkan kumpulan karya print asli.

Seperti halnya seni buku yang digarap melalui teknik kayu/wood block menampilkan karakter khas cukilan kayu dapat dinikmati pada karya buku seni yang memuat seni ilustrasi original dari seniman Perancis Andre’ Derain, ditahun 1909. Melalui penggarapan tehnik lain yakni seni buku lithografi hasil dari seniman Perancis Manuel Orazi ditahun 1895 yang memuat karya seni original berupa 33 buah seni grafis lithografi berwarna dengan bentuk bentuk visual berwarna hitam putih dipadu tulisan kaligrafi berwarna emas maupun digarap dengan tehnik paduan warna menarik pada Autographi teks. Melalui teknik etsa dan drypoint dapat kita lihat pada karya seni buku seniman besar berjudul “le Sie’ge de Je’rusalem, grande tentetion ce’leste de saint Matorel”, Picasso menghabiskan musim panasnya untuk dapat mengerjakan 4 karya seri illustrasinya melalui teknik etsanya untuk karya seni buku yang teksnya ditulis oleh Jacob pada tahun 1911.

Penjelasan diatas menunjukkan bahwa keberadaan seni buku telah lama dikerjakan oleh para seniman besar didunia barat dan menghasilkan karya seni buku yang memuat beragam teknik dengan tetap dikerjakan sesuai kaidah yang berlaku dalam seni grafis, hingga saat ini karya seni buku seniman besar dunia telah menjadi incaran para kolektor seni karena memiliki ciri yang khas originalitas melalui teknik seni cetak manual bernilai seni tinggi yang hanya dicetak dalam beberapa edisi sebagai bentuk kumpulan karya asli senimannya.

Perkembangan art book/seni buku didunia barat demikian baiknya dan berlanjut hingga masa kini seiring kemajuan seni grafis maupun tehnologi cetak itu sendiri bahkan para perupa seni grafis selain tetap berkiprah sebagai seniman seni grafis menjadi anggota Assosiasi Print Making yang berkedudukan di kota kota besar Eropa maupun U.S.A serta mendirikan pusat penelitian bagi kepentingan perkembangan dan peran seni grafis dalam dunia industri, seperti yang dilakukan Faculty Fine Art, Media & Design, University of west of England di Bristol, U.K.

Pada tahun 2000 mereka menyelenggarakan konferensi “Conference International multi-Disiplinary printmaking” yang melibatkan para perupa seni grafis dunia guna memposisikan peran seni grafis dalam kancah perkembangan seni dan industri masa kini serta mengadakan pameran seni buku bertaraf Internasional yang menyajikan seni buku karya 100 perupa seni grafis di Faculty of Art, Media and Design dan Faculty Research Committee, University of West of England dibawah koordinator Perupa Seni Grafis Sarah Bodman M.Pill.

Pameran tersebut memamerkan karya seni buku yang sangat bervariasi penuh garapan inovatif yang menggambarkan mengenai kemajuan serta prospek kedepan bagi para perupa grafis dan perupa seni buku serta megembangkannya dibidang penelitian untuk kemudian dipamerkan pada galleri galeri, seperti halnya pameran pada tahun 1994 di Gallery hardware, bertema ”Looking at Words” , ”Reading Pictures”, juga ditahun 1995 bertema,” Made to Measure” kemudian di Gallery the Dean Clough Galleries, Halifax di tahun 1999, bertema “The Reading Room, part of change of contex” disajikan dalam bentuk karya instalasi seni buku.

Yang menjadi acuan kaidah seni buku adalah seluruh kerja kreatif mulai dari proses awal hingga proses cetak dikerjakan oleh para perupanya sendiri melalui penggarapan berbagai teknik telah dipertunjukkan sebagai upaya dalam menampilkan seni buku melalui media seni grafis baik melalui teknik seni fotografi, teknik stensil, teknik off set, serta teknik konvensional lainnya sebagai hasil kemampuan kerja para perupanya dalam hal memperlihatkan kemahiran serta pengguasaan terhadap perkembangan seni tehnik cetak berbasis teknologi tinggi. Sebagai wujud kemampuan para perupanya dalam menjawab kemajuan zaman dengan tetap menjunjung tinggi azas originalitas serta kejujurannya dalam menjalani profesi sebagai perupa seni grafis kemudian karya tersebut harus dicetak secara konstan namun diproduksikan dalam jumlah edisi terbatas.

Salah satunya seorang perupa yang juga merangkap sebagai peneliti dibidang seni grafis Sarah Bodman di University of West of England, UK berhasil mempopulerkan karya seni grafis yang dikemas melalui seni buku yang menarik dan ditampilkan sangat bervariatif sebagai hasil pemikiran ide kreatif yang tak kunjung habis melalui penelitian teknik dalam memadu karya seni buku yang bersifat konvensional hingga mampu menyentuh teknologi tinggi dengan menggunakan ide inovatif serta keragaman bentuk desainnya, diantara koleksi seni buku dari perupa Meir Agasi bertema “The Museum Cabinet” ditampilkan sebagai karya seni buku yang diangkat dari ide sebuah wadah memuat kumpulan karya karya seni grafis melalui tehnik grafis konvensional, karya lainnya dari perupa Andrea Hill bertema “Acheve”/unique book tahun 1993, dan juga satu seni buku berupa karya kolaborasi empat perupa seni buku Margaret Atwood, Minou Drout, Benjonson, Cicely Hebert, Brian Patten bertema “Sleep walking Throuh trees” dikemas dalam bentuk yang menarik melalui teknik penyajian yang tidak biasa dalam bentuk lipatan lipatan kertas dengan format tertentu.

Keseluruhan pembahasan diatas menunjukkan bahwa keberadaan buku seni telah berlangsung cukup lama jauh di puluhan tahun sebelumnya serta telah lama digarap oleh para senimannya dalam bentuk yang berdiri sendiri atau berupa karya kolaborasi perupanya yang telah dilakukan sejak periode kubism hingga periode mutakhir masa kini dan berkembang menjadi suatu obyek penelitian bergengsi dari para perupa seni grafis yang tergabung dalam Assosiasi Perupa Grafis Internasional. Magda mampu mengubah tanggapan masyarakat akan seni yang satu ini sebagai seni yang termarjinalkan dan tidak sejajar dan sejajar dengan seni lukis, walau karya karya seni grafis diproses melalui penggarapan teknik dan hasil yang sulit untuk pencapaian pesyaratan hasil cetak yang tetap constant agar mendapat mendapat tempat yang sama maupun perhatian yang layak sebagai karya seni lainnya.

Banyak hal telah lama berkembang di dunia seni grafis seperti halnya seni buku yang memuat karya karya seni grafis original disini Magda jeli menangkap peluang berharga dalam menghasilkan karya dalam bentuk lain dari ciri sekian banyak seni buku sebagai salah satu cetusan ide kreatifnya yang lahir dari sekian banyak ide ide kreatif lainnya dan terus mengalir mengikuti proses pencariannya yang tak kunjung surut oleh waktu, karya seni ini dihasilkan baik dalam bentuk seni yang bersifat pribadi yang dicetak bersifat monoprint maupun yang bersifat komersil khusus bagi kliennya dengan edisi terbatas namun tetap menampilkan originalitas sebagai hasil tangan Magdalena.

Seni buku ini tentu tidak dapat kita sama dengan buku yang memuat karya dari para seniman melalui proses cetak off set modern karena konsep penggarapannya berangkat dari fungsi yang berbeda. Karya seni grafis perupa Indonesia kadang dikemas sebagai penunjang illustrasi dari kumpulan sonata seperti halnya buku kumpulan sonata ”fragmen malam” dari Wing Kardjo yang diterbitkan Pustaka jaya pada tahun 1997, disini memposisikan karya seni grafis hanya sebatas pendukung karya sonata, tidak berdiri sendiri seperti layaknya seni buku ,namun berfungsi sebagai illustrasi buku walau sangat disayangkan ilustrasi tersebut diambil dari karya seni grafis dan illustrasi seniman lukis maupun seniman seni grafis besar Indonesia, seperti T. Sutanto, Rini Yoedawinata, Tisna Sanjaya, Haryadi Suadi.

Hingga saat ini jarang sekali ditemui kumpulan karya original seni grafis yang dikemas sebagai seni buku memuat karya original senimannya diproses melalui teknik cetak dengan edisi batasan kecuali buku yang dicetak melalui proses cetak penerbit seperti buku “Coretan Sketsa Affandi” yang dibuat oleh seniman seni grafis Mochtar Apin dan kumpulan sketsa “Berlin Barat 1968-1969′ karya perupa seni grafis Kaboel Suadi yang disunting oleh Drs Yustiono diterbitkan oleh penerbit ITB tahun 1994.

Karya-karya seni perupa Magdalena yang mampu menampilkan ekspresi bentuk yang beragam diolah penuh kebebasan sehingga mampu mempertegas karakter ekspresi dirinya nampak jelas terpancar.

Kadang tak terpikirkan oleh kita bagaimana ide yang muncul dengan spontan melalui realitas dari konteks nilai kehidupan maupun benda benda disekeliling kehidupannya, kadang berawal dari peristwa yang tidak menyenangkan dari pengalaman pribadinya kemudian mampu diangkat sebagai karya penuh makna, seperti sebuah sepatu timbul sebagai reaksi kekecewaan terhadap sikap kakaknya yang tidak meminjamkan sepatu padanya ataukah sebuah bentuk kursi, yang mengingatkan pada kesulitannya untuk mendapat kursi pada suatu kegiatan perkuliahan, semua ini baginya menjadi sumber ide yang menarik untuk diangkat dalam kerja kreatif yang ahirnya mampu melahirkan karya menarik mengenai sebuah kursi dalam bentuk sederhana kemudian dikerjakan melalui proses teknik cetak etsa berpadu dengan cirinya yang khas penuh ekspresi serta
mampu merubah makna dalam sesuai kepuasan pribadinya.

Makna penuh empati yang sangat mendalam sebagai salah satu proses penghayatan terhadap suatu hal akhirnya melahirkan karya karya cemerlang penuh arti dalam menjalani proses kehidupan Magda, seperti memaknai arti nilai nilai kehidupan yang kelak banyak mewarnai ide kreasinya pada karya karya seni yang diciptakannya, Magda paham betul terhadap memaknai realitas kehidupan bagaimana cara menyikapi hidup seperti hal peristiwa kesedihan, kegembiraan dan peristiwa lain yang mampu mengisi relung hatinya.

Bagaimana Magdalena menghayati posisi sosok perempuan sebagai sosok manusia dalam keterpinggiran maupun obyek dari beberapa aspek kehidupan manusia, sebagai korban dari himpitan ekonomi yang digambarkan secara utuh, kepedulian Magdalena terhadap realitas kehidupan melalui aspek kehidupan sosial disekitarnya telah menambah kekayaan batinnya dalam merealisir karya karya bertemakan fungsi sosial secara mudah, berawal dari kehidupan keluarga kemudian merambah lebih luas pada permasalahan sosial lainnya dilingkungan masyarakat, coba perhatikan pada karya yang pernah dipamerkan mengenai kehidupan seorang ibu yang berprofesi sebagai tukang urut, penuh dengan perjuangan hidup yang berat dibarengi himpitan masalah ekonomi untuk memenuhi kehidupan keluarganya.

Kepedulian pada benda benda dilihat disekelilingnya berhasil diangkat menjadi karya seni penuh arti melalui karyanya bukan sekadar benda biasa lagi karena diangkat melalui olahan kerja tehnik serta penggarapan media baru sesuai harapan sang perupa.

Pada karya yang lain dapat kita lihat bentuk olahan benda sederhana seperti sebuah botol, gantungan baju merupakan pilihan benda yang tidak muncul begitu saja namun digarapnya melalui tehnik etsa dengan goresan tangan yang sangat ekspresif serta kebebasan kecerdasan estetis melalui pengaturan komposisi benda secara menarik, sebuah piring memberikanmakna positif yang berarti dalam hidupnya, konsep ekspresi dalam media seni grafis yang beragam terlihat semakin nampak menarik sesuai kematangan jiwanya.

Disisi lain Magdalena mampu menempatkan dirinya dalam menyampaikan pemikirannya mengenai secercah makna surga yang lahir dari kepekaan Magdalena sendiri, yang secara konkrit hadir mengekspresikan permasalahan kehidupannya serta konteks perempuan, budaya dan surga yang ahirnya memberikan suatu bentuk pemikiran baru dalam merealisir kebentuk bahasa visual dari kerja kreatif pada setiap karya yang diciptakannya, karya karya yang pada hakekatnya telah dianggap mewakili pengertian serta pemahamannya serta kaitan dengan realitas kehidupan, permasalahan perempuan,konteks pada khasanah budaya serta kehidupan spiritual sesuai kodratnya sebagai manusia maupun hubungannya dengan sang pencipta sebagai sesuatu anugerah Allah yang patut disyukuri, dalam memandang makna keindahan yang tersirat sebagai suatu gambaran surga itu sendiri sesuai penyataannya, ”ternyata Surga dapat kita rasakan disekitar kita …” , berangkat dari pemahaman terhadap ciptaan dan kebesaran Tuhan, lahirlah karya karya yang menarik darinya.

Dijelaskannya pula, dimanapun kita berada… setiap saat maupun waktu baik dalam lingkungan kehidupan apapun…, keseluruhan ini akan selalu memperkaya batin kita dalam menghargai segala kreasi ciptaan Tuhan.

Hal inilah yang dirasakan Magdalena Pardede dalam mencari makna surga yang pada ahirnya mampu memahami makna surga yang sangat berarti didalam proses berkarya sesuai perjalanan hidupnya sebagai seorang perupa seni grafis, bahwa “ternyata Surga ada didalam hatiku sendiri”, pernyataan ini telah banyak membantunya dalam menciptakan karya -karya yang beragam serta ditunjang pula akan ketertarikannya pada khasanah yang kemudian mampu diinterpretasikan dalam ekspresi seni berkaitan dengan masalah budaya melalui karyanya yang tetap menampilkan keunikannya dalam menciptakan simbol budaya etnik seperti pada karyanya “Suara hatiku Tuhan”, “Ucok dari Sumatera” juga pemahamannya terhadap simbol budaya seperti halnya ragam hias bermakna simbol identitas etnik budaya Batak yang terlihat pada karya seninya sebagai salah satu bukti kecintaannya terhadap budaya Batak. Hal ini merupakan gejala yang sering dilakukan pada perkembangan seni kontemporer dimana adanya tendensi kembalinya seni kedalam kehidupan budaya sebagai ciri salah satu tanda munculnya seni kontemporer dalam usaha meninggalkan kaidah kaidah estetika yang awalnya dijadikan prinsip dasar dalam proses berkarya.

suara-hatiku-tuhan1
Suara Hatiku, Tuhan

ucok-dari-sumatera1
Ucok Dari Sumatra

Kemampuannya dalam mengolah beragam tehnik serta perhatiannya dalam mengantisipasi perkembangan seni kontemporer masa kini, nampak terlihat dari caranya dalam kerja kreatif melalui eksplorasi teknik maupun media, selalu ada saja gebrakan gebrakan baru yang ditampilkan secara significant, membuat pengamatnya berdecak kagum, Magdalena mampu merambah dunia seni lainnya tanpa batasan batasan filsafat seni maupun esteika sebagai perupa kontemporer masa kini yang dapat dikategorikan mengenai sepak terjangnya sebagai perupa Avant Garde dalam berkarya dengan hasil penuh dari pembaruan pembaruan yang dilakukannya dalam kehidupan berkesenian, mampu memanfaatkan peluang besar guna memperoleh hal hal baru dalam usahanya memperkaya imaginasi serta meraih pembaharuan dalam menghasilkan karya-karyanya yang bertendesi terhadap pencapaian inovatif dibidang perkembangan seni yang digeluti. Mulai dari pencapaian akan pengembangan teknik, explorasi mix media hingga pemikiran terhadap kemajuan yang selayaknya harus dilakukan oleh perupa seni grafis masa kini dalam menghadapi tuntutan serta maupun kemajuan teknologi .

Magdalena telah mampu mengisi peran prempuan perupa Indonesia dalam mengisi kekosongan tersebut terutama dalam hubungannya terhadap kemajuan seni digital Mutahir Indonesia dimana , kiprah keberadaan seni ini telah mampu menghasilkan ratusan ribu perupa seni digital didunia barat dimulai sejak dekade 20 tahun lalu sementara 10 tahun yang lalu di Indonesia hal tersebut masih diperdebatkan apakah seni digital mutahir masuk dalam kategori sebagai seni grafis karena proses teknik serta kemampuannya dalam hasil cetak dalam jumlah yang sangat signifikan melalui teknologi modern dimana hal ini sangat jauh berbeda apabila dilakukan melalui proses seni grafis konvensional seperti halnya cukilan kayu, cukilan lino lino cut, teknik dry point dan teknik etsa maupun lithographi berikut kaidah kaidah yang harus diikuti.

Sebagai penulis, kegundahan ini pernah dialami ketika pertama kali memamerkan karya seni digital mutahir melalui manipulasi teknik fotografi tahun 1998 dalam pameran “Women in the realm of spiritualty” yang digelar di Galeri Nasional Gambir karena masih banyak masyarakat seni yang mempertanyakan posisi seni yang satu ini, kemudian karya tersebut bersama karya perupa lainnya di pamerkan di Gallery Pontificial Univercity Gregoriana Vatican, Roma Italy dan memperoleh tanggapan baik dari masyarakat seni di Roma karena masyarakat barat telah lama mengenal keberadaan seni digital mutahir dan menganggapnya sebagai salah satu dari sekian banyak karya seni digital hasil perkembangan seni masa kini yakni perpaduan garapan kerja kreatif dari konsep manual dan teknologi masa kini layaknya karya seni digital mutahir. Hal ini membuktikan bahwa perkembangan seni digital telah diakui sebagai karya seni cetak berteknologi tinggi dan seni digital ini telah cukup lama dikenal dan berkembang dengan pesat di dunia barat .

Peran kurator pameran tersebut Jimmy Supangkat telah mempertegas makna perkembangan seni digital tersebut, telah memberikan motifasi agar tidak sangsi serta ragu ragu dalam menggunakan teknik seni fotografi dan media digital komputer sebagai salah satu idiom ungkapan seni dan perubahan ke media dan idiom teknologi baru telah membawa perubahan pada penjelajahan makna pada karya karya yang saat itu dipamerkan. Dalam sejarah perkembangan seni digital Mutahir di dunia Barat yang populair sejak era ahir abad 20, dimana pada tahun 1989 telah mebuktikan banyaknya perupa digital art yang menampilkan karya karya seni digital berbasiskan teknologi komputer.

Banyak perupa maupun desainer komunikasi visual telah bereksperiment dan menggunakan idiom teknologi komputer dalam mengembangkan keahliannya untuk menghasilkan karya karya seni digitalnya, telah terhitung 200.000 perupa seni digital yang telah memarmerkan lebih dari 100.000 karya digital imej pada galeri galeri terkemuka didunia barat. Mereka telah dikenal sebagai perupa yang sangat berhasil dibidangnya, serta mampu menghasilkan beberapa buku seni digital yang berisikan karya seni digital penuh dengan daya imaginasi serta fantasi maupun kerja kretif melalui eksplorasi teknik mutahir seperti halnya John Grant dengan karyanya yang banyak memperoleh penghargaan dibidangnya berupa penghargaan Winner of Hugo, penghargaan World fantasy award dan penghargaan Chesley award.

Perupa seni digital lainnya, John Picacio yang memperoleh penghargaan The International Horror Guild Award ditahun 2002 dan juga telah memperoleh empat kali penghargaan sebagai The best in Contemporary fanatastic Art, mengatakan bahwa komputer Machintosh hanyalah sebuah alat yang canggih,namun ia lebih menyukai untuk bekerja terlebih dahulu scara manual dengan menggunakan media oil maupun acrylic serta kwassnya dalam menciptakan imej yang kemudian ditransfernya melalui teknologi digital komputer, tetap konsistent pada kerja kreatif melalui kemahiran tangannya sendiri dalam hal menciptakan karya karya sketsa gambar maupun karya lukis kadang dipadu dengan teknik fotografi atau penanbahan suatu benda tak berharga yang mampu diselipkan dalam proses kreasinya dan keseluruhan ini kemudian diproses melalui teknik komputer dengan menggunakan tehnik photoshop ia berhasil melahirkan karya karya yang bersifat unik sebagai penegasan pernyataannya bahwa hanya melalui kerja tangannyalah yang dapat menciptakan karya melalui kerja kreatif serta kemampuan estetika yang memberikannya banyak kemungkinan dalam dunia seni digital mutahir.

Seni digital merupakan hasil dari produk kecanggihan teknologi yang mampu merealisir ide ide kreatif dari para perupanya dengan proses teknologi digital komputer mampu memberikan kemungkinan kemungkinan teknik yang mutahir dalam menciptakan perpaduan antara teknik serta bentuk elemen estetika hingga mampu melahirkan karakter maupun suasana yang diinginkan oleh para perupanya.

Kemampuan mereka ditantang untuk dapat menggarap tehnik yang beragam melalui alat teknologi komputer ditunjang pula dengan penggunaan media gambar berbeda seperti mulai goresan pinsil, nada nada aquarel maupun sapuan kwass hingga teknik fotografi mampu dimunculkan melalui tehnik digital ini.

Penting bagi perupa digital bagaimana mereka mampu merealisir keinginannya menggunakan media yang dekat dengan mereka seperti halnya cat minyak, cat acrylic, cat air maupun airbrush dan sebagainya melalui teknik komputer digital.

Hal lain yang perlu diperhatikan sebagai perupa seni digital mutahir adalah originalitas dari tangan perupa itu sendirilah yang akan menjadi karakter ekspresi dari pemikiran serta ide gagasan yang bersifat original sedangkan komputer adalah sebagai alat pembantu kecanggihan teknologi semata sesuai dengan perkembangan peradaban serta kebutuhan masyarakat masa kini.

Pegangan mutlak bagi prinsip para perupanya yakni proses pemikirannya dalam melahirkan karya seni memiliki kondisi yang sama pada masa ditemukannya teknik baru dibidang seni grafis seperti layaknya seperti ketika mulai ditemukan nya teknik cetak baru, cetak etsa, cetak lithografi maupun teknik cetak off set didunia seni cetak itu sendiri.

Kita dapat melihat dari hasil perkembangan seni digital yang dilakukan oleh perupa Adam Benton, walaupun awalnya menekuni bidang lukis sebagai perupa lukis namun keinginan untuk mempelajari tehnik tehnik baru dibidang computer digital, beliau mampu menampilkan karya karya digital melalui teknik lukisnya konvensionnalnya dengan perpaduan ide kreatifnya yang menampilkan karya karya ilustrasi dengan imaginasi fantasinya yang sangat menarik melalui perpaduan teknologi tinggi komputer, tetap konsisten terhadap posisinya sebagai seorang perupa dibidang lukis namun mampu memadu teknologi dalam penciptaan karya seni digital sebagai jawaban dalam mengantisipasi perubahan paradigma seni masa kini. Begitu juga dengan perupa seni digital Perancis Bernard Dumaine yang telah sering memamerkan karya seni digital mutahir pada galeri galeri di Perancis, Inggris maupun Jerman .

Beliau awalnya seorang ilustrator yang mampu mengangkat tema tema imaginasi fantasi dari beberapa bentuk experimentalnya melalui penguasaan teknik komputer graphic yakni 2D art soffware serta 3D graphic yang dilakukan melalui eksplorasi kreatif dari hasil penelitiannya melalui perpaduan karakter teknik lukis tradisional dari cat minyak diatas kanvas yang ditampilkan melalui karyanya bertema “Magical Mystery tool”, dan karya ”Forme”.

Masih banyak lagi perupa seni grafis dengan konsep ide yang berbeda dengan latar belakang profesi seni berbeda namun telah mampu menghasilkan karya karya cemerlang seperti halnya perupa seni digital Marchell Barthel dari Jerman berawal dari kegemarannya dibidang seni, drawing serta menguasai 3D komputer graphic telah menghasilkan karya seni digital bernuansakan imagi imagi dunia fantasi melalui kecerdasan kreatif dalam karyanya. “Tene T” dan “Twilight” yang menyajikan kehidupan futuristik mengenai kondisi luar angkasa masa depan.

Perupa seni digital lainnya Matt Hansell karyanya mendapat pegaruh gaya dari seniman Salvador Dali, juga perupa David Ho banyak menampilkan imej figur penuh makna mistery melalui perangkat idiom komputer digital.

Dari uraian diatas di dunia barat seni ini telah lama berkiprah melalui proses seni digital sebagai salah satu bentuk seni kontemporer yang merambah dunia teknologi mutahir masa kini melalui pemikiran kecerdasan estetika dan kerja kreatif berikut kemampuan dalam kerja eksplorasi teknik dari para perupa nya dalam mengemas menjadi karya seni dalam kerja kolaborasi dari berbagai disiplin ilmu seni lainnya dan telah memperoleh pengakuan dalam dunia seni.

Perupa Indonesia yang juga telah berkiprah dengan karyanya melalui tehnik digital antara lain perupa seperti FX. Harsono, salah satu figure perintis perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia, yang telah banyak menghasilkan karya seni digital yang menunjukkan kemampuan memadu teknologi fotografi dan idiom computer imaging melalui karya yang dapat kita nikmati pada pameran pameran seni di Jakarta juga perupa Devy yang juga telah lama berkecimpungan didunia seni grafis konvensional terutama kemahirannya dibidang tehnik etsa dan telah turut andil dalam mengenalkan seni digital baru melalui proses pengembangan dibidang seni grafis dengan cara memperdalam bidang seni digital di dinegara barat diantaranya di Canada, Jerman, Devy dikenal juga sebagai salah satu pendiri Studio dan Galleri Red Point, Bandung sumbangsihnya yang besar untuk turut andil dalam memberi apresiasi seni didunia seni grafis khususnya pada masyarakat pencinta seni serta kiprahnya sebagai perupa seni Grafis.

Bagaimana halnya dengan karya karya seni digital perupa Magdalena Rotua Pardede kali ini, pameran yang digelar di Hotel Four Seasons Jakarta pada periode awal tahun 2009, sesuai semangat menuju era baru, menuju semagat baru dalam memasuki perpaduan seni dan teknologi di pembuka tahun ini, Magdalena mencoba membuka pandangan baru bagi para pencinta seni dalam bentuk sajian karya seni digital yang mampupula mewakili pemikiran baru walau teknik ini yang sebetulnya telah lama digelutinya sebagai basik berkarya baik dalam teknik pengerjaan maupun tehnik penyajian yang beragam terutama dalam hal penggunaan idiom teknologi baru, media bahan yang berkwalitas, bagaimana Magda memperkenalkan produk baru media kertas yang sangat menunjang hasil ahir karyanya dalam proses cetak digital sebagai wujud kepedulian terhadap mutu penyajian ahir karya seninya, kwalitas dan tanggung jawab Magda dalam menampilkan karya yang bermutu tidak perlu kita ragukan lagi sebagai profil perupa seni selain berjiwa professional mampu menampilkan hal hal baru baik dalam penggunaan media baru maupun idiom seni digital mutahir yang digumuli setiap hari .

Melalui tema makna Surga yang diangkat dari perpektif dirinya, Magdalena mencoba menampilkan karya karya digital mutahir berdasarkan konsep awal dari pernyataan dirinya, banyak hal yang ingin diungkapkan melalui karya karya seni digital masa kini yang mencerminkan makna Surga yang tak terlupakan, apapun kejadian maupun ekspresi benda yang nampak disekelilingnya mampu merubah persepsinya terhadap benda benda yang dicermatinya kemudian diangkat melalui karya seninya sesuai pandangan ekspresif akan cerminan surga yang selalu terasa lekat dalam kehidupan spiritualnya, banyak hal dari pengalaman kolektifnya dalam menyikapi kondisi alam maupun keresahannya dari peristiwa disekelilingnya yang mampu membangkitkan ide inspirasi dalam proses kerja kreatif.

Hal ini terpancar dalam karyanya mengenai kepeduliannya terhadap aspek kehidupan serta lingkungan yang terjadi dibumi ini, ada ungkapan isi hatinya dapat kita nikmati pada karyanya mengenai “Catatan Harian Bumi” sarat akan makna mendalam dalam kerja kreatif yang selalu bermuara dari perjalanan batinnya mengenai pengalaman hidup, secara lugas diangkat kedalam bahasa visual yang mampu mewakili kondisi perjalanan spiritual Magda. Berangkat dari sisi lain, mengungkapkan kondisi alam dalam kapasitas kehidupan spiritual Magda.menyangkut kondisi alam dari peristiwa yang menyedihkan, kekeringan akibat ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab, adalah salah satu perkembangan dalam karyanya yang berangkat dari kepeduliannya terhadap situasi kehidupan disekitarnya berjudul ”Berbeda itu indah”, mix media diolah melalui teknik lukis diatas media kayu berskala besar dengan diameter 2 m, disini nampak adanya perbedaan dalam muncul dari benak Magda yang mampu melahirkan imagi imagi visual terhadap perbedaan pandangannya akan suatu hal yang menarik serta sudut perbedaan spiritual telah pula melahirkan karya yang jelas menampilkan perbedaan kehidupan, individu maupun adat istiadat tersebut sebagai suatu karya yang menarik menggunakan media bahan kayu yang diolahnya dalam sajian olah bentuk bundar/circle yang mewakili simbol dunia, disini Magda mencoba mengungkapkan makna dari roda kehidupan yang terus berputar sesuai rotasi bumi yang menggambarkan perbedaan yang terjadi dalam kehidupan maupun perilaku manusia dengan keragaman aspek kehidupan di bumi ini tetap dikemas dalam kesatuan bentuk seutuhnya, akhirnya berhasil memperlihatkan karya seni yang dikemas dalam suatu komposisi kehidupan yang indah, unik dan beragam dan mampu menyentuh kondisi kehidupan manusia sejak awal kehidupan, lahir sebagai sosok bayi hingga mencapai kehidupan manusia seutuhnya.

berbeda-itu-indah2

Berangkat dari keragaman tadi nampak pada karyanya yang lain berjudul “Kita ada karena perbedaan” yang dikemas dengan media yang beragam pula berupa karya mix media berskala besar 80 x 2 m, dikerjakan diatas bidang kanvas dengan tehnik lukis melalui sapuan kwas, disini ada bentuk figur yang mewakili generasi terungkap melalui repitisi ekspresi wajah yang dikemas dalam perpaduan warna yang bersifat alami serta bentuk ragam hias budaya sebagai ungkapan bentuk estetis lainnya yang pada ahirnya mengajak kita semua memandang makna suatu kehidupan yang mengandung misteri sesuai sudut pandang Magdalena.

Seperti telah disinggung dalam beberapa ulasan karya Magdalena dapat kita simak banyak menampilkan karya karyanya yang banyak menyajikan hal hal mengenai kepekaannya terhadap kondisi kehidupan gender dalam hal ini perempuan dari segala aspek kehidupan, perkawinan maupun aspek cinta serta aspek budaya, dimana kehidupan gender perempuan dalam lingkup kehidupan budaya ditampilkan dalam karya mix media yang menarik, eksplorasi media didukung dengan penguasaan tehnik yang bervariasi mulai teknik drawing, tehnik etsa dan teknik fotografi yang dikemas menjadi karya yang menyatakan kepedulian mengenai kehidupan kaum perempuan dalam lingkup budaya secara jelas dapat kita nikmati dalam karya “Woman, Gender in a Culture” yang juga menampilkan wajah perupa sebagai salah satu ikon dalam karya yang mewakili isu tentang gender perempuan. Juga “Kasih Ibu” adalah pesan khusus yang ingin disampaikan Magda dalam melihat sosok ibu maupun sosok lainnya yang digambarkan melalui sisi kehidupan perempuan lainnya.

kasih-ibu1
Kasih Ibu

Selain hasil karya karyanya yang cemerlang kita dapat menarik kesimpulan akan kematangan imaginasi dalam memaknai filosofi mengenai arti kehidupan ini dari perupa Magdalena.

Pemikiran mengenai aspek kehidupan lainnya ditampilkan dalam karya yang diungkap melalui teknik seni digital, bagaimana magda membangun harapan yang muncul melalui sudut pandang seorang anak di usia dini tentulah diolah berdasarkan mimpi-mimpi serta harapan anak-anak dalam menjalani proses kehidupan sebagai jawaban cara kita melihat dari perspektif yang berbeda sesuai kondisi dalam usia manusia.

Hal tersebut menjadi ide inspirasi Magda dalam menyajikan ide-ide kreatifnya mengenai obyek estetik yang tersirat dari sosok anak kecil dengan kepolosan jiwa sesuai kondisi usianya yang kemudian mampu disajikan sebagai wujud ekspresi seni dalam menyikapi kondisi tersebut, dikemas dalam bentuk karya mix media bertema “Melihat dengan Murni” berukuran 50x 150 cm, dan karya lainnya bertema Anak kecil dan Harapan “Menunggu Inang Pulang”, ”Bicaralah, saya mendengarkan”, gambar-gambaran imagi semacam inilah yang lebih meyakinkan kita terhadap kesatuan serta keutuhan pola pandang Magda dalam mencerminkan makna surga yang telah dikemas secara utuh dalam pameran tunggal penuh makna yang digelar pada pameran tunggalnya diawal pembuka tahun 2009.

melihat-dengan-murni-1a2melihat-dengan-murni-b2
Melihat Dengan Murni

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

menunggu-inang-pulang1
Menunggu Inang Pulang

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

bicaralah-aku-mendengarkan1
Bicaralah Aku Mendengarkan

Keberhasilan Magda dalam kerja kreatif inovatif mampu menjawab segala persoalan zaman melalui sudut pandang kehidupan dalam bentuk sajian kreatif serta kecerdasan estetika melalui seni digital hasil kemajuan tehnik industri, menjawab tantangan zaman dimana telah saatnya seni merambah industri/Art link with Industry yang ahirnya mejadi kenyataan bahwa telah lahir seorang perempuan perupa Indonesia dibidang seni digital yang sarat akan kerja inovatif melalui eksplorasi tehnik digital mutahir melalui perhatiannya yang besar dalam memajukan seni grafis yang seolah termarjinalkan dibumi Indonesia tercinta ini.

Sosok Magda akan selalu hadir dengan membawa pembaruan serta angin segar dalam kehidupan berkesenian dengan kesahajaan dalam memandang kehidupan dunia disekitar kita telah memberikan sumbangsihnya melalui karya merambah kedalam dunia kerja kreatif mutahir dari persoalan budaya, segala aspek kehidupan, cara ia menghargai benda-benda sederhana, pemahamannya terhadap hubungan manusia baik dari sudut pandang usia, bagaimana perhatiannya terhadap kehidupan kehidupan seorang anak, kehidupan perempuan maupun sosok ibu melalui aspek aspek gender, cinta maupun kehidupan sosial serta kepekaan hati diperkuat dengan perasaan empatinya dalam memandang kondisi kehidupan di dunia yang diungkapkan melalui penjelajahan teknis serta kecerdasan estetika yang keseluruhan telah memberi sudut pandang wawasan baru maupun apresiasi seni yang menarik melalui garapan tehnik seni digital mutahir yang seluruhnya dapat kita amati melalui karya karya berskala besar dengan olahan medium baru yang disajikan dengan sangat beragam baik dalam tema, maupun tehnik, yang menghantar kita untuk ikut terlibat dalam memaknai surga melalui alam imaginasi Magdalena Rotua Pardede melalui karya karya yang sangat kuat mencerminkan seni diluar tradisi yang digelar disepanjang ruang pamer lobby Hotel Four Seasons Jakarta di pembuka tahun 2009.

Mengamati konsistensinya dalam berkarya, serta kerja kreatif inovatif maupun kecerdasan estetika yang dituangkan Magdalena pada karya-karya besarnya berupa seni diluar tradisi namun nampaknya sejarah seni grafis Indonesia harus diingatkan untuk tidak lupa mencantumkan nama perupa Magdalena Rotua Pardede yang telah banyak memberikan sumbangsihnya dalam kerja seni dan mampu mengangkat citra seni rupa Indonesia dalam kancah seni baik didalam maupun luar negeri. Selamat berpameran Magda…, Tris sangat bangga dan kagum atas kerja kreatif inovatif Magda. Tris tunggu karya-karya kreatif lainnya dikemudian hari.

Dra. Tris Neddy Santo MA
Multi Discipline Print Making Artist
Art Curator

Pustaka:
1. Carinna Parraman, A Survey of Photomechanical Prints, printed by Impact Press, Center for Fine Print Research, UWE Faculty of Art Media and Design Bristol, UK 2000
2. John Grant and Audre Visniauskas, Digital Art for The 21 st Century, published by AAPPL, Artists and Photographers Press Ltd, London, UK 2004
3. Michael Archer, Installation Art, printed by Thames & Hudson 2004
4. Sarah Bodman, Books by Artists, printed by Apple Litho, Bristol, U.K 1999
5. Robert Flynn Johnson, Artists’ Books in The Modern Era 1870-2000, Fine Arts Museum of San Francisco, printed by Thames & Hudson 2002
6. Tris Neddy Santo, A Journey Through the Exotic East, Digital Art Exhibition Catalog, printed by PT Jayakarta Agung Offset 2005

•••

« Previous Article Next Article »

  • Share this!
  • delicious
  • mail
  • tweet this
  • share on facebook
  • Add to Google Bookmarks
  • Add to Yahoo! Buzz

COMMENTS

  1. pameran yang wajib ditonton…
    karyanya bagus, menarik, dan ada kutipan cerita lukisannya… seru deh :)

  2. Wah … perjalanan kreatif yang sangat dalam.
    Filosofi dibelakang prosesnya juga menarik …
    Banyak numpang belajar nih … makasih

  3. Wah Magda memang luar biasa…saya betul-betul mengagumi penggambaran emosi dan permenungan yang dituangkan dalam aneka teknik ini…suatu explorasi yang unik dan memunculkan ke-khasan…sekaligus keindahan yang menawan. Membuai mata…menyentuh rasa…Thanks Magda juga Ibu Tris Neddy for sharing this, proviciat dan teruslah berkarya.

  4. Saya nggak bisa komentar. Terlalu banyak yang berkecamuk di kepala saya saat meilhat pameran bu Magda. Awalnya saya hanya mengantar anak saya yang suka melukis untuk melihat pameran ini. Tapi akhirnya bukan hanya dia yang termangu tapi juga saya yang sebenarnya nggak ngerti apa2 tentang seni. Sukses bu Magda!

  5. ..eMhb,, karyanya its so interesting dng berbagai pameran yg membuat saya terkesan n i want to be better girl seperti bu magda. . . memang bener2 hebat dech!!,, saya ngiri Lho… Sukces bu Magda??

Add Your Comments

© DGI-Indonesia.com | Powered by Wordpress | DGI Logo, DGI's Elements & IGDA Logo by Henricus Kusbiantoro | Web's Framing by Danu Widhyatmoko | Developed by Bloggingly