Seniman dan perancang grafis S Prinka (57) meninggal dunia, Rabu (22/12) pukul 04.00, di Rumah Sakit Gatot Subroto, Jakarta. Jenazah almarhum telah dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Pondok Kelapa, Jakarta Timur, pada hari yang sama pukul 12.00. Almarhum meninggalkan seorang istri, seorang putri, dan dua putra.
Selain mengajar di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) sejak tahun 1976, tahun 1977 Prinka bergabung dengan majalah berita mingguan Tempo sebagai perancang desain grafis. Berkat lelaki kelahiran Bogor, Jawa Barat, ini rancangan-rancangan grafis mulai dilirik sebagai karya seni yang mandiri.
Pengamat seni Agus Dermawan T mengatakan, kalau tidak karena Prinka, barangkali Ikatan Perancang Grafis Indonesia tidak akan berdiri. Organisasi ini penting sekali peranannya di dalam mengangkat citra para perancang grafis yang selama ini hanya dinilai sebagai tukang semata.
“S Prinka justru memamerkan hasil-hasil rancangan cover-nya untuk majalah Tempo sebagai karya seni,” kata Agus. Seniman lulusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung ini adalah sosok pekerja keras untuk memperjuangkan gagasan- gagasannya.
Rancangan-rancangan Prinka, tambah Agus, selalu berhasil menunjukkan pemahaman terhadap psikologi sosial. “Karena rancangan grafis harus menyinergikan antara seni dan gagasan aktual yang menjadi pikiran dari sebuah penerbitan, dan Prinka orang yang tepat untuk itu,” kata Agus Dermawan T.
Sumber: Harian Kompas, Kamis, 23 Desember 2004
Catatan Pinggir Goenawan Mohamad yang menjadi khas majalah Tempo, menjadi tambah kuat dengan goresan ilustrasi Prinka. “Gambarnya, tidak sekadar asal melengkapi saja, tetapi juga menambah kekuatan tulisan,” aku Goenawan.
Sumber: TokohIndonesiaDotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
Jim Supangkat menilai almarhum S Prinka yang pernah menangani perwajahan majalah Tempo memiliki perspektif khas dari karya-karyanya. “Bukan hanya karya seni, tetapi karya yang provokatif,” kata Jim yang bersama Prinka, dikenal sebagai tokoh Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia.
Pemimpin Redaksi Tempo, Bambang Harymurti mengakui Prinka telah memberikan sumbangan yang luar biasa besar bagi besarnya nama Tempo. “Dengan menghasilkan karya yang berstandar internasional dalam hal desain dan ilustrasi,” ujarnya. Menurutnya, jika ada penilaian bagian mana dari Tempo yang sudah berstandar internasional, “jawabannya adalah ilustrasi dan desain yang diwariskan almarhum.”
Prinka, kata Bambang, adalah sosok seniman dan profesional yang patut menjadi teladan bagi insan seni. “Karena dia, saya jadi berubah pandangan. Jika dibilang seorang seniman bisa berkarya hanya dalam kondisi tertekan, maka tidak pada Prinka yang selalu penuh humor tapi karya-karyanya tetap sempurna,” katanya.
Peran Prinka juga diakui Fikri Jufri, salah seorang pendiri Tempo. Menurutnya, Prinka mampu mengubah pewajahan Tempo menjadi lebih menarik dan representatif meskipun almarhum bukanlah generasi awal Tempo. Prinka memang baru bergabung dengan Tempo pada 1977. “Prinka orangnya hangat dan berdedikasi, bahkan dalam kondisi sakitpun ia tetap berkarya sampai selesai,” kata Fikri.
Sumber: Tempo Interaktif, Rabu, 16 Maret 2005
Beberapa karya S Prinka:
•••
yg saya ingat tentang mas Inka adalah…..dia kurus, berkacamata……perokok……waktu masih kuliah tinggal di jl Manyar…….
dan setiap sore saya mengantar susu murni kerumahnya………..
setelah itu…..saya hanya mengikuti karya beliau lewat majalah TEMPO……
TIDAK PERNAH JUMPA lagi……….. sampai kabar itu datang…..mas INKA menghadap Ilahi….
tp mas, saya perkenalkan nama mas dan juga karya2 mas…dan juga bagaimana mas merintis bersama mas Pri….desain grafis menjadi DKV sekarang…………kepada mahasiswa2 saya di BINUS………..
terima kasih Mas……
anak saya juga lulusan DKV Binus akhirnya….
[…] perjalanannya, eksponen GSRB yang juga desainer grafis tercatat antara lain FX Harsono, Syahrinur Prinka (1947-2004), Wagiono Sunarto, Priyanto Sunarto, Gendut Riyanto (1955-2003), Harris Purnama dan […]