Desain Grafis Indonesia

Desain Grafis Indonesia

Fostering understanding among Indonesian graphic designers and its juncture in art, design, culture and society

Kritik DKV ISI Yogyakarta #2: “Kabar Aman bagi Pariwisata Jogja” Bagian II

Sebuah pameran yang digagas oleh mahasiswa DKV Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam rangka menyelesaikan mata kuliah Kritik DKV atas saran Sumbo Tinarbuko selaku dosen pengampu Kritik DKV.

Maka dibuatlah pameran online Kritik DKV dengan mengangkat Kabar pariwisata kota jogja pasca bencana alam yang sedang hangat diperbincangkan sampai saat ini melalui bentuk perancangan komunikasi visual kami memakai tema besar Yogyakarta tetap layak dan aman dikunjungi oleh siapa pun “Kabar aman bagi pariwisata jogja!”, sekaligus sejauh mana para mahasiswa menanggapi dan mengkritik bentuk perancangan yang ada melalui tulisan.

Tujuan dari pameran online Kritik DKV ini adalah mengajak para rekan-rekan mahasiswa, dosen-dosen, para kritikus dan para pemerhati Pariwisata Yogyakarta untuk saling sharing, dan bertukar pikiran mengenai permasalahan yang sedang dihadapi Yogyakarta melalui proses penciptaan karya komunikasi visual.

Haning Satria Panuntun (desainer) - 081 1671 024
Beny Styawan (kritikus) - 081 1660 024

Deskripsi Poster Jogjaku terlahir kembali
Poster ini dibuat oleh Haning Satria Panuntun mahasiswa Institut Seni Indonesia Yogyakarta, program studi desain komunikasi visual angkatan 2008. Poster ini berukuran 21cm x 29,7cm (A4), dengan posisi portrait. Poster menggunakan background warna coklat (C:15, M:19, Y:55, K:2), dan didalamnya diisi persegi panjang dengan posisi portrait berukuran 16,632cm x 29,241cm yang didalamnya terdapat ilustrasi telur yang baru saja menetas dan didalam telur tersebut keluar tugu jogja, dibawahnya terdapat teks jogjaku terlahir kembali.

Persegi panjang (16,632cm x 29,241cm) yang berada didalam poster berukuran A4 ini berwarna kuning (C:7, M:11, Y:91, K:2) bergradasi coklat tua (C:27, M:33, Y:90, K:53) pada bagian atas, dan kuning (C:7, M:11, Y:91, K:2) bergradasi krem (C:11, M:2, Y:15, K:0) pada bagian bawah, gradasi ini berupa radial. Ditengah tengah terdapat ilustrasi telur menetas yang mengeluarkan tugu, telur berwarna coklat muda (C:4, M:28, Y:37, K:0) pada bagian pinggir, dan coklat (C:9, M:31, Y:41, K:0) ditengah nya, pada bagian dalam cangkang telur berwarna coklat tua (C:33, M:46, Y:53, K:0), dan telur ini menggunakan outline berwarna hitam (C:83, M:75, Y:63, K:65). Telur pecah pada bagian atas dengan jumlah retakan yang terlihat berjumlah 10.

Didalam cangkang telur tersebut terdapat tugu jogja yang miring ke kanan dengan sudut kemiringan 351.3o . Tugu tersebut menggunakan warna abu-abu (C:12, M:8, Y:19, K:0) pada bagian pinggir atau terang dan abu-abu tua (C:29, M:21, Y:33, K:2) pada bagian gelapnya. Ujung menara berwarna emas (C:0, M:20, Y:60, K:20) dan emas muda (C:4, M:18, Y:57, K:0) pada bagian yang terang. Dibawah ujung menara terdapat ukiran berwarna jingga (C:0, M:60, Y:100, K:0), ukiran tersebut mengelilingi ujung menara yang berwarna emas. Pada bagian bawah ukiran yang berwarna jingga tersebut terdapat bentuk sap atau bersap kebawah dan diberi penyangga berwarna emas (C:25, M:33, Y:63, K:9) dan emas muda (C:7, M:20, Y:56, K:1) pada bagian terang. Jumlah tiang penyangga sap berjumlah tiga buah. Tugu menggunakan outline berwarna hitam (C:83, M:75, Y:63, K:65). Ukuran keseluruhan cangkang telur dan tugu jogja adalah 11,501cm x 16,98cm.

Pada bagian bawah cangkang telur dan tugu jogja terdapat teks “Jogjaku terlahir kembali”, pada kata “jogjaku” menggunakan font DorovarFLF – Carolus berwarna hitam (C:0, M:0, Y:0, K:100), dan di huruf “A” ditambah dengan warna coklat (C:19, M:32 Y:50, K:0) yang menyerupai gunung merapi. Pada kata “jogjaku” “jogja” dibuat kapital dan “ku” tidak. Dibagian bawah kata “jogjaku” terdapat 2kata “terlahir kembali” dibuat kapital dengan warna hitam (C:0, M:0, Y:0, K:100) menggunakan font faktos.

Analisis

Interpretasi Poster Jogjaku terlahir kembali
Poster jogjaku terlahir kembali karya Haning Satria Panuntun ini menggunakan warna-warna yang soft, warna pastel, warna warna yang digunakan antara lain coklat, kuning, krem, emas, abu-abu, jingga dan hitam untuk outline dan font. Poster ini menggunakan ilustrasi tugu yang baru saja menetas dari telur dikarenakan jogja baru saja mengalami cobaan bencana gunung merapi, oleh karena itu jogja harus bangkit dari keterpurukan karena bencana. Penggunaan tugu jogja sebagai ilistrasi karena tugu jogja telah menjadi icon yang sangat penting untuk masyarakat jogja karena bangunan tugu yang berada di Yogyakarta ini adalah salah satu bangunan peninggalan Sultan Hamengku Buwana I. Pembangunan Tugu tersebut dilakukan untuk memperingati rasa kebersamaan raja (pada waktu itu Pangeran Mangkubumui) dengan rakyat yang bersatu padu melawan Belanda sehingga Pangeran Mangkubumi mendapatkan tanah Mataram.

Tugu tersebut dibangun setahun setelah Perjanjian Gianti. Ketinggian Tugu pada waktu dibangun pertama kali adalah 25 meter. Posisi Tugu jogja sekarang berada di tengah perempatan jalan besar yakni yang membujur ke utara adalah Jalan AM. Sangaji ke timur Jl. Jenderal Sudirman, ke selatan Jl. Pangeran Mangkubumi-Malioboro, ke barat Jl. Pangeran Dipanegara. Puncak tugu tersebut pada awalnya sebagai titik pandangan Sultan sewaktu menghadiri upacara Grebeg di Bangsal Manguntur, di Sitihinggil Lor. Dalam bahasa Belanda Tugu Yogya ini lebih terkenal dengan sebutan white paal (tugu putih). Sedangkan masyarakat Yogyakarta generasi tua sering menyebutnya Tugu Pal Putih. Di samping itu, masyarakat Yogyakarta juga sering menyebutnya Tugu Golong Gilig. Hal itu tidak terlepas dari ciri-ciri fisik bangunan itu. Warna putih yang melingkupi seluruh tubuh tugu itu menjadikannya lebih terkenal dengan sebutan Tugu Pal Putih. Sedangkan bentuknya yang memang gilig (bulat panjang) dengan puncak berbentuk bola, menyebabkanya disebut golong gilig. Di samping itu, golong gilig juga dimaksudkan sebagai simbol rasa kebersatuan antara rakyat dan raja dalam melawan Belanda. Golong gilig sering diartikan sebagai menyatu/berbulat niat, kehendak, dan tindakan.

Penggunaan cangkang telur pada ilustrasi tersebut dikarenakan sebuah kelahiran yang dramatis, karena telur sangat mudah pecah atau retak, jika tidak dijaga dengan baik telur tersebut tidak akan menetas. Yogyakarta yang telah mengalami beberapa bencana dari gempa sampai erupsi gunung merapi masih bisa kembali atau bangkit dengan sempurna karena dari masyarakat jogja sendiri mempertahankan apa yang mereka punyai dan untuk menghormati sultan.

Warna pada background ilustrasi menggunakan gradasi radial yang berwana kuning coklat pada bagian atas dan kuning abu abu pada bagian bawah, warna kuning ini menyerupai sinar matahari waktu sore, sinar matahari sore ini bisa berarti keadaan jogja dari bencana sudah berakhir, dan waktunya untuk bangkit kembali.

Pada kalimat “jogjaku” huruf A dibuat mirip dengan gunung merapi, karena pster ini untuk menggerakkan masyarakat agar kembali bangkit dari bencana erupsi gunung merapi, font yang digunakan juga menyerupai bentuk pegunungan merapi. Dibawahnya terdapat “TERLAHIR KEMBALI” dengan font tegas berwarna hitam, dapat diartikan jogja harus tegar dalam menghadapi bencana yang telah terjadi dan akan bangkit dengan keseriusan.

Evaluasi Poster Jogjaku terlahir kembali
Setelah mengamati dan menginterpretasikan desain poster jogjaku terlahir kembali karya Haning Satria Panuntun, saya menilai bahwa desain poster ini tak lain adalah untuk membertahu dan member semangat kepada masyarakat jogja dan sekitarnya untuk bangkit dari bencana yang sudah melanda yogyakarata dan dari situ jogja akan terlahir kembali, kembali kekeadaan yang aman dan tentram.
Namun pada ilustrasi tugu kurang menyerupai tugu jogja, dikarenakan ukuran yang berada di bagian tubuh atau tengah tugu tidak ada, disini tugu jogja terlihat seperti tugu biasa, bukan tugu yang dibanggakan masyarakat jogja dan sekitarnya.

Kesimpulan Poster Jogjaku terlahir kembali
Secara keseluruhan desain poster ini terlihat cukup baik, tetapi ada beberapa hal yang sekiranya sangat berpengaruh pada desain poster ini, dari tata letak atau layout seharusnya persegi panjang yang berwana coklat itu tidak usah diikutkan, baskgroun persegi panjang yang berwarna gradasi kuning ke coklat dan kuning ke abu-abu diperbesar menjadi ukuran A4 menggantikan persegi panjang yang berwarna coklat tadi. Untuk ilustrasi tugu, tugu kurang menyerupai tugu yang asli, kurang beberapa ukiran atau motif bada bagian badan tugu, hal ini menjadikan tugu tersebut terlihat tugu biasa yang ada di ujung ujung gang. Seharusnya motif atau ukiran pada tugu lebih dilengkapi. Untuk tulisan “jogjaku terlahir kembali” seharusny dibagian bawah atau sebagai body copy diberi penjelasan tentang jogja yang baru saja mengalami musibah bencana erupsi gunung merapi, agar memudahkan audience yang melihat poster ini dapat mengerti apa yang mau disampaikan oleh poster.

Daftar Pustaka
Poster karya Haning Satria Panuntun DKV ‘08
www.tembi.org/keraton_yogja/tugu.htm

Dhito (desainer), Khafi (kritikus)

DESKRIPSI

• Iklan yang berbentuk potrait ini dibuat untuk mengajak semua orang untuk datang atau berwisata ke jogja lagi pasca bencana yang melanda Yogya dan sekitarya.
• Backround berwarna hijau tentara dan hijau muda
• Terdapat ilustrasi bergaya kartun. Ilustrasi tersebut menggambarkan seorang pria muda sedang menaiki sepeda dengan raut gembira dengan kesan menunjukan sesuatu dan mengajak seseorang. Pria tersebut mengenakan baju berwarna hijau, memakai tas menyamping,memakai kacamata bening,Sepeda berwarna hijau,dan celana panjang yang dilipat. Dibelakang ilustrasi seorang pria tersebut terdapat gambar satu lampu kota dan dua buah awan yang hanya berupa sketsa berwarna hitam. Pria tersebut mengeluarkan balon kata yang berwarna hijau yang merupakan bagian dari background poster.
• Pada Tagline terdapat kalimat”Ayo ke Jogja lagi!!” dengan tipografinya memakai jenis font cooper std black yang berwarna putih. Dibawah tagline terdapat kalimat penjelas berbunyi ”Jogja sudah aman bro ” dengan jenis font yang sama yaitu cooper std black yang juga berwarna putih. 2 kalimat ini memiliki 2 fungsi yaitu sebagai tagline poster dan sebagai kalimat yang terdapat pada balon kata yang diucapkan oleh pria tersebut.
• Dibagian paling bawah terdapat 2 logo ISI Yogyakara dan Studio Diskom.

INTERPRETASI

• Dari visualisasi keseluruhan poster ini berwarna hijau yang mempunyai kesan segar,yang berarti dalam poster ini bermakna bahwa jogja telah kembali seperti semula dan telah aman untuk dikunjungi.
• Tipografi yang dipakai pada tagline dan kalimat penjelas menggunakan jenis font cooper std black yang mempunyai anatomi lekukan yang halus dan tebal,mengesankan keceriaan dan kokoh. Pada tagline ”ayo ke jogja lagi !!” yang menggunakan tanda seru bertujuan untuk meyakinkan dan menegaskan bahwa jogja sudah aman buat dikunjungi. Diperkuat dengan adanya kalimat penjelas yang berbunyi ” jogja sudah aman bro”
• Pada ilustrasi terlihat seorang laki – laki yang sedang menaiki sepeda dengan ekspresi kegembiraan dengan tangan kanan menunjukan sesuatu atau mengajak orang – orang untuk mengikutinya. Laki – laki bersepeda tersebut mempunyai maksud bahwa kota jogja adalah kota yang menjadi tempat berwisata yang nyaman. Salah satunya dengan menaiki sepeda. Dibelakang gambar laki – laki tersebut terdapat ilustrasi suasana. Terdapat gambar lampu kota ciri khas kota yogyakarta yang menandakan bahwa laki – laki tersebut berada di kota yogyakarta. Gambar 2 buah awan tersebut menggambarkan kota yogyakarta yang cerah dan tentram.
• Terdapat hubungan antara tagline dengan ilustrasi poster tersebut .bisa dilihat dengan kalimat tagline yang berada pada balon kata yang dikeluarkan laki – laki tersebut.Seilah olah laki – laki tersebut berbicara kepada pembaca.

EVALUASI :

1. Ide : Secara keseluruhan jika dilihat dari visualisasinya poster ini sudah terbilang baik. Dengan memakai ilustrasi bergaya kartun poster ini dapat dengan mudah dimengerti bagi siapa saja. Walaupun kita melihat disini target audience sepertinya hanya kalangan penikmat sepeda saja.
2. Desain : Kita lihat pada poster ini memiliki alur baca dari kiri atas, kanan lalu terakhir pada ilustrasinya. Penggunaan jenis font yang tepat dan warna yang tepat sesuai dengan maksut yang ingin disampaikan kepada para pembaca.
3. Komunikasi : Target audience dirasa kurang tepat jika dilihat dari ilustrasi yang ada pada poster ini padahal kebanyakan yang mengungsi atau yang ingin datang ke kota jogja adalah kalangan dewasa dan orang tua. Akan tetapi desainer cerdas dalam memainkan komposisi dan layout.

M. Chika P. (kritikus)
M. Edgar Degas (desainer)

MENGAMATI
Di poster ini terdapat plang penunjuk jalan yang menunjukan jalan arah menuju Yogyakarta dan Bantul.

Terdapat orang asing yang sedang berbicara dengan orang jawa , orang asing itu memakai baju kembang – kembang , sedangkan orang jawa memakai pakaian – pakaian jawa.

Dan juga terdapat sebuah gunung merapi.

Terdapat balon – balon kata yang bertuliskan “Dab , Yogya piye kabare ?“ dan “Safety Mister”.

DESKRIPSI
Di bagian atas kiri poster ini terdapat plang penunjuk jalan yang berwarna hijau dengan huruf berwarna putih dengan outline hitam yang menunjukan ke arah Yogyakarta keatas dan ke arah Bantul dengan penunjuk jalan yang tidak jelas yang menggunakan font Arial.

Di poster ini juga terdapat sesosok orang bule yang memakai baju berwarna kuning , dengan motif kembang-kembang yang berwarna biru dan menggunakan topi yang berwarna coklat serta memakai celana berwarna coklat , sesosok bule ini pun memakai gelang ditangan kirinya yang berwarna coklat.

Di poster ini pun terdapat sesosok orang pribumi yang memakai pakaian ala jawa , yang berwarna coklat dan seorang pribumi ini memakai blangkon yang berwarna coklat , orang ini pun mengacungkan jempolnya.

Dan juga terdapat balon-balon kata , didalam balon kata tersebut terdapat sebuah tulisan dan perbincangan antara seorang bumi dan pria jawa itu yang bertuliskan “ Dab, Yogya piye kabare ?” sebut orang bule dan pria jawa pun berkata “Safety Mister” yang berwarna hitam dan menggunakan font Arial.

Terdapat juga sebuah gunung merapi yang mengeluarkan asap.

Background poster ini berwarna cream./

INTERPRETASI
Font :
Arial : berkesan tegas , jelas dan sederhana
Warna :
Ada 6 warna yaitu putih , hitam , hijau , kuning , biru ,coklat. Pertama-tama saya akan menjelaskan warna tersebut :
1. Warna putih mempunyai sifat yang sopan , cerah , positif
2. Warna hitam mempunyai sifat keabadian , gelap , tegas
3. Warna hijau mempunyai sifat kesejukan
4. Warna kuning mempunyai sifat cerah , menggembirakan , menyenangkan
5. Warna biru mempunyai sifat damai , luas , tenang
6. Warna coklat mempunyai sifat tradisional , kuno , klasik

Analisis pemakaian warna
Pemakaian warna putih pada tulisan di plang penunjuk jalan yaitu “Yogyakarta” dan “Bantul” menampilkan kesan yang sangat positif dan pasti.

Pemakaian warna hitam pada tulisan yang di balon kata yaitu “Dab, piye kabare?” dan “safety mister” memiliki kesan yang sangat tegas dan jelas.

Pemakaian warna kuning dan biru di baju orang asing tersebut terlihat lebih cerah dan modern , sedangkan pemakaian warna coklat pada orang pribumi terkesan tradisional dan klasik.

Pemakaian warna gunung merapi yang berwarna abu-abu keras , galau dan misterius.

Analisis Visual
Ilustrasi yang ada di poster ini menunjukan tentang percakapan seorang warga asing dan warna pribumi. Cirri-ciri warga Asing, dia lebih memakai pakaian yang sangat modern dengan warna bajunya yang berwarna cerah dan menarik untuk dilihat, ia pun mempunyai posur tubuh yang sangat tinggi dan memakai topi bolero. Sedangkan Warga pribumi, ia memakai pakaia sorjan dan memakai blangkon di kepala yang terkesan tradisional dan kuno, postur tuh warga pribumi ini pun jauh beda dengan warga asing tersebut , warga pribumi lebih pendek dibandingkan warga asing tersebut. Di ilustrasi orang ini pun mereka sedang membicarakan tentang Yogyakarta , yang anehnya si warga asing ini berbincang dengan menggunkan bahasa jawa , sedangkan warga pribumi membalas percakapan dengan menggunkan bahasa inggris. Menurut saya ini bisa diartikan bahwa warga asing ini sepertinya sudah lama sekali tinggal di yogya dan sudah paham sekali tentang bahasa dan budayanya. Sedangkan warga pribumi membalas pertanyaan si warga asing dengan bahasa inggris karena mungkin bisa diartikan bahwa warga pribumi bisa lebih menghargai disbanding dengan warga asing tersebut, masalahnya yang diomongin warga asing itu adalah bahasa jawa yang kasar.

Pada Background memiliki ilustrasi Gunung merapi yang mengeluarkan asap dibelakang orang pribumi. Menurut saya terkesan bahwa gunung merapi yang berada di belakang orang pribumi ini ibaratnya sangat sangat di jaga oleh orang pribumi yang ada di depannya.

Ilustrasi plang penunjuk jalan, menunjukan kearah Yogyakarta dengan tanda panah keatas disampingnnya dan dibawahnya terdapat tulisan Bantul dengan tanda panah yang berbentuk plus dengan orang asing dibawahnya terkesan menunjukan orang asing ini tidak tahu arah kemana ia akan pergi dan dituju.

Analisis Tipografi
Font yang dipakai pada Poster ini memiliki tipe san sheriff , Arial. Karena font bertipe san sheriff , arial ini terkesan tegas , jelas dan sederhana.

EVALUASI
Desain poster ini kalo dilihat dari ilustrasi pada karakter orang asing dan pribumi proporsi tubuhnya kurang sempurna, karena terlihat kaku. Kemudian dari segi kejelasan sudah jelas dan komunikatif. Kemudian ilustrasi Gunung, terkesan tidak terlihat seperti gunung, karena bentuknya terlalu kecil dan tertutup oleh ilustrasi oleh orang pribumi di depannya. Terdapat space kosong dibagian kanan atas poster, karena terlihat sangat kosong sekali.

KESIMPULAN
Menurut saya ilustrasi di poster ini dari segi karakternya kurang sempurna, seharusnya bisa terlihat lebih proporsi dan bisa dibikin lebih realis bentuk karakter tersebut. Lalu ilustrasi gunungnya tidak terlalu jelas karena tertutup orang pribumi, sebaiknya lebih diperjelas dan diperbesar bentuk gunung tersebut. Dan juga masih terdapat space kosong di poster ini , seharusnya bisa ditambah dengan ilustrasi awan atau megamendung.

Kelompok Gladis dan Alinda

DESKRIPSI
No Kategori Keterangan
1 Ukuran Karya 21 cm x 29.7 cm
2 Tehnik Cetak Print on Paper
3 Aplikasi Poster
4 Penyajian
5 Desainer Gladis Puspita
6 Ilustrasi Menggunakan petrok salah punokawan wayang,ornamen “motif batik yang digunakan dalam jarik petruk, balon kata
7 Headline Jogja aman untuk di kunjungi
8 Tipogtafi/ Pemilihan Font “Jogja aman untuk di kunjungi” menggunakna jenis font “Baskerville Old face” yang merupakan keluarga “Transitional”.
9 Warna Cyan yang diturunkan warnanya (C:37, M:2, Y:12, K:0), Sky Blue (C:100, M:20, Y:0, K:0) hijau ( C:100, M:0, Y:100, K:0), Coklat kemerahan (C:0, M:60, Y:60, K:40), Light Orange (C:0, M:40, Y:80, K:0), hitam (C:0, M:0, Y:o, K:100)

Analisis

Desain
Desain poster berukuran 21cm x 29.7cm, yang bertema “Jogja Kembali aman” dengan headline “Jogja Aman Untuk Dikunjungi” karya Gladis Puspita, mahasiswa Desain Komunikasi Visual ISI Yogyakarta. Adalah hinbauan untuk mengajak para turis asing maupun local, yang berdomisili disekeliling Jogja maupun tidak untuk kembali mengunjungi Jogja, yang sempat sepi dikarenakan bencana alam Gunung Merapi.
Poster tersebut termasuk dalam katagori Komersil, karena mengajak atau menghinbau orang – orang untuk datang atau berlibur kejogja menikmati suasana nyaman, aman dan tentram dengan suasana eksotik budaya jawa yang kental. Dimana hala tersebut adalah salah satu pemasukan untuk daerah Yogyakarta baik masyarakatnya dan juga pemerintahannya dalam bidang pariwisata.
Dalam poster tersebut terdapat unsur ilustrasi, typografi, dan juga symbol. Antaranya yaitu menggunakan sinbolik petruk, dimana petruk adalah salah satu dari punakawan lakon jenaka dalam pewayangan jawa. Karakteristik petruk yaitu, berbadan kurus dengan perut buncit, berhidung panjang, rambut yang diikat, berbibir lebar, berbadan hitam, Petruk juga simbol dari kehendak, keinginan, karsa yang digambarkan dalam kedua tangannya. Jika digerakkan, kedua tangan tersebut bagaikan kedua orang yang bekerjasama dengan baik. Tangan depan menunjuk, memilih apa yang dikehendaki, tangan belakang menggenggam erat-erat apa yang telah dipilih. Selai itu Petruk memiliki sifat menghibur ketika dalam kesusahaan menerima cobaan, mengingatkan ketika lupa, membela ketika teraniaya. Intinya bisa momong,dapayt dipercaya (momot), menerima kritikan saran dengan baik (momor),pintar dan sifat sesame (murakabi). http://PETRUK/ Budaya Wayang World Masterpiece .htm.com, oleh Pranowo Budi Sulistyo.
Dalam poster tersebut tangan kanan petruk menujuk kebawah, mungkin ingin menunjukkan kota jogja. Namun dalam gambaran diatas tidak jelas petruk menujukkan apa? Dan tangan kirinya menggenggam erat. Motif sulur batik yang digunkan sebagai background terlihat pecah dan kurang menyatu dengan symbol petruknya, lebih terlihat mengganggu.

Warna
Warna yang digunakan dalam poster tersebut antara lain, hijau ( C:100, M:0, Y:100, K:0) sebagai warna motif batik sulur, dimana karakter warna hijau disini melambangkan kesejukan, kesuburan dan kehidupan. Kemungkinan ingin menunjukan bahwa kota Jogja tetap nyaman dan segar.
Warna Cyan yang diturunkan warnanya (C:37, M:2, Y:12, K:0), sebagai warna dasar background poster tersebut, yang melambangkan kesegaran dan kedamaian. Mungkin ingin yang dimaksutkan desainer ingin lebih menekankan kepada public bahwa kota jogja benar – benar sudah aman dan nyaman seperti sebelum bencana alam Gunung Merapi mengeluarkan awan panas yang sempat membuat kota jogja terlihat gelap karena evek abu fulkanik gunung merapi.
Warna Sky Blue (C:100, M:20, Y:0, K:0), yang digunakan dalam outline balon kata, bahwa apa yang diucapkan olegh petruk dalam desain poster tersebut benar – benar nyata dan tidak berbohong, karena warna biru adalah menunjukkan kedamaian, dan kejujuran. Seperti karakter sipetruk yang memiliki sifat ngemong.
Warna Coklat kemerahan (C:0, M:60, Y:60, K:40), dalam desain tersebut digunakan sebagai warna jarik atau kain bermotif batik yang digunakan sipetruk. Menunjukkan bahwa petruk berasal dari kebudayaan jawa atau dalam pewayangan jawa yang tergolong dalam punakawan. Warna Light Orange (C:0, M:40, Y:80, K:0), sebagai warna kulit muka peruk,hitam (C:0, M:0, Y:o, K:100), sebagai warna kulit badan petruk.

Typografi
Typografi yang digunakan dalam headline tersebut adalah “Baskerville Old face” yang merupakan keluarga “Transitional”. Dimana karakeristiknya memiliki sudut lengkung dalam pertemuan stem dan serif, tipis tebal stroke sedikit kontras. “Jogja aman untuk di kunjungi” . desainer memilih type font tersebut, kemungkinan karena ada karakter huruf yang memiliki serif berbentuk sulur atau membentuk seperti motif batik jawa, dalam huruf “J” dan ”g”. yang kemungkinan mampu mewakili Jogja yang bernuansa jawa. Akan tetapi jarak dalam tulisan JOGJA, antara G dan J yang ditengah seperti tabrakan atau tumpang tindih tempat, serta jarak sepasi antara jogja dan dengan di dibawah terlalu mepet.

Penilaian

Ide
Ide Gagasan yang ingin ditonjolkan oleh desainernya yaitu Gladis Puspita, ini ingin memberitahukan bahwa jogja aman untuk dikunjungi. menurut pengamatan oleh desain tersebut,desainya bergaya Art Nouveau. Dimana didalam desain tersebut terdapat unusur visual ornamen yang menyerupai tanaman dan juga lingkaran yang berbentuk balon kata. Seperti Sifat desain Art Nouveau yaitu diidentifikasi secara visual dengan bentuk–bentuk organic, yang menyerupai tanaman, Garis-garis yang mendominasi ruang. (Tipografi dalam desain grafis: Danton Sihombing. MFA). Menurut saya idenya sudah baik, mungkin finishingnya yang perlu diperbaiki juga penempatan balon kata serta ukuran, serta layoutnya.

Crafmanship Kemasan)
Dalam desain diatas masih terlihat sangat kaku, karena desainer kurang memperhatikan penempatan cahaya, serta ruang kosong, agar desain tersebut tidak terlihat penuh. Ditambah dengan potongan sudut–sudut yang terlihat mengurangi kerapian dalam desain tersebut.

Komunikasi
Desain tersebut mungkin dalam typografinya berhasil, namun untuk keseluruhan dalam desain kurang mampu memberikan gambaran tentang situasi dan kondisi kota Jogja yang kembali nyaman untuk dikunjungi. dimungkinkan karena jari kanan petruk yang menunjuk kebawah dan yang ditunjuk apa? kurang jelas.

Keterangan
Desain yang dibuat oleh Gladis Puspita, lebih baik sedikit di perbaiki dalam tampilannya agar terkesan tidak penuh dan nyaman dilihat oleh mata serta penempatan symbol–symbol yang ingin digunakan lebih baik diperhitungkan lebih dahulu, supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi.

Karya Desain Poster : Vici tiara Anjarsari (081 1690 024)
Dikritik Oleh : Stephanus Brasstya (081 1725 024)

DESKRIPSI

Ukuran poster tersebut adalah A4 (21 x 29,7 cm). Pada ilustrasi gambar ini terdapat tugu jogja di sebelah kanan. Lalu di kiri atasnya tersisip dua buah gunungan wayang. Di sebelah kiri tugu terdapat becak. Di depan becak tersebut nampak sorang perempuan menggunakan konde, berbaju dan rok warna pink. Tangan kanan perempuan tadi ada di depan dengan jari tangan mengepal dan jempol keluar, sedangkan tangan kiri dibelakang. Di sebelahnya terdapat seorang laki-laki yang melambaikan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya dibelakang kepala. Gambar laki-laki dan perempuan tadi nampak tersenyum, senyum pada dua orang tadi nampak lebar sampai membuka mulutnya. Kostum yang dia pergunakan adalah sorjan tanpa dikancingkan sehingga keliahatan kaos putih di tengah badannya, celana yang dia pakai adalah abu-abu, dan kepalanya memakai blangkon jogja. Di sebelah orang tadi teradapat pohon kelapa sebanyak 2 buah,dengan rerumputan di belakangnya. Di belakang laki-laki tadi terdapat tiang penunjuk arah, yaitu MALIOBORO (kanan atas), KRATON (kanan bawah), PARANGTRITIS (kiri atas,di bawah kraton), lalu di bawah kraton ada namun tidak nampak karena terpotong pohon kelapa paling depan. Pohon kelapa yang paling depan juga terpotong salah satu daunnya yang paling kiri. Yang menjadi akhiran gambar ilustrasi ini adalah semacam gelombang laut yang lebih berat di bagian kiri bawah. Sedangkan bagian atasnya di belakang semua obyek, terdapat gambar matahari tersenyum dengan 16 buah pancaran sinar yang diapit dua buah awan (awan yang paling kiri nampak ikut terpotong) dan ada satu awan lagi di bawahnya. Di bagian bawah terdapat tulisan Jogja dengan font tulisan tangan (dekoratif) yang antara outline dengan warnanya dibuat sedikit melenceng ukuran sekitar 165 pt. Bawah tulisan itu adalah Aman dan Menawan dengan ukuran sekitar 45 pt jenis tulisan tangan tanpa outline.
Perkiraan warna dalam ilustrasi akan saya bahas pada bagian ini. Warna-warna yang digunakan adalah warna latar belakang putih kekuningan (C:4 M:4 Y:23 K:0). Warna itu juga menjadi warna tugu jogja. Sedangkan warna untuk ornamen dan puncak tugu jogja adalah coklat keemasan (C:16 M:45 Y:93 K:0), warna tempat tulisan di tugu adalah abu-abu tua (C:76 M:71 Y:75 K:93). Warna gunungan di depan adalah coklat muda (C:10 M:35 Y:69 K:0) dengan gradasinya (C:19 M:58 Y:91 K:0), gunungan yang di belakang adalah coklat tua kemerahan (C:11 M:62 Y:73 K:0) dengan gradasinya (C:21 M:85 Y:87 K:0). Warna matahari adalah gradasi kuning (C:3 M:18 Y:69 K:0) ke oranye (C:3 M:33 Y:73 K:0), warna sinar matahari adalah kuning (C:5 M:8 Y:76 K:0). Warna awan adalah biru (C:20 M:8 Y:6 K:0). Warna becak adalah kuning ke orange (C:8 M:32 Y:88 K:0), warna jok becak adalah merah (C:10 M:96 Y:91 K:0), warna atap adalah abu-abu tua (C:75 M:69 Y:75 K:35), warna roda becak abu-abu (C:75 M:67 Y:70 K:3),. Warna tiang adalah abu-abu (C:17 M:13 Y:13 K:0), gradasi warna tiang adalah abu-abu tua (C:31 M:26 Y:26 K:0). Warna papan arah adalah hijau (C:68 M:10 Y:6 K:30), sedangkan gradasinya adalah hijau lebih tua (C:84 M:23 Y:985 K:0). Daun kelapa belakang berwarna hijau (C:73 M:25 Y:96 K:1), yang depan juga hijau (C:64 M:11 Y:97 K:0). Batang kelapa belakang berwarna coklat (C:35 M:52 Y:78 K:1), gradasinya (C:53 M:75 Y:92 K:9). Batang kelapa depan berwarna coklat muda (C:24 M:40 Y:65 K:0), gradasinya (C:40 M:61 Y:85 K:2). Rumput di depan berwarna hijau (C:31 M:4 Y:75 K:0), yang dibelakang adalah hijau lebih tua (C:40 M:22 Y:96 K:0),dengan gradasinya (C:60 M:36 Y:94 K:4). Warna Kulit manusia adalah coklat muda (C:8 M:18 Y:51 K:0). Warna blangkon cowok adalah coklat (C:26 M:56 Y:85 K:0), warna sorjan adalah coklat (C:54 M:73 Y:93 K:9),warna kaosnya putih (C:0 M:0 Y:0 K:0), warna celana adalah abu-abu kebiruan (C:56 M:44 Y:45 K:3). Baju yang dikenakan si cewek adalah pink tua (C:6 M:69 Y:55 K:0), rok yang dikenakan si cewek adalah pink tua (C:42 M:84 Y:66 K:2). Warna mulut yang menganga pada dua orang ini adalah merah (C:5 M:78 Y:59 K:0). Sedangkan warna tulisan Jogja Aman & Menawan adalah oranye (C:9 M:58 Y:87 K:0). Outline pada gambar adalah hitam (C:100 M:100 Y:100 K:100). Yang tidak memilki outline hanyalah matahari (kecuali mata dan mulutnya berwarna hitam), awan, serta tulisan aman & nyaman.

INTERPRETASI

Poster ini dibuat oleh salah satu mahasiswi DKV ISI Yogyakarta yang bernama lengkap Vici Tiara angkatan 2008, tugas poster itu dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kritik Desain dengan tema “Yogyakarta Aman Dikunjungi”. Ditilik dari ilustrasi dan pesan verbalnya, ini adalah semacam poster untuk mendukung pariwisata di kota Yogyakarta. Kenapa begitu? karena terdapat beberapa elemen visual yang digunakan dalam ilustrasi ini menunjukkan ciri khas Yogyakarta. Sebut saja Tugu Jogja, becak, dan Gunungan Wayang, ditambah lagi obyek-obyek yang nampak dari tanda panah arah yang ada dalam ilustrasi tersebut seperti Parangtritis, Kraton, dan Malioboro. Sesuai tema “aman”, poster ini tentu menjadi semacam tandingan untuk mengangkat segala citra buruk Yogyakarta yang baru saja dilanda berbagai bencana.

Tugu Jogja adalah monumen bersejarah yang ada di kota Yogyakarta dann sering digunakan para pelancong untuk berfoto ria di depannya. Gunungan merupakan ikon budaya kesenian di Yogyakarta, saat ini pariwisata dimanapun juga di Indonesia kerap menggunakan budaya sebagai andalannya. Becak adalah alat transportasi sederhana yang sering dijumpai di Yogyakarta, bagi pelancong yang di derahnya tidak mengenal becak kayuh semacam ini, menjadi daya tarik tersendiri untuk mencobanya. Pohon kelapa serta rerumputan ditambah dengan air (ombak) bisa dipastikan merupakan penanda untuk obyek wisata Pantai Parangtritis. Namun mungkin untuk mereka yang belum pernah ke Yogyakarta tidak akan mengerti apat itu Parangtritis dan elemen visual ombok di sini malah seakan menandakan Jogja terkena tsunami. Tipografi dalam tulisan Jogja berjenis tulisan tangan dan juga dekoratif, begitu pula aman dan nyaman, serta jenis tulisan pada Parangtritis, Keraton, dan Malioboro, menggunakan tulisan tangan. Hal ini dimaksudkan sebagai unsur budaya kuno yang masih menggunakan tangan dalam membuat sesuatu semisal motif dalam kerajinan, kerajinan-kerajinan yang ada dalam kota Yogyakarta juga menjadi daya tarik tersendiri bagi pariwisata karena dapat digunakan untuk cindera mata. Slogan aman dan nyaman digunakan untuk memepertegas citra kota Yogyakarta yang sudah aman dan nyaman dikunjungi setelah sebelumnya tidak-aman dan nyaman karena barus saja dilanda bencana gunung meletus maupun gempa beberapa tahun lalu. Media televisi yang juga dituding menyiarkan bencana Yogyakarta terlihat parah, padahal tidak semua bagian kota separah seperti yang diberitakan. Sesuai informasi dari surat kabar, kunjungan pariwisata ke Yogyakarta mengalami penurunan, karena itu diharapkan poster ini mampu mengangkat kembali citra pariwisata Yogyakarta.

Laki-laki dan perempuan dipilih karena merupakan pasangan manusia yang saling melengkapi. Penggunaan warna kulit kuning kecoklatan, kostum blangkon, sorjan dan konde untuk mepertegas identias “wong Yoja”. Laki-laki digunakan untuk simbol kekuatan dan kebangkitan. Tangan kiri si laki-laki yang melambai menandakan menyapa para pembaca atau para turis, tangan kanannya yang dibelakang kepala sebagai alas menyandarkan kepala ke tiang dengan sorjanyang tidak dikancingkan memperlihatkan betapa santainya dia, bisa dimaknai kota ini menyenangkan bisa digunakan untuk bersantai. Namun tangan kiri yang digunakan untuk menyapa malah menunjukkan sebuah keburukan (secara filosofis, tangan yang baik adalah tangan kanan), hal ini berarti ada saja warga Jogja yang mulia kehilangan etika sopan santun menurut budayanya. Perempuan sebagai lambang kelemah lembutan, keramah-tamahah, dengan jari jempol menunjuk ke luar sedangkan jari lainnnya mengepal adalah gaya khas orang Jawa yang mempersilahkan seseorang untuk melakukan sesuatau, dalam hal ini “monggo silahkan datang berkunjung ke Yogyakarta”. Mulut manusia yang tersenyum terbuka lebar dan juga matahari yang tersenyum menandakan bahwa berkunjung kemari akan menyenangkan.

Beberapa obyek memiliki jumlah penentu yang dalam numerologi memiliki makna-makna atau filosfi khusus. Pancaran sinar matahari berjumlah 16 buah jika dijumlahkan ada 7, begitu pula dengan puncak tugu yang ulirannya berjumlah 7 buah. Angka 7 selalu dikaitkan dengan keberuntungan, hal ini menandai keberuntungan yang melingkupi kota Yogyakarta. Pohon kelapa sebagai simbol pencipta penerus generasi memiliki 10 daun yang artinya pemimpin Yogyakarta saat ini telah mencapai generasi ke sepuluh (Sultan Hamengkubuwono ke-X).

Ada berbagai makna warna dalam poster ini. Warna putih kekuningan sebagai latar belakang dominan menyimbolkan keceriaan yang menyelimuti kota Yogyakarta sehingga aman dan nyaman dikunjungi. Warna-warna hijau memberikan efek asri di kota Yogyakarta. Warna-warna biru adalah lambang dari suasana yang segar. Cokelat berkonotasi pada tua dan ini menunjukkan pada budaya-budaya yang masih ada sampai saat ini, semacam wayang dan pakaian tradisional Jawa. Warna merah berkonotasi pada semangat dan perjuangan, warna pink pada kelembutan. Warna yang agak melenceng dari outline pada kata Jogja bisa diartikan Jogja yang mulai bangkit setelah sempat digoyang bencana beberapa waktu lalu. Warna-warna yang ada pada ilustrasi memilki gradasi yang bisa dimaknai Kota Yogyakarta ini memiliki dua macam generasi yang tua dan yang muda, yang berarti masih ada yang memegang kebudayaan-kebudayaan lama maupun kaum lain yang mengusung kebudayaan baru. Kebudayaan-kebudayaan yang lama dan baru dapat dinikmati dan menjadi salah satu aset pariwisata baik langsung maupun tidak langsung.

KESIMPULAN

Poster ini tidak jelek, hanya saja memiliki sebuah cacat kecil atau kekurangan yang menurut saya sedikit menggangu. Yang pertama adalah daun pohon kelapa dan awan yang seolah seperti terpotong karena halaman tidak cukup, dan juga papan arah yang tertutup daun pohon kelapa seperti tidak selesai mewarnainya. Saya yakin tidak ada makna khusus dibalik beberapa cacat kecil ini. Alangkah baiknya jika hal sepele tadi lebih disempurnakan. Ombak yang ada di bawah seakan malah memberikan efek Jogja tenggelam terkena tsunami. Jika ingin memberikan kesan pantai kenapa tidak sekalian diberi pasir, selain itu pada papan penunjuk arah juga diberi keterangan pantai menjadi Pantai Parangtritis. Lalu pada tangan yang melambai sebaiknya diganti tangan kanan saja agar terlihat lebih sopan. Saya rasa poster ini sudah mampu menyampaikan informasi bahwa kota Yogyakarta sudah aman dan nyaman.

Kritikus: Dimach Oktaviansyah Karunia Putra (081 1715 024)
Desainer: Putri Wijayanti (061 1567 024)

DESKRIPSI
Deskripsi Poster : JOGJA-KU
Karya : Putri Wijayanti
Karya poster ini berukuran 21cm X 29,7cm (A4), berbentuk portrait. Tiga elemen utama yang tampak dalam poster ini adalah ilustrasi, tipografi, dan background. Poster ini menggunakan gaya vektor dengan penggunaan warna-warna cerahceria.

ILUSTRASI
Ilustrasi memiliki porsi yang lebih besar dalam karya poster ini. Menampilkan sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, Anak laki-laki, dan anak perempuan dimana mereka sedang menaiki sebuah becak yang dikayuh seorang bapak penarik becak.

Posisi keluarga tersebut pada becak dilihat dari sisi orang yang melihat poster ini adalah di sebelah kiri terdapat seorang anak perempuan sedang dipangku ayahnya. Di sebelah kanan seorang anak laki-laki terduduk dlam gendongan ibunya, dibelakangnya nampak sang penarik becak.

Sang gadis cilik mengenakan baju berwarna pink (c: 3 ; m: 38; y: 12; k: 0) dengan kerah berwarna fuschia (c: 3; m: 97; y: 21; k: 0) mengenakan rok berwarna merah (c: 2; m: 98; y: 94; k: 0) dan bersepatu warna merah (c: 2; m: 98; y: 94; k: 0). Gadis cilik tersebut sedang dipangku sang ayah. Posisi gadis cilik tersebut sedang duduk dalam pangkuan ayahnya dengan kedua kaki terbuka lebar, kepala menoleh ke arah kanan dan tangan kiri anak tersebut menunjuk ke arah kanan sudut pandang kita, sedang tangan kanannya dibiarkan terjatuh dan menumpu kaki kanannya. Ekspresi anak tersebut sedang tersenyum lebar.

Anak laki-laki mengenakan baju dan celana berwarna biru muda (c: 62; m: 2; y: 4; k:0) yang nampak digendong sang ibu dengan selendang berwarna biru laut (c: 92; m: 41; y: 2; k: 0). Anak laki-laki tersebut tersenyum lebar dengan pandangan ke agak ke kiri. Salah satu tangan (tangan kiri) anak tersebut keluar dari selendang gendongan ibunya. Salah satu kakinya Nampak terjulur (kaki kanan), sedangkan lainnya tidak tampak karena terhalang bodi becak tersebut. Hal itu dikarenakan arah becak tersebut tidak frontal langsung ke depan ke arah orang yang melihat, namun agak mirig ke kiri.
Ayah yang divisualisasikan sedang memangku anak perempuannya mengenakan baju berwarna biru (c: 89; m: 53; y: 4; k: 0) dan bercelana ungu tua (c: 86; m: 82; y: 64; k; 51). Wajah sang ayah hanya nampak sebagian , yang nampak hanyalah rambut, dan sepasang alisnya. Ayah sedang menoleh ke arah serong kiri. Tangan kirinya nampak dilingkarkan pada paha kiri sang anak perempuan.
Sosok ibu digambarkan sedang melirik ke arah anak-anaknya. Sang ibu mengenakan baju berwarna kuning kecoklatan (c:1; m: 34; y: 95; k: 0) dan rok berwarna coklat gelap (c: 78; m: 76; y: 78; k: 57). Kedua tangannya dilingkarkan erat ke anak laki-lakinya dengan posisi tangan kanan menggenggam pergelangan tangan kirinya.

Sang penarik becak menunjukkan ekspresi gembira dengan kedua tangan menggenggam stang kemudi becak. Tangan kanan dari siku hingga telapaknya tidak terlihat karena tertutup ilustrasi sosok sang ayah, sedang tangan kirinya nampak bagian siku hingga pergelangan tangannya saja Sang penarik becak mengenakan kaos berwarna ungu muda (c: 17; m: 13; y: 13; k: 0) dan sebuah topi bundar berwarna coklat susu (c: 36; m: 73; y: 78; k: 1).

Bodi becak pada ilustrasi tersebut digambarkan berwarna biru muda (c: 65; m: 5; y: 32; k: 0) dan coklat muda (c: 39; m: 59; y: 77; k: 1) dan ban berwarna hitam.

TIPOGRAFI
Pada karya postr ini terdapat dua elemen tipografi yaitu “JOGJA-KU” dan “masih sama seperti dulu memberi keceriaan saat liburan, bersama mama, papa dan adikku” yang menempati lima buah bidang persegi berwarna kuning yang disusun kebawah dengan rincian pemisahan:
masih sama seperti dulu
memberi keceriaan
saat liburan,
bersama mama,
papa dan adikku.
.Menggunakan tipe huruf san serif dengan font KRISTEN ITC.

BACKGROUND
Background pada karya poster ini berupa ilustrasi yang menggambarkan alam Yogyakarta.

Paling atas terdapat tiga buah ilustrasi awan berwarna putih pada bagian kiri, tengah dan kanan, awan di kiri dan kanan dibuat sejajar terlihat terpotong karena ketersediaan bidang desain, sedangkan yang di tengah ditempatkan agak ke atas. Awan ini memiliki lima buah lekukan. Dilihat dari anatominya, awan yang terdaapat di kanan dan kiri sebenarnya merupakan bentuk repetisi dari awan yang di tengah, namun terpotong karena ketersediaan bidang desainnya.

Pada bagian kiri terdapat siluet gunung berwarna biru langit hingga ke putih. Sebelah kanannya terdapat siluet sangat samar berupa tugu yang berwarna gradasi biru langit.

Pada bagian bawah tampak tujuh lembar tanaman yang terjulur. Tanaman tersebut berwarna gradasi hijau ke kuning. Ketujuh lembar tanaman tersebut digmbarkan saling tumpang tindih satu sama lain dibalik trotoar jalanan.

Bagian trotoar jalanan berbentuk persegi panjang dengan ketebalan berwarna kuning dan hitam selang-seling. Digambarkan melengkung untuk menampilkan dimensi dalam iustrasi tersebut. Jalan yang dilalui becak tersebut berwarna abu-abu dan nampak bidang berwarna putih yang seperti marka jalan pada umumnya.

ANALISIS

INTERPRETASI
WARNA
Berikut ini akan kami sertakan fiosofi warna:
BIRU :
Warna biru merupakan salah satu warna dasar dan melambangkan kepercayaan, keamanan, teknologi, kebersihan, serta keteraturan. Warna biru termasuk warna dingin dan membawa ketenangan bagi yang melihatnya.
MERAH :
Warna merah menandakan hasrat, intensitas, dan keinginan besar untuk selalu maju. Juga menyimbolkan kehangatan, cinta, nafsu, power, dan energi. Dalam budaya oriental, merah sangat disukai karena memiliki arti bahagia.
HIJAU :
Warna hijau termasuk dalam kelas warna ‘dingin’ dan membawa kesegaran pada mata. Hijau melambangkan kesegaran, kesehatan, kealamian, dan pembaharuan.
COKLAT :
Warna ini merupakan warna dari tanah dan bumi, melambangkan kepercayaan, kedewasaan, dan daya tahan. Warna natural ini membawa kenyamanan bagi sekelilingnya sehingga banyak digunakan untuk mendekorasi ruangan.
UNGU :
Warna ini banyak dipakai dikalangan kerajaan atau bangsawan, serta pemimpin-pemimpin romawi kuno. Dari latar belakang ini, tak heran bila ungu menandakan aura kekuatan dan kemegahan.
HITAM :
Warna hitam seringkali digunakan untuk menunjukkan kekuatan dan ketegasan seseorang. Banyak kemasan menggunakan warna hitam untuk memberi kesan elegan dan anggun.
PINK :
Warna pink atau merah muda ini berasal dari percampuran warna merah dan putih. Warna ini banyak dipakai sebagai lambing cinta kasih dan kefeminiman.
KUNING :
Warna kuning termasuk warna hangat yang membawa keceriaan bagi penggunanya. Namun warna kuning ini juga melambangkan optimisme, harapan, serta filosofi yang dalam.

Analisis Penerapan Warna
Tokoh utama dari poster ini adalah sang anak perempuan. Dia memakai baju berwarna pink dengan kerah berwarna fuschia yanga melambangkan sifat anak-anak perempuan yang centil, karena warna pin sendiri identik dengan kefeminiman. Sedangkan roknya yang berwarna merah menyiratkan kesan hangat, berani, dan berenergi. Hal itu sangat menggambarkan sosok anak perempuan pada umumnya yang girlie, centil, energetic, dan penuh semangat, sangat cocok dengan pesan poster yang mnyampaikan bahwa Yogyakarta masih tetap nyaman pasca berbagai bencana alam yang menerpanya.

Sang adik yang berbaju biru melambangkan keamanan, kenyamanan, keteraturan dan kebersihan. Warna baju ayah yang biru langit agak lebih tua melambangkan kemantapan. Sedangkan ibu yang menggunakan baju kuning kecoklatan melambangkan kehangatan sang ibu, serta keceriaan yang diberikan pada keluarganya. Sedangkan warna ungu pudar yang dikenakan sang penrik becak melambangkan kesahajaan, topi berwarna coklatnya melambangkan kekuatan dan daya tahan sang penarik becak.

Warna pada Headline dan Body Copy
Warna pada kata “JOGJA-KU” menggunakan warna putih yang melambangkan kesucian, natural, bersih, mula, dan kesempurnaan. Melambangkan kota Jogja yang seakan terlahir kembali setelah banyak bencana menimpanya. Sedangkan pada kalimat: “masih sama seperti dulu memberi keceriaan saat liburan, bersama mama, papa dan adikku” meenggunakan warna hitam melambangkan kesan penegasan makna dan juga kedukaan yang masih dirasakan Jogja. Kalimat “masih sama seperti dulu memberi keceriaan saat liburan, bersama mama, papa dan adikku” menempati lima buah bidang persegi panjang berwarna kuning (berfungsi sebagai highlight) yang disusun ke bawah melambangkan kehangatan, semangat dan keceriaan yang masih ada dibalik duka yang masih dialami masyarakat Jogja.

Warna pada Background
Background langit menggunakan gradasi warna biru langit hingga warna putih yang melambangkan keluasan, kebersihan, ketenangan, kepercayaan dan keamanan. Sedangkan tiga buah awan berwarna putih melambangkan kesucian, kebersihan dan kelembutan. Pemilihan warna background langit bersih dengan beberapa awan menghiasi melambangkan keadaan kota Jogja yang telah kondusif, cerah, bersih, tenang, nyaman pasca bencana yang melanda.

Siluet gunung dengan gradasi warna biru hingga putih melambangkan ketenangan, keamanan. Siluet gunung ini mengacu pada bentuk Gunung Merapi yang memiliki bentuk khas yaitu mengerucut tajam. Pemilihan warnanya memberi makna bahwa Gunung Merapi saat ini telah aman dan nyaman untuk dikunjungi. Serta siap memberi keteduhan bagi Jogja pasca erupsi beberapa waktu yang lalu.

Siluet Tugu Jogja dengan warna putih transparan seakan-akan tersamar oleh warna biru langit melambangkan warna asli tugu itu sendiri. Selain itu memberi makna kesahajaan dan kesederhanaan Jogja yang diwakili dengan landmarknya yang terkenal (tugu) dalam menyambut para pendatang.

Lima buah rumput yang terjulur bergradasi warna hijau kekuningan melambangkan kesegaran, alami, dan pembaharuan. Tanaman sendiri memiliki makna sebagai tunas baru atau harapan baru bagi masyarakat Jogja. Pembaharuan harapan untuk hidup dan bangkit dari keterpurukan pasca bencana.

Warna hitam dan kuning trotoar yang menjadi batas jalan berwarna kelabu, sekaligus batas jalan dengan tanaman, yang dilalui becak, melambangkan kehati-hatian dalam melangkah. Melangkah maju untuk hidup. Memberi peringatan akan batas-batas yang harus dihormati manusia dengan alam.

ILUSTRASI
Sebuah keluarga yang bahagia sedang menikmati pemandangan alam Jogja dengan menaiki kendaraan tradisional becak. Sang anak perempuan sebagai tokoh central dalam karya poster digambarkan sedang terduduk dalam pangkuan sang ayah. Di sebelahnya sang adik laki-laki sedang terduduk dalam gendongan ibunya. Dibelakangnya terlihat sang penarik menampilkan ekspresi bahagia tanpa ada raut lelah.

Sang gadis kecil dengan pose tangan kirinya menunjuk ke arah kanan (sudut pandang kita), sedangkan tangan kanannya terkulai alami bertumpu pada paha kanannya, kakinya terbuka lebar. Arah kanan yang ditunjuk sang gadis kecil menunjukkan arah kanan yang berarti maju ke depan (dalam kaidah penulisan), yang dapat didefinisikan sebagai keinginan Jogja untuk bangkit dari keterpurukan. Sedangkan kaki yang terbuka lebar menunjukkan sifat anak-anak yang polos dan belum banyak mengerti apa-apa. Anak-anak hanya mengerti kesenangan dan kegembiraan ketika menikmati alam Jogja. Sang adik laki-laki di sebelah gadis kecil nampak ikut bahagia menikmati pemandangan alam. Sang desainer menginginkan perasaan itu dirasakan oleh seluruh masyarakat dan juga pendatang yang menikmati Jogja.

Sang ayah yang memangku gadis tersebut digambarkan melingkarkan tangan kirinya ke pinggang sang anak perempuan melambangkan proteksi orang tua terhadap anak. Demikian pula sang Ibu yang melingkarkan kedua tangannya, menggendong erat adik laki-laki, dan memandang ke arah anak-anaknya. Menunjukkan cinta kasih, dan kewaspadaan. Meski Jogja telah aman, kita diminta untuk tetap selalu waspada.

Sedangkan sang penarik becak melambangkan masyarakat Jogja itu sendiri yang berprofesi sebagai penarik becak, kendaraan tradisional yang masih bertahan. Ekspresinya menunjukkan keceriaan, kebahagian dan sikap optimis walaupun baru saja terpuruk karena bencana. Yang dapat dilakukannya untuk membantu kota tercintanya bangkit kembali adalah dengan memberi keceriaan dan pelayanan pada pelanggan yang menggunakan jasanya mengantar berkeliling menikmati Jogja.

TIPOGRAFI
Pemilihan font KRISTEN ITC yang diaplikasikan dalam desain poster ini terlihat sangat sesuai. Font tersebut memiliki sifat lembut, ekspresif namun terkesan spontan. Sangat melambangkan sifat yang dimiliki oleh anak-anak. Dari Body copy nya kita dapat mengetahui bahwa kata-kata tersebut adalah perasaan yang diungkapkan sang gadis kecil dalam ilustrasi poster. Hal ini juga menunjukkan secara tersirat bahwa target yang disasar adalah keluarga dengan target utama anak-anak mereka. Anak-anak kecil yang spontan dan ekspresif tidak terlalu ambil pusing dengan bencana yang ada. Hal ini yang dilihat sang desainer, bahwa kata-kata dan perasaan anak-anak yang polos kadang sangat jujur dan terpercaya. Kadang apa yang dikehendaki anak-anak juga akan dituruti orang tua, dalam hal ini keinginan untuk menikmati pemandangan Jogja.

LAYOUT
Secara keseluruhan, penempatan porsi ilustrasi utama dengan background menunjukkan keserasian dakeseimbangan. Meski porsi teks nya lebih kecil daripada ilustrasi, namun sudah pas dan dapat terbaca dengan jelas dengan penerapan warna yang sesuai. Selain itu highlight berwarna kuning pada body copy juga semakin jelas menunjukkan keberadaan teks tersebut. Penempatan teks di sebelah kiri sudah tepat karena sebagian besar pandangn mata tokoh dalam ilustrasi memandang ke kiri. Dan apabila diletakkan di sebelah kanan seakan-akan menghalangi arah yang ditunjuk oleh sang gadis kecil.

EVALUASI
Pemilihan tokoh berupa ibu, ayah, dan dua anak sebagai simbol keluarga sudah tepat dipilih untuk poster ini. Menampilkan kesan bahwa Jogja dapat dinikmati oleh seluruh usia. Ekspresi yang ditampilkan oleh seluruh keluarga hingga sang penarik becak pun telah mencerminkan keceriaan yang juga dijelaskan pada bodycopynya.

Warna biru yang mendominasi cukup mecerminkan keteduhan dan kenyamanan yang ingin digambarkan sang desainer sebagai representasi keadaan Jogja saat ini. Warna-warni lain yang semarak dan cerah juga sudah cukup menampilkan keceriaan itu sendiri.

Yang agak disayangkan adalah anatomi pada keluarga itu sendiri, pada beberapa titik agak terkesan ambigu. Dapat kita lihat pada bagian lengan kanan sang ayah yang tidak nampak sama sekali, dan bagian baju ibu yang tertutup selendang biru, serta kedua tangan ibu yang seakan-akan muncul entah dari mana.

Background yang menampilkan siluet Tugu Jogja juga terlihat sangat samar dan apabila dilihat dari kejauhan juga tidak nampak. Seakan-akan tugu tersebut sangat menyatu dengan warna langit, Sangat berbeda bila dibandingkan siluet gunung yang terlihat jelas.

KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan,deskripsi, dan analisis terhadap karya poster “JOGJA-KU” oleh Putri Wijayanti, dapat disimpulkan beberapa point sebagai berikut:
1. IDE:
Sudah merepresentasikan bahwa Jogja masih sama seperti dulu, memberi keceriaan bagi seluruh keluarga. Jogja tidak berubah setelah dihantam bencana. Dan telah siap kembali untuk dinikmati seluruh anggota keluarga.
2. CRAFTMANSHIP:
Kurang baik dalam eksekusi di anatomi keluarga itu sendiri. Terutama di bagian lengan orang tua yang mendekap anak-anaknya. Perlu menambah detail sehingga dapat terlihat jelas anatomi tubuh para tokohnya. Pemilihan tipografi sudah sesuai. Keseluruhan warna juga sudah cocok. Namun, pada bagian siluet Tugu Jogja agak kurang baik karena terlalu samar.
3. KOMUNIKASI:
Poster tersebut sudah mengkomunikasikan dengan baik yang ingin disampaikan oleh sang desainer yaitu keceriaan yang masih ada di Jogja pasca bencana. Hal itu dituangkan dalam pemilihan elemen-elemen poster tersebut dengan baik.

Solusi yang diberikan dari hasil pemaparan di atas adalah:
1. Memberi detail pada anatomi tokoh dalam keluarga, terutama di bagian tangan orang tua. Harus ada batasan yang jelas antara badan milik seorang tokoh dengan tokoh lainnya. Dan juga harus ada batasan yang jelas dari pakaian yang dikenakan tokoh, contohnya agar tidak terjadi kerancuan pada baju ibu dengan selendang gendongan yang ia kenakan.,
2. Mengurang transparansi siluet Tugu Jogja. Hal ini dapat lebih menampilkan warna asli Tugu Jogja. Meskipun merupakan bagian dari background, Tugu Jogja memiliki peranan yang besar karena merupakan simbol dari kota Jogja. Satu-satunya landmark Jogja yang dapat dikenali di poster tersebut adalah Tugu Jogja itu sendiri. Karena siluet gunung dapat diinterpretasikan sebagai gunung yang lain.

Desain : Rendy Aditya
Kritik : Dhohran Usman

Konsep :

Kota Jogja selain terkenal dengan ke istimewaannya juga terkenal dengan warga kotanya yang ramah tamah, ya Jogja adalah kota dengan penuh senyuman dan penuh keceriaan di dalamnya.
Kini bencana merapi telah usaiJogja sudah aman dan Jogja kini tersenyum dan akan tetap tersenyum kembali.

KARYA KRITIK DKV :

Makmun Arif (081 1824 024) desainer Poster
Fathul Muin (081 1822 024) Kritik
Satria Agil (0611 546 024) Kritik

FATHUL MUIN
081 1822 024

POSTER : HOLOPIS KUNTUL BARIS SING WIS YO UWIS
KARYA MAKMUN ARIF (O81 1824 024)

DESKRIPSI :

WARNA :

Burung kuntul : C=62 M=82 Y=88 K=48
C=2 M=2 Y=10 K=0
C=0 M=45 Y=87 K=0
C=22 M=44 Y=86 K=0
C=0 M=0 Y=0 K=0

Background : C=2 M=2 Y=10 K=0

Cangkul : C=59 M=43 Y=51 K=0
C=27 M=20 Y=26 K=0
C=49 M=44 Y=47 K=0
C=62 M=82 Y=88 K=48
C=2 M=2 Y=10 K=0
C=22 M=44 Y=86 K=0

Headline : C=62 M=82 Y=88 K=48
C=2 M=2 Y=10 K=0

Bidang jajaran : C=22 M=44 Y=86 K=0
genhang

Body Copy : C=2 M=2 Y=10 K=0

Batik : C=2 M=2 Y=10 K=0

Kreator: C=22 M=44 Y=86 K=0

ILUSTRASI :

- 3 ekor burung kuntul sedang berdiri yang berjejer dengan ukuran yang berbeda dari ketiganya. 1 ekor burung kuntul yang paling besar mencengkram sebuah cangkul yang menghadap ke bawah dengan menggunakan kedua kakinya. Sedangkan dua ekor burung kuntul lainnya tidak mencengkram cangkul, namun berada di balik huruf “O”.

- ilustrasi batik Parang rusak yang diposisikan dengan sudut kemiringan 354 derajat ke kanan yang dimasukkan pada bidang yang berbentuk jajaran genjang yang terletak di bawah headline, menggunakan ilustrasi vektor

- pada ilustrasi 3 burung kuntul dan cangkul menggunakan ilustrasi vektor.

FONT :

- Pada Headline menggunakan font futura Md BT yang di bold/ dipertebal. Beberapa hurufnya dikreasikan dengan cara perbesaran huruf dan pemotongan huruf terhadap huruf yang lain.
- Jenis font body copy pada bidang jajaran genjang di bagian bawah headline juga menggunakan font Futura Md BT yang di bold/dipertebal tanpa kreasi apapun. Namun miringkan 354 derajat ke kanan.
- Di bagian bawah bidang jajaran genjangsebelah kanan juga terdapat teks “ayib.daportfolio.com” yang menggunakan font klavika bold italic.

UKURAN :
A4 (29,7cm x 21cm)

DESIGNER :
Makmun Arif, mahasiswa DKV ISI-Yogyakarta angkatan 2008.

ANALISIS

INTERPRETASI :

Ini adalah sebuah karya desain yang ditujukan untuk merespon bencana alam meletusnya gunung merapi di Jogja dan berharap setelah terjadinya peristiwa merapi ini dapat mengembalikan semangat warga Jogja lagi.

HOLOPIS KUNTUL BARIS SING WIS YO WIS AYO MERANTASI GAWE! kalimat atau ungkapan di atas sudah terkenal dan sudah tidak asing didengar. Sedangkan ‘Holopis kuntul baris’ adalah ungkapan yang pernah dilontarkan Bung Karno untuk menyemangati bangsa Indonesia agar bergotong royong. Maksud ungkapan itu sendiri adalah bekerjasama untuk menangani hal besar, karena dengan cara begitu, masalah apapun pasti terselesaikan. Kalimat ini juga pernah dipublikasikan bersamaan dengan sebuah desain yang dikeluarkan oleh Dagadu Yogyakarta beberapa bulan yang lalu di tahun 2010 namun sepertinya memiliki makna dan maksud yang berbeda juga.

Namun dari hasil pencarian dan pengamatan kami, singkat cerita ternyata kalimat ‘Holopis kuntul baris’ bukanlah sebuah ungkapan murni 100% bahasa jawa namun merupakan ungkapan plesetan dari orang jawa. Konon pada abad ke-16 atau 17, kapal milik VOC berlabuh di Tuban dan pada saat bongkar muatan, salah satu awak kapalnya berteriak “HELP, IETS ONTILBAARS” (Tolong, ada barang yang tidak terangkat!) , dan satu kapal saling bantu untuk mengangkat barang yang terlupa tadi. Nah, orang Jawa yang mendengar kalimat itu dan melihat kelakuan para ABK VOC ini memelesetkan kalimat tersebut, karena lidah Jawa yang terkenal kaku hingga menjadi ‘HOLOPIS KUNTUL BARIS’.

Dengan begitu ungkapan ‘HOLOPIS KUNTUL BARIS’ merupakan ungkapan penyemangat bagi warga Jogja yang tertimpa musibah, khususnya pada musibah meletusnya gunung merapi di bulan Nopember 2010. Sedangkan kalimat “Sing wis yo uwis” juga merupakan ungkapan bahasa Jawa yang artinya “yang sudah ya sudah…”, yang sudah terjadi biarlah terjadi dan berlalu.

Sedangkan kalimat “AYO MRANTASI GAWE” menjadi body copy atau mempertegas dari kalimat ‘HOLOPIS KUNTUL BARIS’.

Pada tipografi yang digunakan merupakan font Futura Md BT yang kemudian dikreasikan pembesaran serta pemotongan beberapa huruf. Hal ini akan menjadikan audience lebih rileks dalam membaca dan menikmatinya dan juga didukung dengan warna coklat tua yang menjadi warna ikonik orang Jawa.

“AYO MRANTASI GAWE” merupakan ungkapan bahasa Jawa yang artinya “ayo berantas/selesaikan dengan bekerja. Kalau dimaknai lebih luas lagi kalimat ini merupakan jawaban dari headline di atas. Yang sudah terjadi biarlah terjadi dan berlalu mari sama-sama kita selesaikan dengan kembali bekerja dan juga gotong royong. Pada teksnya menggunakan font Futura Md BT yang sama dengan body copy nya, sehingga merupakan kelanjutan dari body copy dan juga memiliki keterbacaan yang baik. Pada teks Ayo Mrantasi Gawe posisikan dengan sudut kemiringan 354 derajat ke kanan dimaksudkan sebuah pekerjaan yang dikerjakan dari bawah tentunya akan sampai pada puncak keberhasilan juga.

Pada desain ini menggunakan ilustrasi 3 ekor burung kuntul dan bertepatan juga pada kalimat di atas yang bertertuliskan kata burung kuntul. Burung kuntul disini dimaksud diibaratkan sebagai warga Jogja yang baru saja ditimpa musibah erupsi merapi. Burung kuntul sendiri merupakan sejenis burung yang sangat dikenal oleh peternak kerbau sebagai pengawas dan pemakan parasit pada ternak seperti detak dan lalat. Mereka juga dikenal sebagai jenis burung yang memiliki kerjasama yang cukup baik, bisa dilihat disaat terbang keangkasa mereka dapat membentuk huruf “V”.

Sedangkan makna dari cangkul/pacul adalah salah satu alat yang akrab digunakan oleh para petani untuk mengelolah sawah atau ladang. Dalam filosofi orang Jawa, Pacul = ”ngipatake prakara kang muncul”, artinya melenyapkan segala sesuatu yng menongol. Segala sesuatu yang tidak beres, segala sesuatu yang menonjol yang tidak benar dan mengganggu harus dihilangkan dan dihindarkan. Dari sini kemudian bisa diartikan lagi bahwa cangkul/pacul merupakan perlambangan sesuatu yang dapat mengurangi masalah/beban bagi seseorang dan bilah dilakukan secara gotong royong maka akan lebih cepat lagi terselesaikan.

Sedangkan makna batik diposisikan pada bidang jajaran genjang merupakan pemaknaan agar tidak pernah menyerah juga menggambarkan jalinan yang tidak pernah putus, baik itu dalam arti upaya memperbaiki diri, upaya memperjuangkan kesejahteraan

EVALUASI

Setelah mengamati dan menginterpretasikan desain poster karya Makmun Arif, kami menilai bahwa desain poster tersebut ditujukan untuk merespon bencana alam meletusnya gunung merapi di Jogja. poster ini mengajak warga jogja untuk bangkit kembali untuk menyongsong masa depan yang lebih baik dengan diibaratkan sekelompok burung kuntul yang sedang membawa cangkul seakan ingin segera bekerja.

HOLOPIS KUNTUL BARIS SING WIS YO UWIS, AYO MRANTASI GAWE.
Yang intinya kembali menyemangati masyarakat Jogja yang tertimpa musibah erupsi merapi beberapa bulan yang lalu di penghujung tahun 2010. “Yang sudah terjadi ya sudahlah biarkan itu terjadi mudah-mudahan ada hikmah di balik itu semua. Ayo segera bekerja untuk menyelesaikan masalah secara bersama-sama agar kembali pulih dari musibah ini”.

Pada desain poster ini terhihat simple, menarik dan penuh makna karena menampilkan beberapa simbol kebersamaan, diantaranya ilustrasi burung kuntul dan juga ilustrasi batik parang rusak. Di poster itu juga ditampilkan simbol cangkul/pacul yang dimaknai sebagai alat untuk membantu menyelesaikan pekerjaan. Jenis font/tipografinya juga menarik karena dikreasikan sedemikian rupa namun tetap memiliki tingkat keterbacaan yang baik.

Yang menjadi catatan: di poster ini hanya terlalu singkat dalam pembuatan body copy sehingga kurang menjelaskan apalagi masih banyak masyarakat yang kurang mengerti pemaknaan dalam bahasa Jawa dan bisa mengakibatkan salah persepsi pada desain poster ini.

Secara keseluruhan untuk pewarnaan, objek pendukung serta tipografi yang digunakan sudah sesuai dengan tema tersebut.

KESIMPULAN

Secara keseluruhan desain yang dibuat untuk menginformasikan pertunjukan teater tersebut sudah cukup baik, baik itu dari segi lay out, tipografi yang digunakan pada headline, ilustrasi serta objek pendukung lainnya.

Ada 1 catatan yang kami rasa sangat berpengaruh pada desain poster ini, diantaranya :

Pada poster ini hanya terlalu singkat dalam pembuatan body copy sehingga kurang menjelaskan dikarenakan masih banyak masyarakat Jawa sendiri apalagi masyarakat luat jawa yang kurang mengerti pemaknaan dalam bahasa Jawa dan bisa mengakibatkan salah persepsi pada desain poster ini.

Adapun rekomendasi yang kami tawarkan pada desain poster ini dengan harapan bisa lebih baik, antara lain:

Menambahkan beberapa tulisan yang memberikan sedikit gambaran maksud dari desain poster di atas. Atau bisa juga tulisan yang berkaitan tentanng pembangkitan semangat bagi warga Jogja yang menjadi korban erupsi merapi dan itu menggunakan bahasa Indonesia yang mudah dipahami oleh orang banyak yang membacanya. Karena pada desain poster ini sarat dengan simbol-simbol yang penuh dengan makna mulai dari burung kuntul, cangkul dan batik parang rusak.

dionisius (0811772024) dan syaiful (0811746024)

Deskripsi

Poster berukuran A4.
Tema: Jogja Aman Untuk Dikunjungi.
Bagian verbal atau tulisan adalah sebagai berikut:
Pada bagian tengah atas (headline) terdapat tulisan:
“YOGYAKARTA” dan dibawahnya terdapat tulisan “Kota Kami Sekarang Aman dab…”

Pada bagian ini font yang digunakan adalah font Stensil STD berukuran kira-kira 86 pt dengan diberi garis bawah dan tulisan ini berwarna putih (tulisan YOGYAKARTA), sedangkan pada bagian “Kota Kami Sekarang Aman dab…” menggunakan jenis font Tiranti Solid ET dengan ukuran font kira-kira 42 pt berwarna putih.

Kemudian pada bagian kanan tengah agak kebawah (body copy) terdapat tulisan: “Jangan pernah mengusik kota kami karena kami sudah cukup aman dengan kehidupan yang seperti ini.” Font yang digunakan pada bagian ini adalah jenis font Old English Text dengan ukuran kira-kira 29 pt berwarna putih.

Bagian tulisan terakhir ialah nama pembuat yaitu “Syaiful & Dionisius” yang terletak pada bagian kiri pojok poster yang ditulis dengan hurf Tiranti Solid ET berukuran kira-kira 12 pt berwarna putih.

Kemudian bagian visual terdapat visualisasi sebagai berikut:
Pada bagian kiri poster dari bawah hingga hingga atas terdapat visualisasi tangan yang memegang Tugu Yogyakarta. Tugu Yogyakarta ditampakan seolah muncul dari sebuah bungkusan berwarna hijau.

Kemudian bagian tengah dan kanan terdapat visualisasi bercak dan sidik jari berwarna merah sebagai background dari tulisan “Jangan pernah mengusik kota kami karena kami sudah cukup aman dengan kehidupan yang seperti ini.” Bercak dan sidik jari ini menyatu dan menjadi kesatuan.

Warna merah yang digunakan adalah C: 51, M: 95, Y: 88, K: 8
Warna hijau pembungkus tugu adalah C: 65, M: 44, Y: 72, K: 4
Background atau warna dasar dari poster ini berwarna hitam.

Interpretasi

Pertama adalah bagian warna background yang akan dibahas. Warna background hitam dimaksudkan untuk member efek kesatuan dari unsur-unsur yang ada dalam poster.
Kemudian headline. Poster tersebut memiliki headline:
YOGYAKARTA
“Kota Kami Sekarang Aman dab…”
Headline berwarna putih dan jenis font yang digunakan tadi adalah Stencil STD yang diberi garis bawah pada bagian “YOGYAKARTA” dan Tiranti Solid ET pada bagian “Kota Kami Sekarang Aman dab…”. Efek yang ditimbulkan pada pemakaian font tersebut adalah pada bagian Yogyakarta tampak kaku karena jenis font ini biasanya digunakan untuk hal-hal yang berbau perlawanan atau militer dan termasuk gaya desain konstruksivisme. Selain itu pendambahan garis bawah pada tulisan ini juga menjadi sesuati yang mempertegas dan menjadi pemisah dengan tulisan dibawahnya sehingga dapat menimbulkan perbedaan arti. Sedangkan font pada “Tiranti Solid ET” emnggunakan jenis font Tiranti Solid ET dan berukuran lebih kecil dan font ini lebih luwes dan terkesan lebih feminim. Penggunaan perbedaan font dan perbedaan ukuran font serta penempatan headline menjadi dua baris dan penggunaan pemisah garis bawah diantara baris tersebut dapat menimbulkan makna yang berbeda darimaksud yang diinginkan. Headline tersebut memiliki maksud bahwa Jogja telah aman kembali. Namun bila penulisannya seperti itu dapat berarti poster itu ditujukan untuk Yogyakarta dan kota yang aman adalah kota lain (bukan Jogja).

Kemudian pada bagian body copy yaitu “Jangan pernah mengusik kota kami karena kami sudah cukup aman dengan kehidupan yang seperti ini.” Menggunakan jenis font Old English Text. Font ini lebih menggambarkan pada kesan gotic dan kerajaan yang muncul karena dengan banyak sulur-sulur menunjukan gaya desain art nouveau yang marak digunakan pada masa kerajaan dahulu.

Lalu background bercak dan sidik jari yang berwarna merah mungkin menggambarkan sidik jari yang berdarah. Dan ini berguna untuk menampilkan body copy yang berwarna putih tadi sehingga lebih body copy lebih muncul dan terbaca pada poster tersebut.

Kemudian visualisasi tangan yang membawa tugu mungkin melambang suatu kebangkitan yang bila dikaitkan dengan tema tadi bahwa jogja telah pulih kembali dan hal ini diperkuat oleh visualisasi Tugu Jogja yang seakan muncul dari sebuah pembungkus berwarna hijau semacam jaket atau tempat yang tertutup dan menyumbul berontak keluar dan bangkit. Pembungkus tersebut berwarna hijau mungkin melambangkan symbol kekerajaan jogja yang identik dengan warna hijau dan emas.


Evaluasi (Analisis dan Kesimpulan)

Dari iklan dapat dilihat bahwa bagian headline telah menggunakan kata-kata yang cukup menarik sebenarnya namun pemilihan font kurang sesuai dengan maksud dan tujuan dari tema. Font yang digunakan pada font YOGYAKARTA terlalu kaku dan penggunaan dua jenis font dan perbedaan ukuran font pada headline tersebut dapat menimbulkan arti yang berbeda serta hal itu diperparah dengan adanya garis bawah pada tulisan YOGYAKARTA yang menimbulkan efek pemisah pada headline tersebut.

Maksud awal yang ingin menunjukan bahwa Yogyakarta telah aman namun dapat menjadi seruan kepada Yogyakarta bahwa kota lain telah aman.

Kemudian pada bagian body copy, menurut saya isi dari body copy kurang sesuai dengan tema font yang digunakan sebenarnya sesuai yakni menunjukan Jogja dengan banyak sulur-sulur dan menunjukan bahwa Jogja merupakan kerajaan. Namun isinya gak sesuai karena malah lebih seperti protes tentang pencabutan keistimewaan jogja.

Visualisasi sidik jari yang berdarah memang efktif untuk menampilkan body copy. Tapi sekali lagi ini kurang sesua dengan tema menurut saya. Temanya Jogaja aman untuk dikunjungi tapi dengan efek berdarah-darah malah Nampak seperti masih banyak korban yang berjatuhan.

Lalu yang menurut saya tepat adalah visualisasi tangan yang memegang Tugu Yogyakarta yang Nampak muncul dari sebuah bungkusan atau jaket. Hal itu mewakili bahwa Jogja telah bangkit dan siap muncul kembali. Ikon tugu Jogaja cukup mewakili Yogyakarta dan orang tau dengan visualisasi tersebut Jogja yang siap bangkit kembali.

Menurut saya poster ini sebenarnya cukup baik namun juga masih banyak kekurangannya. Alasan saya menyebutkan hal itu yaitu pemilihan kata untuk headline sebenarnya sudah cukup tepat. Terdapat pula seruan “dab” pada bagian “Kota Kami Sekarang Aman dab…” yang itu merupakan suatu slang word cirri kas Jogaj yang berarti mas dan itu menujukan keakraban disini serta ciri khas Jogja disini pun muncul. Kekurangan pada headline ini aadalah penempatankata dan pemilihan font serta ukurannya yang menyebabkan penduaan makna sehingga dapat menyebabkan pesan yang dimaksud tidak tersampaikan dengan sempurna.

Kelebihan lain yaitu pada bagia visualisasi tangan yang memegang tugu tadi. Menurut saya ini cukup sesuai dengan tema serta mapu menggambarkan sesuatu yang telah bangkit kembali.

Kelemahan lain ialah pada body copy yang tidak sesuai dengan tema serta visualisasi sidik jari yang berdarah. Body copy lebih berisi tentang penolakan pencabut keistemewaan Yogyakarta. Serta sidik jari yang berdarah malah menunjukan bahwa Jogaja berdarah dan masih beum aman. Namun mungkin bila dikaitkan body copy yang ditulis adalah pembelaan kepada keistimewaan Yogyakarta yang berarti pembelaan sampai mati tapi ini sekali lagi tidak sesuai dengan tema Jogja Aman Untuk Dikunjungi.

Oleh:
Dionisius Ardhi P.
081 1772 024
NR B

Tugas Kritik DKV
Kritik Poster “AYO Dolan Ke JOGJA”
Karya: Bernadus Levi Herdiyan S (0811784024)
Disusun Oleh: Albertus Luki Ferdiyan S. (0811783024)

DKV NR B

BAB I
PENGAMATAN

Karya:

BAB II
DESKRIPSI

Deskripsi Poster “AYO Dolan Ke JOGJA” Karya: Bernadus Levi Herdiyan S.

Poster ini berukuran panjang 45,72 cm dan lebar 29,81 cm. Poster ini terdiri dari tiga komponen yaitu ilustrasi, tipografi, dan warna.

Tipografi
Bagian pertama terdapat sebuah teks bertuliskan “AYO Dolan Ke JOGJA” dengan tipe huruf Sans Serif, HOBO STD, coklat kekuningan. Teks ini berukuran, tinggi 7,2cm dan panjang 23cm.. Teks ini diletakkan 0,2cm dari tepi atas, 3,37cm dari tepi kiri, dan 3,37cm dari tepi kanan Poster. Pada kata “AYO” dan “JOGJA” ukurannya lebih besar daripada kata “DOLAN” dan “KE”. Kata “AYO” menempati bagian kiri atas pada susunan kata tersebut. Pada huruf “A” ukuran lebih besar seperempat bagian dari huruf “Y” dan “O”. Huruf “Y” dan “O” mengalami sedikit modifikasi. Kata “Dolan” berada tepat di sebelah kanan kata “AYO”, kata “Dolan” ini ukurannya setengah dari ukuran kata “AYO”. Tepat di bawah kata “AYO” terdapat kata “Ke” yang berukuran sama dengan kata “Dolan”. Di sebelah kanan kata “Ke” terdapat kata “JOGJA” yang berukuran sama dengan huruf “Y” dan “O” pada kata “AYO”, huruf “O” pada kata ini sedikit dimodifikasi, atasnya sedikit menekuk sehingga hampir membuat suatu sudut ke atas.

Bagian kedua berupa bodycopy bertuliskan “Erupsi Gunung Merapi telah usai, sekarang saatnya kita membangun kembali Kota Jogja. Masa depan Jogja ada di tangan kita semua” dengan tipe huruf Sans Serif, Arial. Bodycopy ini berada di bagian kanan bawah dari poster ini. Huruf-huruf pada bodycopy ini berwarna putih dengan susunan huruf rata tengah.

Ilustrasi
Ilustrasi yang pertama adalah visual dari karakter seorang pria berambut coklat yang memakai topeng seorang tokoh pewayangan yaitu Petruk. Topeng itu berwarna putih dengan garis yang melekuk-melekuk. Topeng ini memiliki karakter hidung yang panjang seperti karakter dari Petruk itu sendiri. Topeng tersebut mempunyai dua mata yang berwarna jingga. Mata sebelah kanannya memancarkan sebuah cahaya putih, sedangkan mata sebelah kirinya hanya terlihat sedikit karena orang itu ssedang menoleh ke sebelah kanan.Pada bagian mulut di topeng ini memiliki warna merah tua.Pria ini memakai sebuah topi yang biasa disebut masyarakat Jogja sebagai blangkon. Blangkon ini berwarna coklat tua dengan motif batik di bagian bawahnya. Motif batik yang melingkari blangkon ini berwarna coklat muda. Pria tersebut mengenakan sebuah baju berkerah yang bermotif garis-garis. Garis-garis ini terdiri dari dua macam warna, yaitu coklat muda dan hijau tua. Kerah dan ujung lengan baju ini berwarna coklat muda. Pria ini sedang berpose melirik ke arah belakang dari tempat pria itu berdiri dan menunjuk sebuah gunung. Tangan kiri pria ini diangkat setinggi kepala dan jarinya tepat menunjuk ke arah gunung, sedangkan tangan kanannya ditekuk dan diangkat setinggi bahu dengan telapak tangan yang terbuka dan menghadap ke arah depan. Karakter pria ini terdapat di bagian kiri bawah pojok poster.

Ilustrasi kedua adalah sebuah gambar Tugu Jogja yang dipersonifikasikan. Tugu ini terdiri dari empat bagian, bagian pertama adalah dasar / bagian bawah dari tugu ini. Bagian bawah ini berbentuk segi empat berwarna putih polos. Bagian kedua berada tepat di atas bagian pertama. Pada bagian kedua ini terdapat motif kotak dengan atasnya sedikit melengkung dan berwarna putih. Motif ini hanya berbentuk seperti outline sehingga tengahnya berlubang, pada bawah motif terdapat dua bentuk kotak di setiap sisinya, dua kotak di tiap sisi atasnya, dan satu kotak di tengah atas. Motif ini berwarna abu-abu. Di atas motif tersebut terdapat motif-motif setengah lingakaran dengan garis di bwah lingkaran tersebut. Motif ini berada di tepi atas bagian kedua dan berwarna jingga. Paada bagian ini juga terdapat dua tangan dari “Tugu” tersebut. Tangan kanannya ditekuk ke atas dan telapak tangannya melambai seperti mengucapkan salam. Sedangkan tangan kirinya mengarah ke bawah. Pada bagian ketiga, berbentuk persegi panjang berwarna putih dengan penyempitan di bagian atasnya. Di bagian ini terdapat mulut dari “Tugu” tersebut yang berada di bawah tengah bagian ketiga ini. Mulut “Tugu” ini berbentuk setengah lingkaran dengan bagian atas juga melengkung ke bawah sehingga terlihat “Tugu” ini sedang tersenyum. Bagian dalam mulut “Tugu ini berwarna abu-abu. Di dalam mulut ini juga terdapat gigi yang berada di bagian atas mulut, gigi ini berwarna jingga. Di atas mulut terdapat garis ke atas dan di atas garis terdapat bentuk kotak. Di atas kotak terdapat garis lagi berwarna jingga yang mengarah ke atas dan di ujungnya meruncing seperti sebuah panah. Di antara garis tersebut terdapat dua buah mata. Mata tersebut berbentuk setengah lingkaran oval yang berwarna jingga. Di dalam lingkarang tersebut juga terdapat lagi lingkaran yang sama namun berukuran lebih kecil dan berwarna jinggga tua. Di tepi atas baggian ketiga ini terdapat tiga buah motif yang menyerupai huruf “I” besar dan berkaki. Pada bagian keempat, terdapat sebuah bentuk seperti kerucut namun juga berbentuk spiral yang meruncing ke atas, bagian ini berwarna jingga.

Ilutrasi ketiga adalah sebuah gunung berwarna abu-abu dengan pendekatan personifikasi. Gunung ini berada di bagian tengah dari poster. Gunung ini mempunyai dua buah tangan, tangan kanannya sedikit tertutup motif batik yang menutupi bagian bawah gunung. Jari jempol dari tangan kanan menunjuk ke atas. Sedangkan tangan kirinya merangkul “Tugu”. Gunung ini mempunyai mulut yang tersenyum pada bagian bawah tengah dari gunung tersebut. Bagian dalam mulutnya berwarna merah tua . Terlihat juga lidah yang berwarna merah di bagian bawah mulut, serta gigi di bagian atasnya yang berwarna putih. Di atas mulut ini terdapat dua mata yang berwarna jingga dan memancarkan cahaya putih di bagian atasnya. Mata ini memakai kacamata kecil di bagian bawahnya. Di pipi sebelah kiri gunung ini terdapat plester untuk luka yang berbentuk menyilang. Di atas gunung terdapat sebuah kubah kecil yangg berwarna abu-abu juga.

Background
Background di belakang gunung adalah awan yang berwarna sedikit kekuningan. Di bagian depan gunung terdapat motif batik yang benbentuk melengkung yang menutupi bagian bawah dari gunung tersebut. Motif ini berwarna coklat muda dan coklat tua. Di belakang Tugu terdapat sekumpulan rumput berwarna hijau. Sedangkan di bagian bawah tugu terdapat motif tanah yang retak-retak.

BAB III
ANALISIS

1. Interpretasi

Warna
Ada 6 jenis warna yang dipakai, yaitu Hijau, Coklat, Abu-Abu, Putih, Merah, dan Jingga.
Pertama kita lihat dari arti warna itu sendiri.
Warna Merah memiliki karakter berani, menyukai tantangan.
Warna Hijau memiliki karakter pengharapan, bisa juga bermakna mengerikan.
Warna Putih, memiliki karakter positif, sopan, tegas dan cerah.
Warna Coklat memiliki karakter tenang, berpengalaman.
Warna Jingga memiliki karakter ceria, gembira.
Warna Abu-Abu memiliki karakter seimbang dan kuat.

Analisis pemakaian warna
Warna merah yang terdapat pada mulut topeng dan mulut dari gunung ingin menunjukkan kesan seperti hidup. Warna hijau pada sekumpulan rumput di belakang Tugu ingin menunjukkan nuansa yang sejuk dan asri. Warna putih pada bodycopy untuk memperjelas bodycopy dan mempertegas tingkat kebacaannya. Warna coklat pada blangkon dan motif-motif batik menunjukkan nuansa Jogja. Sedangkan warna coklat pada tanah itu sendiri ingin menunjukkan nuansa pedesaan yang masih asri dan alami. Warna coklat pada font “AYO Dolan Ke JOGJA” seperti ingin mengesankan suasana budaya batik Kota Jogja itu sendiri. Warna jingga pada bagian mata gunung, tugu, dan topeng mengensankan perasaan yang ceria dan gembira untuk menyambut masyarakat luar yang ingin mengunjungi Kota Jogja. Warna abu-abu yang ada pada gunung ingin menunjukkan sebuah gunung berapi yang kuat dan tua.

Ilustrasi
Ilustrasi karakter pertama, seorang pria bertopeng Petruk yang memakai baju khas abdi dalem Kraton dan memakai blangkon ingin mengesankan bahwa orang itu adalah orang asli dari Jogja. Tangan dari pria itu yang menunjuk dan seperti ingin memberi ajakan bermaksud mengajak masyarakat luar untuk kembali mengunjungi Kota Jogja.

Ilustrasi yang kedua digambarkan dengan sebuah Tugu dengan pendekatan personifikasi. Tugu tersebut adalah ikon yang kuat untuk Kota Jogja itu sendiri. Di poster ini, Tugu digambarkan sedang melambaikan tangan untuk mengesankan memberi salam kepada masyarakat luar yang ingin berkunjung ke Kota Jogja. Tugu tersebut juga memberi senyum untuk mengungkapkan rasa nyaman dan bersahabatnya masyarakat di Jogja itu sendiri.

Ilustrasi yang ketiga adalah sebuah gunung yang mengalami pendekatan personifikasi. Gunung itu memakai kacamata kecil untuk mengesankan bahwa gunung itu sudah sangat tua. Jempol dari gunung itu menunjuk ke atas untuk mengesankan bahwa gunung itu sudah aman dan tidak berbahaya lagi. Tangan gunung yang lainnya sedang merangkul Tugu Jogja untuk memberi kesan bahwa gunung itu sudah bersahabat dengan masyarakat Jogja. Plester luka pada gunung itu menunjukkan bahwa gunung itu sedang mengalami masa penyembuhan dari sakitnya dan sudah tidak berbahaya lagi.

Huruf
Tipe huruf yang dipakai untuk Headline “AYO Dolan Ke JOGJA” adalah tipe Hobo Std yang berasal dari keluarga Sans serif. Keluarga Sans Serif ini memiliki karakter utama yang tegas. Jadi di sini, dapat diartikan bahwa untuk menegaskan topik yang diangkat dalam Poster itu.

Tipe huruf yang dipakai dalam sub-headline model huruf tersebut dipergunakan untuk memberi kesan dinamis.

Tipe huruf yang dipakai untuk bodycopy adalah tipe Arial yang berasal dari keluarga Sans serif. Hal ini untuk memudahkan dan memperjelas bagi pembaca.

Layout
Penempatan ilustrasi pria bertopeng ini diletakkan di depan untuk memperjelas maksud ajakan dari pria tersebut. Tugu di letakkan di tengah untuk memperjelas arah tujuan yang dituju oleh pria tersebut. Sedangkan gunung diletakkan di bagian belakang untuk mengesankan kuat dan gagah.

Sedang teks diletakkan di atas tengah untuk menegaskan fungsinya sebagai judul. Bodycopy diletakkan di bagian pojok bawah kanan untuk memperjelas isi poster tersebut tanpa mengganggu ilustrasi dari poster tersebut.

2. Evaluasi

Pertama jika dilihat dari topeng yang dipakai oleh pria tersebut lebih terkesan licik dan kurang bersahabat. Hal ini dapat memberi kesan kurang bersahabat dan kurang nyaman. Pria yang memakai baju ala abdi dalem kraton dan memakai blangkon dimaksudkan untuk mengesankan bahwa pria tersebut adalah pria asli jogja, namun pria tersebut memiliki rambut berwarna coklat yang mengesankan bahwa pria tersebut adalah bule dari negara asing. Tangan kiri pria yang menunjuk kea rah Tugu dinilai kurang sopan karena menurut masyarakat Jogja menunjuk dengan tangan kiri adalah hal yang kurang sopan. Tanah yang retak-retak lebih mengesankan tanah gersang dan tandus. Hal ini dapat mengurangi rasa asri dan nyaman dari Kota Jogja itu sendiri. Warna langit yang agak kekuningan juga member kesan udara yang kurang bersih dan kurang fresh. Headline “AYO Dolan Ke JOGJA” juga dirasa kurang pas dalam akulturasi bahasa. Hal ini dapat mengurangi kejelasan dan keterbacaan dari headline itu sendiri.

Namun jika dilihat dari penataan layout, poster ini sudah cukup bagus. Poster ini juga sudah cukup informative untuk memberi ajakan kepada masyarakat luar Jogja untuk berkunjung kembali ke Kota Jogja.

BAB IV
KESIMPULAN

Saya telah melakukan Pengamatan, Deskripsi dan Analisis tentang Poster “AYO Dolan Ke JOGJA” Karya Bernadus Levi Herdiyan S. seperti yang telah saya paparkan diatas dan berikut ini saya menyimpulkan beberapa point dari paparan diatas.
1. Dari segi estetis, poster tersebut sudah estetis.
2. Dari Fungsional poster tersebut sudah cukup mewaikili isi dari poster itu.
3. Dari segi Kejelasan Makna dari poster tersebut sudah cukup jelas.

Kemudian supaya poster tersebut bisa lebih komunikatif, berikut ini saya akan menjelaskan mengenai hal-hal yang bisa dilakukan untuk memperbaikinya (detail solusi).
- Bentuk topeng bisa sedikit dirubah menjadi ramah dengan senyuman
- Tangan kiri yang menunjuk bisa diubah dengan tangan kanan agar terlihat lebih sopan.
- Warna pria tersebut dapat diganti menjadi hitam agar lebih terkesan orang Jogja asli.
- Tanah yang retak-retak dapat diganti menjadi tanah yang sedikit lembab agar terkesan subur dan asri.
- Langit yang kekuningan dapat diganti menjadi biru agar terkesan lebih bersih dan fresh.
- Headline “AYO Dolan Ke Jogja” dapat diganti menjadi “AYO Datang Ke JOGJA” atau “AYO Dolan Neng JOGJA” agar lebih jelas dan mudah dimengerti masyarakat luar Kota Jogja.

DAFTAR PUSTAKA

Materi Kuliah Huruf Dan Tipografi 25 September 2008-09-25 DKV ISI Yogyakarta Dosen : Drs. Lasiman, M.Sn.
BAHAN KULIAH DKV II FSR ISI YOGYAKARTA RABU, 18 MARET 2009 Dosen Pengampu : Drs. Lasiman, M.Sn.
Levi, Bernadus. 2011. AYO Dolan Ke JOGJA. Yogyakarta.

Kelompok pos imam

Langkah – langkah Kritik DKV dalam Poster sebagai berikut:

A. Melihat

B. Mengamati

• Poster jogjaku nyaman
• Warna tipografi “jogjaku nyaman” berwarna putih
• Sebuah becak berwarna hijau lengkap dengan tukang becak dan dua penumpang
• Tumpukan tas dan koper penumpang dalam becak
• Tukang beca yang menggunakan kaos dalam dan topi camping
• Anak laki laki yang menggunakan kaos hijau bercelana panjang dan membawa tas kuning
• Anak perempuan berambut gelombang mengenakan kaos kuning bergaris hitam mengenakan celana panjang dan membawa tas berwarna coklat
• Background hijau
• Bayangan samar tugu jogjakarta pada sebelah kanan background poster
• Bayangan kekayon di kiri background poster
• Jalan raya
• Sebuah marka jalan
• Trotoar di kanan dan kiri jalan
• Logo ISI jogjakarta di kiri bawah poster
• Dan logo DKV ISI jogjakarta

C. Deskripsi

Sebuah karya poster iklan jogjakarta dengan background berwarna hijau dengan bergradasi kuning CMYK C:35 M:18 Y:95 K:1 dengan siluet tugu jogja dan kekayon dan headline dalam iklan ini adalah tipografi menggunakan font Tahoma top berwarna putih dengan C:2 M:0 Y:8 K:0 . Ilustrasi poster dengan gambar becak berwarna hijau berisi tiga orang terdiri dari dua orang anak-anak yang sedang naik becak dan seorang pria sedang mengayuh becak, dengan wajah mengekspresikan kegembiraan dengan mulut tersenyum dan berseri seri, terlihat seorang anak laki laki yang duduk di bawah jok becak dengan kaki menggantung kebawah becak, anak laki laki itu terlihat mengenakan baju berwarna hijau , bercelana panjang, dan membawa tas kuning dan yang anak perempuan berambut gelombang ia mengenakan kaos kuning bergaris hitam, mengenakan celana panjang dan membawa tas berwarna coklat , dan seorang tukang becak yang sedang mengayuh beca dengan senang hati dan tersenyum, tukang becak itu terlihat mengenakan kaos dalam putih dan menggunakan topi camping, dan di dalam becak terlihat beberapa tas dan koper. bagian pesan ditempatkan diatas ilustrasi utama.dan jalan raya yang lengkap dengan trotoar dikiri dan kanan jalanya dan di lengkapi dengan garis marka.

D. Interpretasi

Sebuah karya poster iklan layanan masyarakat kota jogjakarta, pada poster yang saya lihat telah tercatat beberapa kelebihan dan kekurangan pada desain poster ini, diantaranya adalah jika di lihat dari segi warna dan background menurut kami pewarnaan pada poster di atas cukup baik memiliki warna harmonis dan memiliki kesatuan pada desain poster tersebut , warna hijau yang di pilih sangat serasi di padakan dengan desain ilustrasi sebuah becak dengan berisikan penumpang dua anak anak yang sedang senyum gembira dan pda headline mengunakan font Tahoma top berwarna putih dan memiliki dominasi tersendiri, dan memiliki kemudahan keterbacaan, dan pada ilustrasi poster menggambarkan kenyamanan di kota jogja masih ada sampai saat ini dengan di gambarkan dua anak yang sedang berlibur ke kota jgoja dengan hati riang penuh suka cita. Untuk pemasangan poster ini mempunyai kekurangan,headline yang tidak mendominasi ukuranya menyulitkan keterbacaan apalagi bila dilihat dari kejauhan sekitar 4-5 meter headline tidak bisa terbaca dengan jelas, sebaiknya poster ini agak diperbesar headlineya agar pesan yang mudah disampaikan dan langsung sampai dengan jelas tanpa membaca atau memperhatikan berulang ulang.

E. Evaluasi

Pada poster iklan ini saya telah melihat dan mengamati kekurangan atau kelebihan dari desain poster ini, diantaranya adalah jika di lihat ilustrasi dan background terlihat terpisah dimana sebuah becak yang sedang membawa penumpang yang di belakangnya terlihat layar kosong berwarna hijau dengan bayangan monumen yang tidak semua org tahu bentuk monumen itu sendiri.sebaiknya menambahkan ilustrasi pula pada background yang dapat menaikan identitas kota jogja itu sendiri, serta dalam pemilihan ukuran font lebih diperhatiakn karena ukuran font yang tidak mendominasi mengurangi efektifitas keterbacaanya headline. Dan pada poster ini tidak terdapat bodycopy yang menjelaskan headline lebih merinci, Kelebihanya terdapat pada pemilihan warna dalam keseluruhan poster ini, menurut saya pewarnaan pada poster di atas cukup baik memiliki warna harmonis dan memiliki kesatuan pada desain poster tersebut.

F. Kesimpulan

Dalam poster ini meiliki target audiencenya masyarakat indonesia dari semua kalanagan. Jika dilihat secara keseluruhan poster ini sudah cukup baik. Hanya saja keterbacaan dibagian headline “Jogjaku nyaman” memiliki ukuran yang kecil mengurangi dalam segi keterbacan, dan tidak memiliki bodycopy yang menjelaskan headline lebih merinci agar tidak membuat orang yang melihat bertanaya tanya,.

Poster Yogyakarta Aman Dikunjungi
Karya: Fuad Fajar Samudra / 071 1639 024
Kritikus: Imam Zakaria / 081 1713 024

Deskripsi

Poster berukuran 20×29,7 cm. Background warna biru (C: 75, M:45, Y:0, K:0). Pojok kiri atas terdapat tulisan “Banyak harapan di tahun ini, dan kami sudah berbenah.”, ditulis dalam dua baris, huruf monotype corsiva, 18 pt, warna putih, dengan bercak warna biru di dalamnya. Di tengah-tengah halaman terdapat gambar tugu Yogyakarta dengan puncak bunga lavender yang mekar. Ilustrasi tersebut diambil dari foto asli dan diedit dalam software photoshop. Bunga berwarna putih dengan bayangan kuning gelap (C: 49, M:42, Y:98, K:6) serta tambahan bayangan dan outline warna hitam. Tugu berwarna kuning (C: 4, M:2, Y:76, K:0) dengan bayangan dan outline warna hitam. Di luar outline hitam, keduanya disatukan oleh outline kuning (C: 4, M:2, Y:76, K:0). Di kanan bawah terdapat teks “Ngayogyakarta pasca merapi”, huruf monotype corsiva, 12 pt, warna putih, dengan bercak warna biru di dalamnya.

Interpretasi

Background biru menyimbolkan kedamaian, kemurahan hati. Warna putih menyimbolkan kedamaian, kesucian, kejujuran, dan ketentraman. Warna kuning menyimbolkan kehidupan, kemenangan, kegembiraan, dan keceriaan.

Teks berkaki warna putih yang ditulis miring dengan sedikit sulur memberi kesan kedamaian dan kekeluargaan. Miringnya tulisan menjadikannya terkesan dinamis, melambangkan Yogyakarta sudah bergerak untuk berbenah, membenahi keadaan yang timbul akibat bencana alam merapi 2010, yang membuat Yogyakarta di mata masyarakat luar seolah-olah tidak aman untuk dikunjungi.

Bunga lavender bermakna kasih sayang. Warna putihnya menambah makna suci, sehingga menjadi kasih sayang yang suci. Tugu Yogyakarta warna kuning dengan puncak lavender berkonotasi bahwa Yogyakarta sudah hidup kembali, dengan penuh kasih sayang yang suci untuk semua pengunjungnya.

Gunung merapi, tugu, kraton, Krapyak, dan pantai selatan berada pada satu garis lurus. Jika dilihat dari kraton, maka puncak tugu tepat pada gunung merapi. Peletakan bunga pada puncak tugu ini bermaksud untuk menunjukkan keadaan merapi sekarang ini yang sudah tidak berbahaya lagi. Abu vulkanik yang bercampur dengan tanah justru akan membuat tanah tersebut subur, dan tumbuhan dapat tumbuh dengan subur.

Outline kuning yang menyatukan tugu dan bunga bermakna perlindungan, artinya Yogyakarta sudah terlindung dan aman dari bencana.

Sebagai closing word, ditulis “Ngayogyakarta pasca merapi”, Menunjukkan bahwa poster ini dibuat setelah terjadi bencana merapi. Format penulisannya seperti penutupan sebuah surat, dimana disebutkan tempat dan waktu surat tersebut dibuat. Hal ini berkonotasi bahwa yang berbicara dalam poster ini adalah orang Yogyakarta. Tulisan yang dibuat miring dan hampir berkait ini hampir menyerupai tulisan tangan, dan hal ini menguatkan makna bahwa yang berbicara dalam poster ini adalh orang Yogyakarta. Makna yang muncul dari bentuk tulisan ini adalah kekeluargaan, kedamaian, dan dinamis.

Evaluasi

Ide dengan menampilkan gabungan tugu dan bunga lavender cukup bagus. Visualisasi yang tidak wajar ini menjadi daya ganggu dalam poster ini.Tetapi bisa saja mengubah persepsi orang terhadap bentuk tugu itu sendiri, apakah sekarang tugu menjadi seperti itu? Karena target audience poster ini adalah orang luar Yogyakarta, yang mengenal tugu sebagai representasi Yogyakarta sendiri. Tentunya ketika berkunjung ke sini, mereka berharap melihat tugu yang Yogyakarta banget ini.

Komunikasi, kurang menjelaskan kalau Yogyakarta sudah benar-benar aman. Kontras warna biru dan kuning memberi kesan seperti memaksa. Warna biru yang memberi makna kedamaian justru terlalu menonjol dan apapun yang terjadi ingin berkata bahwa Yogyakarta sudah aman.

Craftmanship, penggarapan sudah cukup rapi, tanpa tambahan elemen yang tidak perlu.

Kesimpulan

Poster yang ingin berbicara bahwa Yogyakarta sudah aman ini didominasi oleh warna biru yang melambangkan kedamaian. Tulisan putih dengan huruf berkaki dan sedikit sulur seakan tulisan berkait, ditampilkan miring, menjadikannya terkesan ada pergerakan untuk berbenah, dan melambangkan bahwa tulisan ini adalah tulisan orang Yogyakarta, dikuatkan lagi dengan closing wordnya yang seperti penutup sebuah surat.

Tugu dengan puncak lavender warna putih, berkonotasi bahwa merapi sudah aman, Yogyakarta sudah aman untuk dikunjungi, dan menyambut para pengunjung dengan kasih sayang yang suci.Tetapi dengan bentuk bunga yang menutupi seluruh puncak tugu, akan menimbulkan kerancuan terhadap bentuk tugu. Oleh karena itu, ujung tugu yang aslinya berwarna emas itu diperlihatkan sedikit, sehingga bunga ini seolah-olah ada di atas batang ujung tugu.

Background warna biru yang terlalu kontras dengan kuning sebaiknya diganti warna putih, untuk lebih memberi kesan ketenangan dan kedamaian. Teks warna putih diganti menjadi warna hitam.
Kata Ngayogyakarta adalah pengucapan nama Yogyakarta dalam bahasa Jawa, sehingga penempatannya kurang tepat jika diletakkan dalam konteks bahasa Indonesia. Alangkah baiknya jika diganti dengan nama Yogyakarta saja, dan ditambah keterangan tahun untuk memberi keterangan waktu terjadinya bencana, menjadi “Yogyakarta pasca merapi 2010”.

Arif Ginanjar Kurniawan 071 1619 024
Rinarso widhi N 081 1817 024

Deskripsi

No Kategori Keterangan
1. Ukuran Karya poster Potrait 21 x 29.7 cm ( A4 )
2. Tenik Cetak Digital Printing
3. Bahan yang di gunakan Kertas HVS 80 gram
4. Penyajian Print Out
5. Desainer Arif Ginandjar aka Gin Gin
6. Layout Poster terdiri dari beberapa komponen seperti :Ilustrasi, Headline, Bodycopy, dan logo sponsor
7. Ilustrasi Ilustrasi yang digunakan adalah keris, becak, abdi dalem, rumah penduduk serta tugu yogyakarta.
8. Headline
Jogja berhati nyaman
9. Body copy Suatu keharusan saling menolong dan menjaga, bersama mewujudkan rasa aman membangun jogja tetap istimewa ( migunani tumraping liyan )
10. Tipografi / Pemilihan font Font yang di gunakan pada headline poster ILM ini adalah : Abadi MT Condensed Light

Dan pada bodycopynya menggunakan: Times New Roman (regular)

Suatu keharusan saling menolong dan menjaga, bersama mewujudkan rasa aman membangun jogja tetap istimewa ( migunani tumraping liyan )

11. Warna
Dalam penggunaan warna dalam desain poster ini adalah, didominasi warna Hitam (C: 100, M: 100, Y: 100, K: 100) pada ilustrasi visual, warna Merah (C: 0, M: 100, Y: 100, K: 0) digunakan dalam kata aman, background dominan dengan warna coklat muda (C: 13, M: 14, Y: 25, K: 0) serta ilustrasi cat air dalam background yang dominan hijau kekuningan (C: 59, M: 0, Y: 76, K: 0)

12 Base line Logo yang ditampilkan seperti: logo visit indonesia 2011

Karya Mahasiswa DKV ISI “ Arif Ginandjar “
Analisis Interprestasi

Iklan layanan masyarakat yang dirancang oleh Arif Ginandjar mahasiswa Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia Yogyakarta angkatan 2007 ini dikategorikan ke dalam Iklan Layanan Masyarakat. Karena pesan yang disampaikan adalah sebuah himbauan. Suatu keharusan saling menolong dan menjaga, bersama mewujudkan rasa aman membangun jogja tetap istimewa ( migunani tumraping liyan )

Pesan dalam Iklan layanan masyarakat ini merupakan iklan yang dibuat dalam rangka menciptakan kondisi rasa aman, nyaman untuk wisatawan domestik ataupun wisatawan internasional yang hendak bepergian ke kota yogyakarta. Iklan ini dicetak dalam format A4 dengan memakai kerta HVS 80 gram. Didalam poster iklan layanan masyarakat ini terdapat beberapa elemen visual seperti : ilustrasi, headline, bodycopy, dan logo visit indonesia 2011. Iklan layanan masyarakat ini adalah merupakan ajakan untuk mengembalikan serta membangun citra kota yogyakarta setelah tertimpa musibah meletusnya gunung merapi. Ajakan untuk saling menolong, menjaga, bersama mewujudkan rasa aman, membangun kota yogyakarta tetap istimewa ( migunani tumraping liyan ).
Dalam iklan ini, ditampilkan ilustrasi visual sebuah romantisme sejarah ikon kota yogyakarta yang berupa seorang abdi dalem, tugu yogyakarta, becak serta keris, yang kesemuanya merupakan salah satu ikon andalan pariwisata kota yogyakarta dalam menarik minat wisatawan domestik atau internasional untuk datang berkunjung dan bertamasya. Dalam masa masa liburan, kota yogyakarta merupakan kota tujuan utama untuk menghabiskan waktu bagi penikmatnya. Ada banyak keragaman budaya yang disajikan kota ini, dalam menarik minat wisatawan untuk berkunjung dan berkunjung lagi. Banyaknya event event kesenian yang hampir setiap minggu digelar, merupakan juga salah satu daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk menghabiskan waktu, berjalan jalan dan bertamasya bersama keluarga.

Pada bagian headline terdapat kata “ jogja berhati nyaman “ yang dibentuk sedemikian rupa, menyatu dalam alunan visual yang seirama. Dengan menggunakan rata kiri pada penempatan tipografina. Yang berarti dasar tata nilai kehidupan lahir maupun batin bagi masyarakat Yogyakarta dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang bersumber pada nilai-nilai budaya daerah “ Ngayogyakarta Hadiningrat “, sebagai bagian dari budaya nasional yang bersumber pada falsafah Pancasila. Sebuah slogan yang berfungsi sebagai pedoman dalam meningkatkan tata nilai kehidupan masyarakat Yogyakarta yang mencerminkan makna dan isi lambang daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta.

Pada bagian kanan atas terdapat logo “ visit indonesia 2011 “ yang merupakan Program serentak sebagaimana juga diterapkan di seluruh Indonesia, yaitu program Visit Indonesia Year 2011 dengan semboyan Ultimate in Diversity. Upaya mempromosikan kembali pariwisata Tanah Air mendesak dilakukan, setelah industri ini terpuruk karena mengalami berbagai persoalan di dalam negeri, di antaranya faktor keamanan dan terorisme.

Sedangkan pada bodycopy terletak pada samping kiri visual secara keseluruhan. Body copy dalam iklan layanan masyarakat ini berbunyi: “ suatu keharusan saling menolong dan menjaga, bersama mewujudkan rasa aman membangun jogja tetap istimewa ( migunani tumraping liyan ).
Komposisi pada layout dalam iklan layanan masyarakat ini sebagian besar dengan menggunakan rata kiri sebagai penempatan tipografina serta alur white space dengan sebagian bidang kosong yang ditata sedemikian rupa sehingga pesan visual terbaca dengan jelas.

Analisis interprestasi pada warna didalam iklan ini adalah, didominasi warna Hitam (C: 100, M: 100, Y: 100, K: 100) yang terdapat pada ilustrasi visual serta dalam headline serta body copy yang berarti misterius dan independen. Sifat positifnya, sebagai daya tarik dan kekuatan, warna Merah (C: 0, M: 100, Y: 100, K: 0) yang dipergunakan dalam kata aman dapat berarti menarik perhatian orang-orang, dan sering dipergunakan dalam menunjukkan bahaya atau keadaan darurat, background dominan dengan warna coklat muda (C: 13, M: 14, Y: 25, K: 0) yang menggambarkan stabilitas dan bobot. Sifat positifnya kestabilan, keanggunan, natural, hangat dan memberikan kenyamanan serta terdapat sebuah back ground ilustrasi cat air yang dominan berwarna hijau kekuningan (C: 59, M: 0, Y: 76, K: 0) yang merupakan perlambang sangat menyejukkan dan melambangkan pertumbuhan, kesegaran, natural serta ikon kota yogyakarta sendiri yang dominan dengan warna hijauna.

Analisis Penilaian

Ide
Setelah diteliti dari latar belakang pembuatan desain hingga rumusan masalahnya, kenapa menggunakan kata jogja berhati nyaman dan kenapa hasil desainnya terlihat seperti gambar di samping, menurut saya sudah bagus. Karena dalam desain tersebut sudah menampilkan bagaimana sebuah keberagaman dalam hidup dapat tercipta menjadi satu dalam menciptakan keamanan, ketentraman serta berguna bagi sesama. Terlebih dengan target audiance adalah masyarakat intelektual serta pemerhati budaya dan seni.

Ide dari gagasan tersebut juga sudah sudah cukup berinteraktif dengan sasaran target audiancenya masyarakat intelektual serta pemerhati budaya dan seni.

Craftmanship ( kemasan )
Kemasan merupakan “pemicu” karena fungsinya langsung berhadapan dengan konsumen.

Dengan demikian, kemasan harus dapat memberikan impresi spontan yang mempengaruhi tindakan positif konsumen di tempat penjualan. Dengan situasi persaingan yang semakin tajam,estetika merupakan suatu nilai tambah yang dapat berfungsi sebagai “perangkap emosional” yang sangat ampuh untuk menjaring konsumen. Seperti halnya iklan layanan masyarakat karya Arif Ginandjar ini, dikemas secara baik didalam pembuatan iklan layanan masyarakatna. Dengan pendekatan ilustrasi yang menarik serta headline yang pas, iklan tersebut mengajak kita untuk lebih mewujudkan rasa aman membangun jogja tetap istimewa ( migunani tumraping liyan )

Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses perilaku kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan. Proses penyampaian komunikasi yang disajikan Arif Ginandjar melalui iklan layanan masyarakat ini dikemas secara detail, diuraikan secara panjang lebar betapa pentingnya menampilkan bagaimana sebuah keberagaman dalam hidup dapat tercipta menjadi satu dalam menciptakan keamanan, ketentraman serta berguna bagi sesama. Terlebih dengan target audiance adalah masyarakat intelektual serta pemerhati budaya dan seni.

Evaluasi
background dari posternya sendiri. Warna coklat menurut kami terlalu ringan untuk sebuah poster peringatan/himbauan atau ajakan. Mungkin pemilihan warna background bisa di ganti oleh warna hijau natural, sehingga kesan naturalnnya lebih kerasa.

Keterangan
Desain pada poster ILM ini menyerukan tentang ajakan pentingnya keberagaman dalam hidup dapat tercipta menjadi satu dalam menciptakan keamanan, ketentraman serta berguna bagi sesama. Terlebih dengan target audiance adalah masyarakat intelektual serta pemerhati budaya dan seni.Desain yang di tampilkan masih mengusung white space dan identik dengan gaya desain new typography. Hal ini memudah kan audiensi untuk membaca dan memahaminya.

Pungky F. Arifianto (0811705024), Elfa Swaratama (0811723024)

DESKRIPSI
Deskripsi poster jogja sudah aman
Karya : Elfa Swaratama
Karya poster ini berukuran lebar 21cm dan panjang 29.7 cm ATAU setara dengan ukuran kertas A4 berbentuk potrait/berdiri. Poster ini mempunyai 3 elemen yakni tipografi, ilustrasi, dan background

Tipografi
Terdapat dua elemen teks dalam poster karya elfa swaratama ini, yang pertama adalah teks yang bertuliskan “JOGJA SUDAH AMAN “, teks ini terletak di pojok kiri bawah poster. Menggunakan type huruf san serif berjenis Tw Cen MT Condensed Extra Bold yang mengalami penyempitan spasi dan mengalami modifikasi anatomi tubuh dengan perspektif mata katak dengan ukuran asli sebesar ±268pt. Huruf tersebut mengecil kearah kanan dengan penarikan curva huruf sebelah kanan sebesar ±15® sehingga membentuk perspektif huruf 3Dimensi. Tiap kata disusun bertingkat dengan mode Uppercase. Menggunakan warna gradasi kuning ke putih dengan backround huruf berwarna hitam

Yang kedua adalah teks “monggo ke jogja lagi..” menggunakan huruf bertype comic sans yang merupakan keluarga dari san serif yang tidak mengalami modifikasi sama sekali. Huruf berwarna hitam yang terletak di dalam callout kotak berwarna putih dengan outline hitam.

Ilustrasi
Dalam poster ini terdapat seorang pria muda dengan gaya visual vektor dengan wajah tersenyum seperti menyapa sesorang yang agak menyerong kekanan dibawah bibirnya yang tersenyum terdapat guratan lekukan dagu,matanya berbentuk bulat penuh tanpa adanya kelopak mata dan didalam matanya kilauan cahanya berbentuk putih berada di pinggir kanan dengan warna kulit berwarna crem atau coklat keputih-putihan. Dengan alis tebal membentuk bulan sabit dengan sudut tumpul diatas matanya. Tokoh tersebut memakai blangkon bermotif parangrusak berwarna coklat muda dengan outline hitam disetiap lekukan blangkonnya yang menutupi rambut hitamnya sampai keatas telinga dan telinganya hanya nampak daun telinga tanpa lubang ditelinganya.

Tokoh pria muda jogja ini menyerong kekanan dalam gambar tersebut dengan badan agak membungkuk, kaki menutup rapat dan tangan kanan menunjukkan seperti mempersilahkan tamu dengan jempol mengarah keatas sedangkan empat jari lainnya menggenggam rapat sedangkan tangan kirinya terlihat membuka dengan jempol dan tangan saja yang terlihat. Tokoh tersebut memakai baju hitam berlengan panjang dengan kerah berbrntuk “O” layaknya pakaian adat yogya dengan empat kancing tanpa lubang berbentuk bulat. Kancing tersebut berada dibawak kerah yang berbentuk bulat dan terdapat dua yakni dibawah dan diatasnya dan yang dua berada tepat dibawah siku kiri tokoh tersebut. Untuk bawahannya tokoh ini memakai kain batik bermotif parangrusak berwarna coklat muda yang membentuk lekukan tepat di antara kaki kiri dan kanannya. Memakai sepatu berwarna hitam pekat berbentuk ulat elips.

Background
Background yang terpakai dalam poster ini berwarna hitam dan terdapat 11 persegi yang menyerupai sinar berbentuk persegi memanjang dibelakang tokoh dan memusat ke tubuh sitokoh dengan 4 persegi berwarna putih sedangkan 8 lainnya berwarna gradasi dari atas berwarna hitam ke warna putih.

ANALISIS

1.INTERPRETASI

Warna
Dalam poster “Jogja sudah aman” karya elfa swaratama ini terdapat 5 warna yakni warna hitam,coklat,kuning,crem,dan putih. Masing-masing warna tersebut mempunyai karakter dan arti.
• Warna hitam mempunyai karakter yang dukacita, tegas, keputusasaan
• Warna coklat mempunyai karakter membumi, elegan
• Wrna crem mempunyai karakter lemah lembut,sopan
• Warna kuning mempunyai karakter yang terang,cerah,gembira,dan ramah
• Warna putih memiliki arti positif, harapan,sopan,suci, tegas,dan cerah

Analisis Pemakaian Warna
Pemilihan warna hitam dalam pakaian yang dipakai si tokoh berarti tegas dan dukacita dalam artian bahwa tokoh tersebut tegas mengkomunikasikan bahwa jogja sudah aman dan dukacita karena jogja masih belum sembuh dalam kaitan bencana tersebut.
Warna coklat dan coklat muda yang dipakai dalam bangkon dan kain bawahan yang dipakai si tokoh mempunyai artian bahwa si tokoh itu menunjukkan kesopanan dan keagungan.
Warna crem dalam kulit si tokoh memberikan kesan kesopanan dan kebersihan. Hal ini menunjukkan bahwa si tokoh ingin menampilkan sosok seorang pria yang lemah lembut yang sopan.
Warna kuning dan bergradasi ke putih dalam teks “jogja sudah aman” menampilkan kesan sebuah harapan yang cerah dan ingin mempertegas sisi keramahan dan penonjolan arti berkembang,bangkit untuk menjadi yang lebih baik.
Warna putih bergradasi hitam yang dipakai dalam backround sebagai simbol sebuah sinar mempunyai artian sebuah harapan baru, memulai dari awal, dan ketegasan dalam memperbaiki sesuatu keputusasaan yang diwakili oleh warna hitam.

Ilustrasi
Ilustrasi karakter tokoh itu digambarkan oleh sesosok orang muda yang memakai pakaian adat dengan blangkon dan batik yang menandakan asal pemuda itu berasal yakni jogja. Pakaian tersebut menjadi cerminan pemuda yogya dengan gaya tubuh tegas agak membungkuk dan tangan menjulur dengan jempol sebagai penunjuk yang menandakan menghormati tamu dalam artian pemuda tersebut bersiap untuk mempersilahkan tamu/wisatawan untuk masuk atau pergi ke jogja lagi karena jogja sekarang sudah aman.

Huruf
Dalam poster ini terdapat dua jenis tipe huruf dengan jenis huruf yang sama yakni san serif. Huruf pertama bertype Tw Cen MT Condensed Extra Bold sebagai headline “JOGJA SUDAH AMAN” karakter dari jenis keluarga san serif sendiri bersifat tegas dan konsisten sehingga kalimat “JOGJA SUDAH AMAN” menegaskan bahwa joga sudah aman untuk dikunjungi.bentuk teks yang membentuk perspektif menunjukkan adanya kemajuan dan penonjolan arti yang terkandung dalam teks tersebut.Teks dibuat bertingkat dengan kat-kata sendiri-sendiri juga mempertegas ejaan bahwa jogja sudah aman.

Yang kedua adalah type huruf comic sans MS yang bersifat dinamis dan kekeluargaan terdapat dalam callout si tokoh yang berbunyi “Monggo ke jogja lagi” , sehingga bisa dikatakan jenis type ini mengungkapkan dengan rasa kekeluargaan dan kesopanan para warga jogja dalam menerima wisatawan yang berkunjung ke jogja.

Layout
Penempatan teks “Jogja sudah aman” berada didepan menunjukkan bahwa teks tersebut mempertegas arti tulisan tersebut, dengan teks yang yang terkesan perspektif menunjukkan kesan masa depan dan pembaharuan. Penempatan tokoh di sisi kanan layout memberikan kesan mengormati dan menunjuk ke teks “jogja sudah aman” sehingga menambah kesan membertegas headline. Callout yang berada ditengah sebagai pemberi pesan yang diucapkan si tokoh.

2. EVALUASI
Jika dilihat dari pemilihan tokoh dari tema tersebut sudah cocok untuk ditempatkan dalam poster ini. Kesan sopan sudah terceminkan dengan senyuman tetapi tangan kanan yang mempersilahkan kurang baguis dalam anatominya, blangkon juga terkesan aneh dalam lekukannya, dan blangkon juga kurang mencerminkan blangkon dari daerah mana.

Penempatan callout yang berada ditengah berkesan menghancurkan layout poster tersebut sehingga terkesan dipaksakan. Background berbentuk persegi panjang kurang rapi sehingga terkesan asal-asalan.

Akan tetapi dilain sisi warna yang digunakan sudah menunjukkan kesan yang ramah dan sudah mewakili tema poster tersebut sehingga komunikasi yang disampaikan tambah mempunyai arti.

KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan,deskripsi, dan analisis trhadap karya poster “jogja sudah aman” oleh elfa swaratama dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari segi ide poster tersebut sudah bisa mewakilkan bahwa “jogja sudah aman” dengan baik
2. Dari segi craftmansip poster tersebut kurang baik mengingat anatomi tubuh dan blangkon kurang dilihat,sedangkan untuk tipografinya sudah bagus dengan perspektif yang menambah arti teks “jogja sudah aman”
3. Dari segi komunikasi poster ini sudah bisa mengkomunikasikan dalam artian bahwa poster tersebut sudah bisa ditangkap maksudnya.

Dari pemaparan diatas dapat di jabarkan beberapa solusi yang dijadikan acuan bagi desianer untuk membuat lebih baik :
1. Detail dari anatomi tokoh bisa membuat studi visual terutama pada bagian tangan
2. Wajah agak sedikit menyerong lagi kearah kanan supaya bagian belakang blangkon bisa terlihat berasal dari mana blangkon tersebut
3. Sebaiknya background yang berbentuk persegi panjang simbol cahanya atau sinar diganti dengan segitiga lancip yang memusat ke arah bundar sehingga lebih terlihat sebagai sinar (seperti sinar matahari)
4. Untuk layout teks “jogja sudah aman” diperkecil beserta tokohnya, sehingga tidak tampak penuh,sedangkan calloutnya ditaruh di atas kepala sebaiknya callout berbentuk elips jika mengesankan bicara.

Tugas UAS Kritik DKV
CIPTA DAN KRITIK POSTER JOGJA KEMBALI

Oleh ;
AAN YULIANTO – DESAINER
(081-1752-024 /NR. B)
F. PRAVITANINGROOM – KRITIKUS
(081-1767-024 / NR.B)

PENGAMATAN

DESKRIPSI

Sebuah karya DKV yang berupa poster dikerjakan pada sebuah bidang persegi panjang berukuran panjang sekitar 29,7cm dan lebar 21cm dengan bidang gambar vertical atau portrait. Untuk bidang gambar sendiri juga berbentuk persegi panjang yang diletakkan portrait dengan keluasan lebar ke samping sekitar 19,4cm panjang ke bawah bidang gambar sekitar 27,4cm. Diletakkan tepat di tengah-tengah bidang poster sehingga menyisakan ruang kosong di sekeliling tepi bidang poster atau jarak dari tepi bidan gambar ke tepi bidang poster, yakni sekitar 0,8cm lebarnya di masing-masing sisi sebelah kiri dan kanan dan sekitar 1,15cm di masing-masing sisi atas dan bawah bidang bidang poster.

Jika diamati lebih lanjut, bidang gambar ini terbagi menjadi lima bagian. Bagian yang pertama adalah sebuah tipo yang bertuliskan ‘ayo ke JOGJA lagi’ yang terletak di area atas tengah bidang gambar. Dengan jarak antara batas atas tipo dan tepi atas bidang gambar sekitar 17,7cm, dan masing-masing tepi kanan dan kiri tipo dengan tepi samping bidang gambar terdekatnya sekitar 3,16cm.
Huruf-hurufnya bertipe Sans Serif dengan jenis font Trebuchet MS dengan dua ukuran. Untuk kata ‘ayo ke’ dan ‘lagi’ berukuran sekitar 40pt dengan pilihan Lower Case, sedang untuk kata ‘JOGJA’ berukuran sekitar 60pt dengan pilihan Upper Case.

Untuk penyusunan sendiri, terdapat beberapa perubahan, seperti pada spasi antara huruf ‘o’ dan ‘k’ yang di-condense sekitar tiga puluh persen sehingga kedua kata ini terlihat lebih dekat, hal ini juga berlaku pada spasi antara huruf ‘e’ dan ‘J’ kemudian antara huruf ‘A’ dan ‘l’ dengan condense masing-masing sekitar empat puluh persen. Lalu, khusus untuk ‘JOGJA’, posisinya diletakkan dibawah garis tulis huruf lainnya sehingga batas bawah kelima huruf yang membentuk kata ‘JOGJA’ ini sejajar dengan ujung bawah kaki huruf ‘y’ dan ‘g’ yang menggantung di bawah garis tulis.

Untuk segi pewarnaan, ada dua jenis warna yang dipakai. Yang pertama, pada kata ‘ayo ke’ dan ‘lagi’ warna yang dipakai adalah warna biru muda seperti warna biru pada laut yang kedalamannya kurang dari 200m dengan perbandingan pigmen sekitar C50 M10 Y2 K0. Sedang untuk kata ‘JOGJA’ warna yang dipakai adalah warna hijau muda seperti warna daun pisang yang baru saja terlepas secara alami dari gulungannya di pucuk pohon pisang dengan perbandingan pigmen sekitar C55 M5 Y100 K0.

Kemudian, bagian atau komponen yang kedua adalah ilustrasi yang memakai proporsi seorang anak laki-laki kecil yang dikartunkan sedang berlari diatas bumi yang proporsinya dikecilkan dengan sebuah pulau yang diatasnya terdapat tiang lampu dan dua buah awan. Untuk ilustrasi ini, pengerjaannya dilakukan dengan teknik pemvektoran.

Ilustrasi bumi. Seperti bentuk bumi jika dilihat dari luar angkasa dengan sudut tertentu, ilustrasi bumi ini juga berbentuk bulat dengan diameter sekitar 11,8cm. Diletakkan di tengah kiri bidang gambar dengan jarak tepi kiri bidang gambar dengan tepi terdekat ilustrasi bumi sekitar 2,2cm dan tepi kanan bidang gambar dengan tepi terdekat ilustrasi bumi sekitar 5,3cm. Berwarna dominasi biru dengan value yang dimulai dari biru muda seperti biru laut yang ada di sekitaran tepi bawah kanan hinga kanan atas ilustrasi bumi ke biru keputihan di beberapa bagian seperti bagian yang berbatasan langsung dengan pulau yang terletak di arah jam 4 ilustrasi.

Pada bagian kanan bawah permukaan bumi terdapat ilustrasi pulau yang berbentuk seperti gambar keluasan wilayah D. I. Yogyakarta, mirip sebuah persegi panjang dengan tiga buah segitiga di atasnya. Berwarna hijau muda seperti warna daun pisang yang baru saja terlepas secara alami dari gulungannya di pucuk pohon pisang dengan perbandingan pigmen sekitar C55 M5 Y100 K0 terbadi kedalam 3 pembagian warna, kiri, tengah dan kanan. Untuk bagian kiri mengalami pergeseran value kea rah Tine sebagai efek tersorot sinar dari kiri atas depan. Untuk bagian tengah tetap. Untuk bagian kanan mengalami pergeseran value ke arah Tone seperti efek bayangannya. Beroutline hitam dan beberapa outline penunjuk garis lintang dan garis bujur. Memiliki bayangan dari sinar yang sepertinya menyorot dari sudut kiri atas sedikit kedepan, sehingga bayangan yang terbentuk berada di bawah sedikit bergeser ke arah kanan belakang ilustrasi bumi.

Ada beberapa bagian lain yang juga tergabung dalam ilustrasi. Yang pertama adalah ilustrasi seorang manusia yang memakai proporsi anak laki-laki kecil yang sedang melangkahkan kaki berlari dengan kaki kirinya dalam posisi yang menapak ke permukaan bumi dengan bagian tumit menyentuh permukaan bumi dan telapak yang condong ke atas, sedangkan kaki kanannya dalam posisi berayun kebelakang. Kedua tangannya mengepal. Lengan dan tangan kanannya menyiku dan condong ke depan, sedang yang kiri menyiku dan berayun ke belakang. Proporsi kepalanya jauh lebih besar jika dibanding dengan tangan dan kakinya. Posisi badannya menyerong ke kanan sekitar sepuluh derajat, sehinga perbandingan bagian wajah yang terlihat antara sebelah kanan dan kirinya sekitar 3 : 2. Untuk mata, hidung dan mulut perbandingannya tidak terlalu kentara, tapi untuk telinga terlihat sekali. Karena tertutup lekuk wajah, hanya sebagian saja yang terlihat. Ilustrasi anak alki-laki ini kepalanya memakai blankon berwarna coklat seperti warna pisang goring dengan perbandingan pigmen C17 M48 Y76 K1. Matanya lonjong dengan pupil yang berada di bagian kanan bawah mata. Hidungnya kecil dan bulat. Mulutnya tersenyum menganga hingga bisa terlihat lidahnya yang berwarna merah seperti merahnya buah apel masak dengan perbandingan pigmen C13 M96 Y100 K3 dan rahang atas dalam yang berwarna abu-abu dengan perbandingan pigmen C51 M43 Y44 K7. Ilustrasi anak laki-laki kecil ini mengenakan kaos oblong berwarna hijau muda seperti warna daun pisang yang baru saja terlepas secara alami dari gulungannya di pucuk pohon pisang dengan perbandingan pigmen sekitar C55 M5 Y100 K0. Mengenakan celana pendek sepahanya berwarna coklat senada dengan warna blangkonnya. Memakai sepatu berbentuk oval berwarna abu-abu dengan perbandingan pigmen C51 M43 Y44 K7. Kemudian untuk warna kulitnya sendiri, warna yang dipakai adalah coklat kemerahan muda seperti warna kulit manusia dengan perbandingan pigmen C1 M15 Y13 K0. Ilustrasi anak laki-laki ini sepert terkena sorot sinar yang berasal dari kiri atas depan, sehingga terdapat efek sinar dengan cara pergeseran value ke Tine masing-masing warna yang dipakai pada sebagian blangkon kanan atas, telinga kanan bagian kanan atas, sebagian wajah sebelah kanan atasnya, sebagian kaos bidang bahu atas kanan dan kirinya, lengan dan kepalan tangan bagian kanan atasnya, sebagian potongan celana kanan bagian samping kanan kemudian sebelah bawah potongan celana kirinya, paha dan lutut kedua kakinya sebelah kanan belakang dan sepatunya sebelah kanan belakang.

Kemudian yang kedua adalah dua buah awan. Dua buah awan ini, masing-masing berada di arah jarum jam yang menunjuk pada sekitar angka 9 dan 10 dengan posisi awan di arah jam 10 sekitar 1,6cm dari tepi kiri bidang gambar dan sekitar 13cm dari tepi atas bidang gambar memiliki kelebaran sekitar 2,5cm dan tinggi sekitar1,25cm, sedang posisi awan di arah jam 9 sekitar 0,68cm dari tepi kiri bidang gambar dan sekitar 17,2 cm dari tepi atas bidang gambar memiliki kelebaran sekitar 4,5cm dan tinggi sekitar1,8cm. Kedua awan tersebut bermotif sama yang pada bagian atasnya membentuk gunduk pusaran mirip ukiran-ukiran kayu jawa, disambung gundukan-gundukan kecil sampai pada pada ujung kanan dan kirinya yang panjang dan lonjong. Dari segi ukuran, awan di arah jam 9 lebih dari dua kali besarnya dari awan dia rah jam 10. Kemudian dari segi pewarnaan, warna yang dipakai adalah warna biru muda seperti warna laut yang kedalamannya kurang dari 200m. Terdapat efek terpaan cahaya pada bagian kiri atas awan dari sudut pandang pengamat.

Kemudian bagian yang ketiga adalah ilustrasi sebuah tiang penyangga dan lampu jalan seperti yang ada di banyak pinggir jalan kota Jogja. Dari bawah, tiang ini tertanam di permukaan pulau Jogja pada ilustrasi Bumi. Beralas dua pipihan balok berwarna abu-abu seperti warna campuran semen dan pasir yang sudah mengeras.

Disambung dengan sebuah pipa berwarna hijau senada warna pulaunya. Disambung sebuah cincin melingkar dengan diameter yang lebih besar dari diameter pipa yang telah disebutkan dengan ketebalan sekitar sepersepuluh panjang pipa, berwarna biru senada warna biru pada ilustrasi bumi.

Disambung cincin lagi yang berbentuk seperti mahkota yang pada ujung bagian atasnya mencuat-cuat keatas dengan ketebalan sekitar satu setengah kali cincin pertama., berwarna merah senada warna lidah pada ilustrasi anak laki-laki sebelumnya.

Kemudian disambung dengan sebuah pipa dengan diameter dan warna yang sama dengan pipa sebelumnya, tetapi lebih pendek atau sekitar setengah panjangnya dari pipa sebelumnya.
Kemudian disambung cincin mirip mahkota, tapi dalam posisi terbalik dengan ketebalan yang sedikit lebih kecil, berwarna abu-abu seperti warna alasnya. Kemudian masih disambung cincin polos berdiameter, warna dan ketebalan yang sama dengan cincin polos sebelumnya. Sebuah pipa dengan diameter dan warna yang sama dengan pipa-pipa sebelumnya, tetapi kali ini pipanya lebih pendek lagi, sekitar kurang dari setengah panjang pipa kedua.

Sebuah cincin polos dengan criteria yang sama dengan cincin polos sebelumnya selanjutnya. Lalu sebuah pipa pendek dengan batang yang lansing dan warna yang sama seperti pipa sebelumnya menyambung di atasnya. Pipa keempat ini lebih pendek lagi, mungkin sekitar setengah panjang pipa ketiga. Diameternya pun lebih kecil.

Setelah sebuah cincin polos seperti kriteria sebelumnya tetapi kali ini diameternya lebih kecil menyambung pipa keempat, terdapat sebuah benda yang menyerupai kuncup unga mawar dengan warna kelopak luarnya sama seperti warna pipa dan warna kelopak dalamnya berwarna abu-abu seperti warna alas tiang ini.

Kemudian terdapat tiga buah penyangga lampu jalan yang membentuk pusaran pada bagian ujung yang menempel di permukaan pipa ketiga yang melingkar, motifnya mirip seperti motif yang dipakai pada ilustrasi awan, ujung melingkar dan meliuk-liuk berwarna hijau muda senada warna pipanya.

Sedang pada ujung yang lainnya menyangga masing-masing sebuah lampu jalan yang berbentuk prisma tegak segi enam tapi dengan keluasan atap yang lebih luas dari pada alasnya. Pada bagian tengah masing-masing sisi tegaknya diisi dengan segi empat sebagun berwarna kuning, sedang sisa sisi prismanya erwarna hijau yang sama dengan penyangganya.

Lalu pada atap prisma tersebut terdapat atap berwarna jingga seperti warna buah dalam papaya masak. Atap tersebut juga berujung enam yang meruncing, melenggok dan akhirnya mencuat ke atas, mirip limas segi enam yang kira-kira setengah bagian atasnya diganti dengan gundukan kecil dengan sebuah silinder ujung setengah lingkaran.

Untuk penempatan ketiga penyangga lampu ini, penyangga lampu yang pertama dan kedua diletakkan di sisi kanan dan kiri pipa, sedang penyangga dan lampu ketiga berada di belakang dan sebagian tertutup ujung tiang yang berupa kuntum mawar sehingga yang terlihat hanya atap lampu dan sebagian prisma-nya saja.

Secara keseluruhan, tiang lampu jalan ini mengalami perspektif optikal sehingga terlihat seperti hasil jepretan tiang lampu dengan sudut pandang mata burung menggunakan lensa Wide. Tiang ini juga terdapat efek seperti tersorot sinar hingga di beberapa bagiannya, terutama dibagian kiri atasnya jika dilihat dari sudut pengamat mengalami pergeseran value ke Tine.

Bagian atau komponen yang ketiga adalah tipo bertuliskan ‘jogja aman hatipun nyaman’ yang diletakkan di sebelah kanan bawah bidang gambar. Tipo ini berjenis huruf Trebuchet MS dengan ukuran 22pt yang mengalami perluasan lebar huruf beberapa persen, berwarna putih. Tipo ini diletakkan pada sebuah persegi panjang berwarna hijau seperti hijau yang dipakai pada pewarnaan ilustrasi pipa tiang lampu jalan dengan ukuran panjang ke samping sekitar 10,2cm dan lebar ke bawah sekitar 0,6cm dengan peletakan dalam bidang gambar berimpit dengan garis tepi kanan bidang gambar dan menyisakan jarak 0,67cm dari garis tepi bawah bidang gambar. Tipo tersebut diletakkan sedikit mengarah ke kanan area persegi panjang sehingga menghasilkan jarak antara ujung kiri tipo dan tepi kiri persegi sekitar 0,3cm dan jarak antara ujung kanan tipo dengan tepi kanan persegi panjang sekitar 0,2cm. Sedang untuk posisi vertikalnya diletakkan tepat di tengah-tengah persegi panjang. Tipo ini mengalami pemotongan bagian atas dan bawahnya karena tinggi tipo melebihi tinggi atau lebar persegi panjang hingga sebagian bulatan anatomi masing-masing huruf ‘j’ dan ‘i’ serta batang huruf ‘h’ terpotong, begitu juga pada ujung bawah masing-masing huruf ‘j’, ‘p’, dan ‘y’.

Kemudian bagian yang keempat adalah background. Background berupa pewarnaan solid dengan warna abu-abu kebiru-biruan hampir mirip campuran semen dan pasir, tetapi sedikit lebih biru dengan perbandingan pigmen sekitar C5 M1 Y0 K0.

Kemudian di bagian tengahnya terdapat sebuah bagian yang menyerupai tali pita yang di talikan di sebuah komponen dengan ujung atas denan titik potong pada tepi atas sebelah kanan bidang gambar sekitar 1,2cm dari sudut kanan atas bidang gambar, kemudian perpotongan yang kedua pada tepi kanan sebelah atas bidang gambar atau sekitar 8,7cm dari sudut kanan atas bidang gambar, yang bergelantung hingga menyentuh tanah dengan perpotongan pada tepi kiri sebelah bawah bidang gambar atau sekitar 5cm dari sudut kiri bawah bidang gambar dan pada tepi bawah sebelah kiri bidang gambar atau sekitar 5,35cm dari sudut kiri bawah bidang gambar. Berwarna coklat kemerahan terang senada warna kulit pada ilustrasi anak laki-laki sebelumnya.

Kemudian bagian yang terakhir adalah sebuah papan nama yang berada di kanan bawah bidang poster, berada sekitar 0,1cm dari tepi bawah bidang poster dan sekitar 0,8cm. Sebuah persegi panjang dengan bingkai yang membagi persegi panjang berukuran panjang ke samping 5,5cm dan lebar ke bawah 1cm itu horizontal menjadi dua bagian, bagian yang pertama berukuran lebar 0,6cm yang berada tepat diatas bagian kedua dengan lebar 0,4cm. Bingkai itu memiliki 2 dua jenis outline, outline yang pertama yang mengelilingi semua rusuk kedua bagian yang berwarna putih, sedang yang sisanya hanya mengelilingi bagian luar papan nama ini yang berwarna hitam. Untuk background sendiri, warna yang dipakai adalah hitam solid. Pada bagian atas papan nama, terdapat tulisan angka ‘081 1752 024’ dengan jenis huruf Trebuchet MS spesifikasi Bold dengan ukuran sekitar 23pt berwarna putih. Lalu pada bagian bawah papan nama, terdapat tulisan ‘AAN YULIANTO’ berukuran 12pt yang mengalami perluasan lebar berwarna putih. Kedua tipo yang dipakai ini sama-sama diletakkan rata kanan bingkai.

ANALISIS

1. INTERPRETASI

Dimulai dari warna-warna yang dipakai dalam poster. Warna yang dipakai merupakan warna-warna terang dengan prosentase unsur Black atau Key yang bisa dibilang sangat sedikit atau bahkan tidak sama sekali seperti Kuning, Jingga, Hijau Daun Pisang, Biru Laut dan Coklat Muda Kemerahan. Hal ini mengesankan aspek keceriaan, kegembiraan, keterbukaan, serta keramahan yang menjadi pencitraan Jogja kepada khalayak umum.

Sedangkan pemakaian jenis warna-warna dingin yang mendominasi poster seperti Biru Laut, Hijau Daun Pisang, serta abu-abu kebiruan ingin menonjolkan aspek yang menjadi karakteristik warna dingin itu sendiri seperti ‘dingin’ yang dalam arti sejuk, rindang, nyaman dan aman. Ini berhubungan dengan pesan yang disampaikan tentang keadaan Jogja yang sudah aman pasca Merapi meletus beberapa waktu lalu.

Kemudian dari segi Tipografi, jenis font yang dipakai adalah Trebuchet MS yang berasal dari keluarga Sans Serif dengan karakter tegas dan sederhana. Ketegasan di sini bisa dikaitkan dengan tujuan pembuatan poster ini sendiri yang menegaskan bahwa Jogja aman. Sedangkan aspek kesederhanaannya berhubungan dengan pencitraan masyarakan Jogja yang sederhana dan tidak banyak neko.
Dalam hal penataan letak, tipo kata ‘JOGJA’ diletakkan dengan garis tepi bawah yang lebih rendah dari kata yang lain jadi sejajar ujung kaki huruf ‘y’ yang menggantung. Hal ini bisa dikaitkan dengan kesan ‘bawah’ atau ‘merakyat’. Lebih jelasnya hal ini ingin menunjukkan bahwa Jogja ini dekat di hati rakyat. Sedang ujung atas tipo kata ‘JOGJA’ yang diposisikan lebih tinggi dari tipo huruf yang lainnya, mengesankan bahwa Jogja memiliki warisan budaya yang harus dijunjung tinggi keberadaannya.

Sedang pemakaian ukuran tipo ‘JOGJA’ yang lebih besar dan pembedaan warna yang dipakai dari huruf lainnya bertujuan untuk menegaskan kekhususan dan keistimewaan Jogja.
Dari segi Layout atau penempatan tipo ‘ayo ke JOGJA lagi’ yang diletakkan di bagian atas tengah bidang gambar ini selain berperan sebagai Headline juga ingin menunjukkan pencitraan Jogja yang menjadi pusat dan menuntun masyarakatnya.

Untuk tipo kedua yang bertuliskan ‘jogja aman hatipun nyaman’ selain berperan sebagai Slogan juga menyampaikan pesan implisit yang terkandung dalam kata-kata tersebut bahwa Jogja telah aman dan orang-orang bisa kembali nyaman beraktivitas. Permainan kata yang digunakan sedemikian sehingga enak didengar dan mudah diingat oleh Audiens. Sedang bentuk penyajiannya yang seperti diletakkan diatas sebuah papan berwarna hijau dengan ukuran lebar yang kurang hingga menghasilkan tipo dengan sebagian atas dan bawahnya yang terpotong menimbulkan kesan sumpek, kemudian kesan kesedihan dan kesakitan yang ditimbulkan dari efek pemangkasan tersebut.

Kemudian dari segi ilustrasi, Desainer banyak menyertakan unsur-unsur khas atau tradisional Jogja, seperti Blangkon, Tiang lampu jalan yang sangat Jogja sekali, bentuk pulau yang sebangun dengan bentuk keluasan wilayah D. I. Yogyakarta dan juga motif awan yang meliuk-liuk itu.

Untuk ilustrasi anak kecil, pemakaian figure anak kecil ini dengan alasan pencitraan yang dibawa oleh anak laki-laki yang suka bermain, ceria, hangat, ramah dan menyenangkan mewakili karakteristik masyarakat Jogja dan sekitarnya. Pose yang dipilih adalah saat anak laki-laki ini berlari, seperti ada sesuatu yang diburu. Ini mewakili ajakan yang mengundang antusias atau penasaran dari Audiens untuk ikut berbondong mengunjungi Jogja.

Untuk ilustrasi tiang lampu, tiang lampu jalan yang sebenarnya berwarna coklat kebirutuaan, di sini diubah menjadi berwarna dominan Hijau untuk menunjukkan kesan asri dan nyaman dari Jogja. Sedang kesan keceriaan dibawa oleh warna Kuning dan Jingga lampu-nya.

Sebenarnya hal ini juga bertautan langsung dengan ilustrasi pulau ‘Jogja’ yang juga berwarna hijau. selain karena hijau merupakan perwakilan warna sebuah pulau, hijau juga bisa berarti kenyamanan yang ada di Jogja. Lalu untuk bentuk pulau itu sendiri yang mirip wilayah D. I. Yogyakarta ingin menunjukkan pengerucutan focus perhatian.
Yang selanjutnya adalah posisi awan yang berada di pinggir sebelah kiri ilustrasi bumi. Hal ini berkesan bahwa awan yang identik dengan pembawa masalah telah berlalu dan menjauh dari Jogja, mengembalikan Jogja ke zona aman dan nyaman.

Pemakaian efek sinar yang berasal dari kiri atas belakang dari sudut pengamat yang berarti kanan atas depan dari sudut pandang ilustrasi ini ingin menunjukkan bahwa matahari yang sebagai perlambangan Tuhan, masyarakat Jogja memegang teguh Tugah sebagai penyinar dan penuntun (depan) hidup berada di posisi yang benar (kanan). Sedang adanya efek bayangan dalam ilustrasi ini seperti menggambarkan bahwa bumi tidak melayang di angkasa, tetapi berada di atas sebuah permukaan benda lain. Permukaan yang digambarkan melalui background yang dipakai terlihat seperti sebuah idang rata yang melengkung seperti unung-ujungnya ditempelkan pada dua buah sisi yang tegak lurus.

Dari segi gaya visual, gaya visual yang dipakai adalah intisari Art Nouveau yang adalah stilisasi. Hal ini terlihat dari beberapa unsur yang digunakan seperti ilustrasi awan yang berasal dari stilisasi awan nyata, kemudian juga pada penyangga lampu jalan yang merupakan stilisasi dari cabang pohon.

Kemudian jika dilihat alurnya, mata Audiens diarahkan mulai dari atas tengah menuju ke tengah bawah, berputar-putar sejenak, lalu berakhir di kanan bawah.

Sedang mengenai sudut pandang, desainer menempatkan diri sebagai masyarakat Jogja yang mengundang masyarakat luar dan sekitar untuk mengunjungi Jogja.

2. PENILAIAN

Dari segi Ide, ide yang dituangkan dalam poster ini menarik. Pemakaian dan pemilihan ciri khas kota Jogja seperti blangkon dan lampu jalan yang dikemas sedemikian sehingga terlihat menarik. Dan walaupun Jogja memiliki pencitraan yang dekat dengan nuansa ‘tradisional’ dan ‘tidak modern’ alias ‘jadul’, kesan itu tidak terlihat sama sekali dalam poster ini, kemungkinan hal ini disebabkan oleh pemakaian warna-warna yang cerah yang jauh dari kesan tradisional dan ‘ndeso’ yang cenderung dengan warna alam seperti coklat dan abu-abu. Selain itu warna terang juga akan lebih mudah menarik perhatian Audiens dari pada warna kusam.

Ide tentang pemakaian bumi dan Jogja sebagai pulaunya, serta penggambaran awan yang dimaksudkan sebagai musibah yang telah berlalu juga cukup menarik.

Kemudian dari segi Komunikasi, poster ini sudah mewakili pesan yang ingin dikomunikasikan berupa ajakan untuk kembali ke Jogja. Dari pemilihan kata yang dipakai sangat mewakili dan sangat tegas mengutarakan isi pesan, kemudian dari penggambaran atau ilustrasi adegan anak laki-laki yang berlari menuju pulau Jogja juga sangat jelas.

Kalau membicarakan soal ‘Craftsmanship’, poster ini menggunakan ilustrasi hasil goresan tangan desainer langsung dan hanya pada tipo-nya saja yang mengandalkan kemampuan alat bantu. Jadi sisi ‘craftmanship’ masih menonjol dalam poster ini.

Tetapi selain memiliki banyak kelebihan, poster ini juga memiliki kelemahan, seperti pemakaian bayangan Bumi yang membuat ilustrasi Bumi seperti berada di atas lantai, atau dengan kata yang sedikit kasar, itu bisa terlihat seperti seorang anak laki-laki yang sedang berlari di atas sebuah bola yang menggelinding di lantai, bukan Bumi yang melayang di ruang angkasa.

Kemudian dari tipografi ‘jogja aman hatipun nyaman’ yang berada di kanan bawah bidang gambar dengan anatomi bagian atas dan bawah yang terpotong malah bisa memunculkan sisi negatifnya seperti penderitaan dan kesedihan yang telah dipaparkan sebelumnya.

Masih di lingkup tipografi, untuk tipo ‘ayo ke JOGJA lagi’ kurang menimbulkan greget untuk bisa menarik emosi Audiens, karena adanya kesan mengambang. Justru karena itu adalah Headline, maka tanda baca-nya harus diperhatikan.

KESIMPULAN

Dari hasil Pengamatan, Deskripsi dan Analisis yang telah dilakukan, didapat beberapa poin seperti dibawah ini.
1. Dari segi Estetis, poster tersebut sudah estetis.
2. Dari Fungsional, poster tersebut sangat komunikatif dan diharapkan banyak menarik masyarakat untuk kembali mengunjungi Jogja.
3. Dari segi Kejelasan Makna dari poster tersebut, sangat jelas.

Dan dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan poster ini layak untuk dipamerkan dengan memperhatikan beberapa catatan dan anjuran seperti di bawah ini.
1. Dapat ditambahkan tanda seru (!) di akhir tipo kata-kata ‘ayo ke JOGJA lagi’ untuk memunculkan emosi atau gregetnya.
2. Bayangan pada ilustrasi Bumi dapat dihilangkan karena akan mengganggu atau merusak esensi dari Bumi itu sendiri.
3. Anatomi yang dipakai untuk tipo ‘jogja aman hatipun nyaman’ dapat digunakan keseluruhan tanpa harus ada pemotongan.

•••

« Previous Article Next Article »

  • Share this!
  • delicious
  • mail
  • tweet this
  • share on facebook
  • Add to Google Bookmarks
  • Add to Yahoo! Buzz

Add Your Comments

© DGI-Indonesia.com | Powered by Wordpress | DGI Logo, DGI's Elements & IGDA Logo by Henricus Kusbiantoro | Web's Framing by Danu Widhyatmoko | Developed by Bloggingly