Desain Grafis Indonesia

Desain Grafis Indonesia

Fostering understanding among Indonesian graphic designers and its juncture in art, design, culture and society

Kritik DKV ISI Yogyakarta #2: “Kabar Aman bagi Pariwisata Jogja” Bagian I

Sebuah pameran yang digagas oleh mahasiswa DKV Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam rangka menyelesaikan mata kuliah Kritik DKV atas saran Sumbo Tinarbuko selaku dosen pengampu Kritik DKV.

Maka dibuatlah pameran online Kritik DKV dengan mengangkat Kabar pariwisata kota jogja pasca bencana alam yang sedang hangat diperbincangkan sampai saat ini melalui bentuk perancangan komunikasi visual kami memakai tema besar Yogyakarta tetap layak dan aman dikunjungi oleh siapa pun “Kabar aman bagi pariwisata jogja!”, sekaligus sejauh mana para mahasiswa menanggapi dan mengkritik bentuk perancangan yang ada melalui tulisan.

Tujuan dari pameran online Kritik DKV ini adalah mengajak para rekan-rekan mahasiswa, dosen-dosen, para kritikus dan para pemerhati Pariwisata Yogyakarta untuk saling sharing, dan bertukar pikiran mengenai permasalahan yang sedang dihadapi Yogyakarta melalui proses penciptaan karya komunikasi visual.

kelompok dewi_mirah
mirah hapsari 091 1956 024 (kritikus)
dewi maria ulfah 091 1948 024 (desainer)

Poster adalah karya seni atau desain grafis yang memuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas. Pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding, permukaan datar, juga di media-media public lainnya dengan sifat mencari perhatian mata sekuat mungkin. Oleh karena itu poster biasanya dibuat dengan warna-warna kontras dan kuat sebagai salah satu cara menjadi pusat perhatian.

Sebagai salah satu media komunikasi, poster dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, seperti:

  • Mengumumkan/memperkenalkan suatu acara
  • Mempromosikan layanan/jasa
  • Menjual suatu produk
  • Membentuk sikap atau pandangan (propaganda)

Berikut adalah beberapa prinsip-prinsip desain untuk menunjang kualitas poster.

  • Balance, ada 2 jenis keseimbangan yang bisa diterapkan:
    • Umumnya, keseimbangan bisa dicapai secara simetris
    • Garis-garis imajiner, baik vertikal atau horisontal dapat digunakan untuk mencapai keseimbangan, walaupun tidak simetris.
  • Movement adalah alur baca. Alur baca yang diatur secara sistematis oleh desainer untuk mengarahkan ‘mata pembaca’ dalam menelusuri informasi, satu bagian ke bagian lain pada poster.
  • Emphasis adalah penekanan. Prinsip ini yang terpenting dalam mendesain poster. Penekanan bisa dicapai dengan membuat slogan/ judul, atau ilustrasi / foto jauh lebih menonjol dari elemen desain lain berdasarkan urutan prioritas. Penekanan bisa dicapai dengan beberapa hal yakni:
    • Perbandingan ukuran
    • Latar belakang yang kontras dengan tulisan atau gambar
    • Perbedaan warna yang mencolok
    • Memanfaatkan ‘white space’ atau bidang kosong
    • Perbedaan jenis, ukuran dan warna huruf
  • Unity adalah kesatuan. Beberapa bagian dalam poster harus digabung atau dipisah sedemikian rupa menjadi kelompok-kelompok informasi.Kesatuan dapatdicapai dengan beberapa hal, yakni:
    • Mendekatkan beberapa elemen desain, dibuat ‘overlapping’
    • Menggunakan bidang kotak/lingkaran
    • Memanfaatkan garis untuk pemisahan informasi
    • Perbedaan warna background
  • Specific appeal adalah penampilan/kesan. Poster dirancang untuk keperluan khusus berdasarkan suatu tema. Hal ini untuk memberikan ‘kesan’ suatu sentuhan yang sesuai dengan produk, acara atau layanan.

Pada tugas kritik desain kali ini, kami mencoba untuk menganalisa mengenai desain poster Iklan Layanan Masyarakat yang dibuat oleh seorang mahasiswi DKV ISI Yogyakarta. Dalam buku Semiotika Komunikasi Visual, Iklan Layanan Masyarakat adalah jenis periklanan yang dilakukan oleh pemerintah, suatu organisasi komersial ataupun non komersial untuk mencapai tujuan sosial atau sosio-ekonomis terutama untuk mensejahterakan masyarakat.

Deskripsi

  • Poster ini didesain oleh mahasiswi DKV ISI Yogyakarta, bernama Dewi Maria Ulfah, angkatan 2009.
  • Menggunakan komposisi statis sebagai dasar layout desain.
  • Alur baca yang sistematis namun tetap dinamis, dari atas menuju bawah di bagian tengah poster arah pembaca.
  • Tipografi yang digunakan sebagai headline dan body copy adalah dari keluarga Transitional, typeface Georgia dengan ukuran yang berbeda beda. Headline yang berbunyi “Jogjaku sudah “ON” kembali” ditulis dalam dua baris secara zigzag dari kiri dilanjutkan ke kanan arah pembaca. Headline ditulis menggunakan perpaduan uppercase dan lowercase, kecuali pada kata “ON” ditulis menggunakan uppercase yang diapit dua tanda petik kanan dan kirinya. Pada kata “Jogja” ± 72 point, kata “ku sudah” ± 36 point, kata “ON” ± 72,78 point, sedangkan kata “kembali” ± 36 point. Headline dilengkapi dengan shadow warna hitam, dibagian pojok kanan bawah arah pembaca. Body copy ditulis secara rata tengah, menggunakan ukuran ± 15 point dengan cara penulisan italic. Warna hitam, tanpa penebalan dipakai pada seluruh font penyusun headline dan body copy, kecuali pada kata ‘Jogja’ yang diberi penebalan. Sedangkan kata “ON” menggunakan warna hijau.
  • Visual yang digunakan adalah potongan peta provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Peta tersebut diletakkan pada sepertiga bagian atas poster. Dibagian tengah peta terdapat tombol “turn on” berwarna hijau, dengan garis putih dibagian tengah tombol. Tombol ini dilengkapi dengan shadow hitam dibagian pojok kanan bawah arah pembaca. Warna background poster adalah coklat dengan prosentase c:5%, m:4%, y:36%, k:0%. Bercak noda digunakan sebagai tambahan background, berwarna coklat yang lebih tua dari warna background,dengan prosentase c:6%, m:6%, y:42%, k:0%, berjumlah 3 buah.
  • Arah cahaya dari kiri atas pembaca.
  • Teknik yang digunakan dalam mengeksekusi desain poster ini adalah teknik digital komputer.

Analisis

  • Intepretasi
    • Komposisi statis yang digunakan dalam desain poster ini menimbulkan kesan tenang, hal ini sesuai dengan tema poster yang dibuat yaitu keamanan.
    • Alur baca yang sistematis namun tetap dinamis, vertical dari atas menuju bawah di bagian tengah poster arah pembaca. Hal ini mengarahkan ‘mata pembaca’ dalam menelusuri informasi, satu bagian ke bagian lain pada poster. Hal ini juga menggambarkan ketegaran, kekokohan dan kestabilan yang dimiliki masyarakat Jogja dalam menghadapi cobaan hidup. Hendaknya selalu mengingat bahwa semua yang telah dan akan terjadi merupakan anugrah dari Sang Pecipta.
    • Tipografi yang digunakan sebagai headline dan body copy adalah dari keluarga Transitional, typeface Georgia dengan ukuran yang berbeda beda. Pada headline, kata “Jogja” ± 72 point, kata “ku sudah” ± 36 point, kata “ON” ± 72,78 point, sedangkan kata “kembali” ± 36 point. Pada body copy digunakan ukuran ± 15 point dengan cara penulisan italic. Jenis huruf Transitional mempunyai karakter antara kait dengan stroke huruf, dihubungkan oleh kurva kecil dan memiliki sudut pada kaitnya. Mempunyai tingkat keterbacaan yang tinggi dengan adanya serif, sehingga pembaca dapat secara mudah memahami pesan-pesan yang terkandung di dalam poster. Jenis huruf seperti ini, memberikan makna konotasi tentang sesuatu yang indah, luwes namun tetap kokoh dan kuat. Penulisan italic pada body copy menimbulkan kesan bahwa teks tersebut juga ditekankan, karena isinya yang penting, menjelaskan lebih detail tentang headline poster.
    • Headline yang berbunyi “Jogjaku sudah “ON” kembali” ditulis dalam dua baris secara zigzag dari kiri dilanjutkan ke kanan arah pembaca. Hal ini digunakan sebagai trik penekanan intonasi dan pemotongan kalimat. Garis maya berbentuk zigzag ini menimbulkan kesan semangat dan gairah membara, yang dimiliki oleh masyarakat Jogja untuk bangkit dari keterpurukan karena cobaan yang diberikan Sang Pencipta.
    • Headline ‘Jogjaku sudah “ON” kembali’ ditulis menggunakan perpaduan uppercase dan lowercase, kecuali pada kata “ON” ditulis menggunakan uppercase yang diapit dua tanda petik kanan dan kirinya. Cara penulisan teks yang memadukan antara uppercase dan lowercase ini dimaksudkan untuk mempermudah tingkat keterbacaan teks yang hendak disampaikan. Pada kata ‘Jogja’ diberi ketebalan, hal ini memiliki maksud penegasan bahwa poster ini tentang kota Jogja yang indah, luwes, namun kokoh dan kuat. Khusus untuk kata “ON” pada headline, ditulis menggunakan uppercase yang diapit dua tanda petik kanan dan kirinya. Pemakaian uppercase pada teks yang tidak terlalu panjang memiliki kekuatan tersendiri, karena dapat memberi tekanan maupun aksen pada makna. Ditambah lagi dengan penambahan dua tanda petik yang mengapit kata ON, mengisyaratkan arti khusus pada kata tersebut. Penggabungan penekanan menggunakan uppercase dan tanda petik pada kata “ON”, seakan meminta perhatian lebih banyak dari masyarakat luas, menyuarakan bahwasanya kota Jogja sudah kembali bangkit, tumbuh dan mulai seimbang dari keterpurukan karena cobaan yang diberikan Tuhan.
    • Warna hitam dipakai sebagian besar warna huruf, mengandung arti keamanan, keyakinan dan kekuatan, yang dimiliki masyarakat Jogja untuk bangkit dari keterpurukan. Juga mengandung makna konotasi menggambarkan kemisteriusan Jogja dari zaman dahulu hingga sekarang, serta didukung oleh masyarakatnya yang independen sehingga mampu membuat Jogja semakin kuat dan istimewa. Hal ini sesuai dengan tema poster yang mengangkat tentang keamanan Jogja. Sedangkan warna hijau yang digunakan pada kata “ON”, merupakan symbol optimisme masyarakat Jogja dalam berupaya mengembalikan pertumbuhan, kesuburan dan harmoni yang sempat sirna oleh adanya cobaan.
    • Headline dilengkapi dengan shadow warna hitam, dibagian pojok kanan bawah arah pembaca. Hal ini seakan mengandung maksud bahwasanya masyarakat Jogja sudah kembali bangkit dan kembali mengangkasa. Kebangkitan ini direstui oleh Sang Pencipta dengan memberikan sinar dari arah kiri pembaca, sebagai pertanda cuaca yang baik.
    • Visual yang digunakan adalah potongan peta provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Peta tersebut diletakkan pada sepertiga bagian atas poster. Peta adalah gambar atau lukisan keseluruhan atau pun sebagian permukaan bumi pada kertas, atau bahan lain yang menunjukkan letak tanah, laut, sungai, gunung, dan sebagainya. Peta juga merupakan representasi melalui gambar dari suatu daerah yang menyatakan sifat, seperti batas daerah, sifat permukaan, denah. Peta yang digunakan adalah jenis peta umum Daerah Istimewa Yogyakarta, mencakup 5 kabupaten, dilengkapi dengan jalur kereta, sungai, waduk. Peta tersebut memiliki warna yang berbeda pada setiap daerahnya. Hal ini merupakan representasi keadaan alam yang dimiliki provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sangat beraneka rupa. Lengkap dengan rendah, dataran tinggi, serta gunung. Penggunaan peta Daerah Istimewa Yogyakarta ini merupakan simbolisasi kota Jogja yang menjadi tema dalam poster, tentang kestabilan dan keamanan Jogja. Bentuk segitiga yang muncul sebagai bentuk imajiner dari Daerah Istimewa Yogyakarta, menggambarkan kekuatan kokoh tersendiri yang dimiliki Jogja. Hubungan kedua kakinya menggambarkan hubungan manusia dengan sesama. Sedangkan hubungan kedua kaki dengan ujung lain diatas, merupakan hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Hal ini mencerminkan kesatuan, kebersamaan yang kuat dan kokoh, dimiliki oleh seluruh masyarakat Jogja, didasari dengan keyakinan kepada Sang Pencipta. Disaat sebagian daerahnya sedang diberi cobaan, maka masyarakat lain ikut merasakan dan saling membantu dan menyokong dari belakang, dengan maksud sebagai pengabdian kepada Sang Pencipta.
    • Dibagian tengah peta terdapat tombol “turn on” berwarna hijau, dengan garis putih dibagian tengah tombol. Tombol adalah alat pada mesin dan sebagainya, yang gerak tekan atau gerak tariknya dapat menjalankan, menghentikan, atau mengubah gerak pada mesin. Penggunaan tombol ini sebagai symbol bahwasanya Jogja sudah kembali bangkit. Tombol ini merupakan salah satu bagian poster yang saling berkaitan erat dengan bagian lain. Warna hijau yang digunakan pada tombol adalah symbol optimisme masyarakat Jogja dalam berupaya mengembalikan pertumbuhan, kesuburan dan harmoni yang sempat sirna oleh adanya cobaan. Sedangkan warna putih yang digunakan sebagai garis putih ditengah tombol mengandung makna ini merupakan awal yang baru bagi masyarakat Jogja untuk menjalani kehidupan pasca cobaan yang telah terjadi. Ketulusan dan niat suci masyarakat Jogja untuk kembali bangkit dari keterpurukan. Tombol ini dilengkapi dengan shadow hitam dibagian pojok kanan bawah arah pembaca. Hal ini seakan mengandung maksud bahwasanya masyarakat Jogja sudah kembali bangkit dan kembali mengangkasa. Kebangkitan ini direstui oleh Sang Pencipta dengan memberikan sinar dari arah kiri pembaca, sebagai pertanda cuaca yang baik.
    • Warna background poster adalah coklat dengan prosentase c:5%, m:4%, y:36%, k:0%. Bercak noda digunakan sebagai tambahan background, berwarna coklat yang lebih tua dari warna background,dengan prosentase c:6%, m:6%, y:42%, k:0%, berjumlah 3 buah. Warna coklat yang digunakan sebagai background ini memiliki menunjukkan sikap mempertahankan keadaan, kebiasaan, stabilitas dan tradisi yang berlaku. Hal ini sangat mendukung tema poster yakni keamanan Jogja. Masyarakat Jogja biasa bersama-sama, menjalani kehidupan dan menjaga stabilitas dengan melaksanakan tradisi. Maka ketika mereka mulai bangkit dari keterpurukan karena cobaan, masyarakat pun kembali bergotong royong membangun Jogja dengan tetap melestarikan tradisi. Selembar kertas tua yang muncul sebagai hasil imajiner dari background, digunakan sebagai simbol Jogja yang sudah tua dengan banyak pengalaman yang telah dialami. Menggambarkan kehidupan Jogja yang penuh makna. Noda yang timbul merupakan penggambaran dari pengalaman yang telah dilalui. Walaupun meninggalkan noda, namun tetap sarat makna.
  • Penilaian berikut merupakan criteria tipikal poster yang ‘baik’ :
    • Berhasil menyampaikan informasi secara cepat
    • Ide dan isi yang menarik perhatian
    • Mempengaruhi, membentuk opini / pandangan
    • Menggunakan warna-warna mencolok
    • Menerapkan prinsip ’simplicity’
      • Komposisi statis yang digunakan dalam desain poster ini menimbulkan kesan tenang, hal ini sesuai dengan tema poster yang dibuat yaitu keamanan.
      • Alur baca yang sistematis namun tetap dinamis, vertical dari atas menuju bawah di bagian tengah poster arah pembaca. Hal ini mengarahkan ‘mata pembaca’ dalam menelusuri informasi, satu bagian ke bagian lain pada poster. Sehingga informasi dapat diterima baik oleh pembaca.
      • Makna konotasi yang muncul pun dapat diterima dengan baik, yakni penggambaran ketegaran, kekokohan dan kestabilan yang dimiliki masyarakat Jogja dalam menghadapi cobaan hidup.
      • Pemilihan jenis huruf yang dipakai dalam desain poster iklan ini sudah tepat karena jenis huruf tersebut mempunyai tingkat keterbacaan yang tinggi dengan adanya serif, sehingga pembaca dapat secara mudah memahami pesan-pesan yang terkandung di dalam poster. Jenis huruf ini mampu menggambarkan Jogja yang indah, luwes namun tetap kokoh dan kuat. Pemilihan huruf ini juga sesuai dengan tema poster yakni tentang Jogja aman untuk dikunjungi.
      • Penggunaan tanda petik pada kata “ON” bagian dari headine, membantu dalam menunjukkan bahwasanya ada makna atau arti lain yang dimaksud di dalam poster.
      • Komposisi penyusunan teks sudah tepat, karena mempermudah dalam keterbacaan pesan. Penekanan intonasi menggunakan pematahan kalimat juga memberi makna tersendiri.
      • Komposisi penulisan headline sudah tepat, karena dapat menggambarkan semangat yang dimaksud dan masyarakat Jogja.
      • Warna yang digunakan pada headline, body copy dan trik penekanan pada kata “ON” sudah dapat mencapai maksud yang ingin disampaikan pembuat poster.
      • Penggunaan image peta sudah tepat, image ini sudah cukup dapat dimengerti dengan mudah masyarakat, bahwasanya digunakan sebagai symbol dari Daerah Istimewa Yogyakarta.
      • Visualisasi iklan ini dianggap sudah cukup karena apabila headline iklan tidak ada, maka pembaca tetap akan mengerti maksud iklan tersebut.
      • Penambahan noda pada background dinilai kurang tepat, karena mengganggu maksud dari makna yang telah ditimbulkan warna dasar. Warna dasar coklat memiliki makna keadaan, kebiasaan, stabilitas dan tradisi yang berlaku, menjadi rancu karena adanya noda tersebut.

Kesimpulan
Dari beberapa uraian yang telah disampaikan, dapat ditarik beberapa kesimpulan penting. Yaitu fungsi desain komunikasi visual dalam poster, seharusnya dapat mengkomunikasikan informasi kepada target audience dengan tepat.

Desain selalu berkembang dan pemaknaannya disesuaikan dengan budaya dan zaman yang sedang berlangsung. Agar pesan dapat disampaikan dengan baik, maka desainer hendaknya selalu mengikuti perkembangan dan kondisi masyarakat serta zaman.

Saran
Hendaknya tidak diperlukan penggunaan noda sebagai tambahan background dalam poster ini. Sehingga pesan yang akan ditangkap khalayak tidak rancu menjadi Jogja yang bernoda.

Sumber
Tinarbuko, Sumbo. 2009. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalan Sutra.
http://www.scribd.com/doc/29962311/Prinsip-prinsip-warna
http://iramavisual.com/index.php?option=com_zoo&task=item&item_id=392&Itemid=2
http://tata-bahasa.110mb.com/Tanda%20Baca.htm


Ferli Achirulli Kamaruddin (1012079024), Ilham Nur Ridwan (1012080024)

Deskripsi
Pada iklan yang bertemakan tentang “Yogyakarta Aman Dikunjungi” terdapat beberapa buah aspek penyusun desain di dalamnya, diantaranya adalah aspek verbal dan visual. Keseluruhan Aspek penyusun desain tersebut dibingkai dalam bidang gambar berbentuk persegi panjang dalam posisi vertikal dan disajikan dalam gaya kartun. Aspek pertama yang akan dibahas adalah aspek visual.

Aspek visual ditunjukkan oleh beberapa buah gambar yaitu, manusia, tugu, garis-garis abstrak dan bayangan yang seperti rumah dan gunung. Dua orang manusia digambarkan sedang dalam posisi berdiri menghadap ke arah kanan. Manusia pertama adalah wanita berambut pendek yang berukuran tinggi sekitar setengah bidang gambar berada di sebelah kiri iklan tersebut. Wanita tersebut terlihat sedang memegang sebuah benda berwarna hitam yang terdapat lingkaran di bagian tengahnya menggunakan kedua tangannya. Benda yang dipegang seperti sebuah kamera tersebut berada dalam posisi horizontal. Sisi kiri dipegang dengan tangan kiri, sedangkan sisi kanan dipegang dengan tangan kanannya. Wanita tersebut terlihat menggunakan pakaian polos lengan pendek dengan kerah yang sedikit memanjang ke arah dada. Terdapat sedikit bayangan yang muncul pada kaos polosnya dan terlihat mengikuti lekuk tubuh pada bagian dada. Tangan kirinya seperti dibalut dengan penutup tangan berwarna hitam yang hanya menyisakan kelima jarinya. Wanita tersebut juga terlihat mengenakan celana yang juga polos dan sedikit mengembang pada bagian sampingnya. Hanya sebagian Celana saja yang dapat terlihat dalam gambar karena adanya garis putih yang memotong lanjutan celana di bawahnya. Pada tubuh bagian atas wanita tersebut, kedua bahunya terlihat sedang menggendong tas punggung berwarna hitam. Rambut wanita tersebut juga berwarna hitam dan terlihat menutupi sebagian telinga kanannya. Ujung-ujung rambutnya ada juga yang memasuki atau menutupi sebagian wajahnya yang bersih dan halus. Dari dalam rambut tepat di atas telinganya muncul garis hitam menuju arah mata yang merupakan bagian dari Frame kacamata. Kacamata yang digunakannya berwarna hitam dengan kilau putih pada masing-masing sudutnya. Alis mata bagian kanan wanita tersebut juga terlihat berada di atas kacamata yang dikenakannya. Bibir wanita tersebut terlihat lebar dan sedikit membuka memperlihatkan sebagian bagian dalam mulutnya. Warna keseluruhan tubuh dan benda-benda yang dikenakan oleh wanita tersebut diberi warna kuning, kecuali warna pada tas, kamera, kacamata, rambut dan penutup lengan yang berwarna hitam.

Pada bagian lain di sebelah kiri belakang wanita tersebut terdapat seorang pria yang sedang berdiri. Pria tersebut berperawakan sedang, menyerupai tubuh wanita yang ada di kanan depannya. Ukuran tubuhnya hanya mencapai sepertiga bidang gambar. Sebuah kamera berukuran cukup besar dengan bentuk yang tidak simetris terlihat menggantung di dadanya. Kamera tersebut memiliki tali penggantung yang cukup lebar dan dikalungkan pada lehernya. Sebagian tali kamera ditutupi oleh kerah kemeja yang digunakan pria tersebut. Selain kemeja dengan kerah menjulur keluar yang digunakannya, pria tersebut juga mengenakan kaos polos sebagai pakain bagian dalam. Terlihat juga pria tersebut menggenggam tali tas yang menggantung pada bahu kanannya. Tas beserta talinya berwarna hitam sama seperti warna hitam pada celana yang dikenakannya. Pada bagian kepala, pria tersebut mengenakan penutup kepala yang bentuknya melingkar dan melebar keluar mengelilingi bentuk kepalanya. Kedua mata pria tersebut terbuka lebar dengan alis tebal yang terangkat. Hidungnya sedikit lebar, dan bibirnya tebal dalam keadaan tertutup. Keseluruhan tubuh maupun benda yang dikenakan oleh pria tersebut diberi warna kuning, kecuali warna pada tas, kamera dan celana yang berwarna hitam.

Pada Background, warna yang dominan digunakan adalah biru. Baik itu biru muda ataupun tua. Background pertama yang terlihat adalah sebuah bangunan menyerupai tugu berwarna biru muda memakan kira-kira seperempat bidang gambar dengan menggunakan outline berwarna biru yang gelap. Bangunan tersebut berundak-undak pada bagian bawah menyerupai tangga dan mengerucut pada bagian atasnya. Terdapat beberapa buah garis horizontal seperti bayangan pada bangunan tersebut. Sisi kiri bangunan tampak lebih gelap dibandingkan sisi kanannya. Terdapat sebuah garis lurus vertikal yang ujung atasnya terlihat seperti ujung panah pada permukaan bangunan tersebut. Pada bagian atas setelah panah tersebut terlihat ada sesuatu yang berbentuk seperti ukiran melebar ke arah luar bangunan berbentuk abstrak, dan di atas ukiran tersebut terdapat sebuah bangunan kerucut kecil dengan motif spiral yang melancip pada ujungnya. Di belakang bangunan tersebut terdapat sebuah bayangan berwarna biru tua. Bayangan tersebut cukup lebar terbentang dari sisi kiri hingga kanan bidang gambar yang ukurannya hampir mencapai setengah bidang gambar. Pada bagian ujung kanan dan kiri bayangan, ukurannya terlihat mengecil kemudian membesar pada bagian tengahnya. Bayangan tersebut terlihat seperti bangunan atap rumah yang besar. Pada bagian paling belakang, tepat di belakang bayangan biru tua tersebut terdapat sebuah background juga yang bentuknya seperti gunung. Background dengan pewarnaan gradasi linear dari warna yang lebih terang menuju ke warna yang lebih gelap di ujung atasnya tersebut memiliki bentuk seperti kerucut yang tidak beraturan. Terdapat juga background garis-garis tidak beraturan di bagian samping dan atas setelah gambar yang menyerupai gunung tersebut. Garis-garis tersebut terdiri atas garis berukuran besar dan kecil yang diletakkan secara acak tak tentu arah. Diantara garis-garis acak tersebut terdapat sebuah garis putih tebal yang menumpuk background berwarna biru di bawahnya. Terdapat beberapa garis putih kecil di sekitar garis putih tebal tersebut yang arahnya mulai melebar di sisi kanan. Warna putih tebal tersebut merupakan background dari teks yang berada di atasnya.

Aspek verbal dalam bidang gambar dapat dilihat dari Teks yang berbunyi “AYO KE JOGJA” dan “JOGJA AMAN DIKUNJUNGI” menggunakan huruf kapital. Pada teks “AYO KE JOGJA”, teks ditempatkan di atas bidang berwarna putih tebal yang sedikit miring ke atas. Teks tersebut ditulis dengan jenis font sans serif bernama armor piercing berwarna hitam. Sedangkan teks “JOGJA AMAN DIKUNJUNGI” ditempatkan paling bawah bidang gambar dengan jenis font dan nama yang sama seperti teks sebelumnya, namun warna yang digunakan adalah warna biru yang sedikit gelap. Batas kanan dan kiri teks tersebut terlihat sejajar dengan bentuk bingkai gambar yang ada di atasnya.

Pada keseluruhan iklan, terdapat beberapa jenis gambar yang terlihat membingkai ilustrasi tersebut. Yang pertama adalah garis putih dan biru tua yang membingkai keseluruhan ilustrasi maupun teks dalam iklan, kecuali teks yang berbunyi “JOGJA AMAN DIKUNJUNGI” dibingkai oleh background berwarna putih.

Analisa
Iklan yang bertemakan tentang “Yogyakarta aman dikunjungi” tersebut merupakan sebuah iklan yang dibuat dengan menggunakan teknik gambar digital. Gaya ilustrasi yang menggunakan bentuk-bentuk geometris dengan garis-garis kaku merupakan ciri khas dari gaya desain konstruktivisme. Karakter konstruktivisme yang ditampilkan pun cukup kuat. Tetapi terdapat sedikit kekurangan pada ilustrasi gambar manusia yang belum dapat masuk dalam tema konstruktivisme, dikarenakan oleh karakter gambarnya yang masih terlihat luwes dan kurang kaku atau tegas.

Pada bagian ilustrasi, Kedua manusia dalam iklan ditampilkan terlihat berpenampilan santai dan bersahabat, hal itu ditunjukkan untuk memberi gambaran tentang kenyamanan yang dirasakan wisatawan ketika sedang berjalan-jalan mengunjungi kota Yogyakarta. Pria dan wanita yang digambarkan sedang membawa kamera dengan ekspresi yang bahagia merupakan simbol dari orang yang senang berkunjung ke Yogyakarta dan ingin mengabadikan kisahnya tersebut menggunakan kamera. Sedangkan warna kuning yang digunakan sebagai warna dominan pada manusia dilakukan karena warna kuning dapat mewakili kehangatan, persahabatan dan optimistis. Warna kuning disini juga bisa diartikan sebagai warna pembeda antara objek utama terhadap background. Perwakilan kota Yogyakarta pun dilakukan dengan menggunakan Tugu Yogyakarta sebagai background. Gunung merapi yang mulanya berbahaya karena bencana gunung meletus, pada iklan ini digambarkan tenang dan berwarna biru. Hal tersebut dilakukan untuk meyakinkan kepada para khalayak bahwa gunung merapi sudah tidak meletus lagi dan Yogyakarta sudah aman untuk dikunjungi. Pesan iklan juga didukung dengan pewarnaan gambar yang lebih dominan berwarna biru, dikarenakan warna tersebut dapat diasosiasikan sebagai ketenangan, kesegaran dan kesejukan.

Pada bagian aspek verbal, terdapat beberapa buah teks dalam iklan tersebut. Aspek verbal yang bertuliskan “AYO KE JOGJA” merupakan sebuah headline berupa kalimat ajakan atau perintah untuk mengunjungi kota Yogyakarta. Kalimat tersebut terkesan bersahabat, tidak bertele-tele dan langsung pada tujuan, sehingga para khalayak yang membacanya pun akan merasa diajak untuk mengunjungi kota tersebut. Warna hitam yang digunakan juga agar dapat mempertegas warna tulisan. Selain itu, background pada tulisan yang menyerupai cahaya berwarna putih tersebut memberi kesan semangat. Aspek verbal lainnya pada body copy yang berbunyi “JOGJA AMAN DIKUNJUNGI” berwarna biru ditampilkan untuk memberitahu para pembaca bahwa kota Yogyakarta berada dalam keadaan aman. Dan warna biru sebagai penegas dari kata aman itu sendiri. Pemilihan jenis font bernama armor piercing pada keseluruhan teks membuat desain iklan tersebut terlihat menyatu sesuai dengan gaya ilustrasi yang dipakai yaitu konstruktivisme.

Keseluruhan iklan dibingkai dengan menggunakan background putih dan garis biru seakan-akan ingin mengatakan bahwa inilah potret sebenarnya kota Yogyakarta, kota yang sejuk, tenang dan aman untuk dikunjungi. Sedangkan gaya Konstruktivisme dalam bentuk kartun dapat menimbulkan kesan bersemangat dan menyenangkan.

Kesimpulan
Aspek verbal dan visual pada iklan mengenai Yogyakarta tersebut sudah terlihat menarik. Ide untuk menggunakan gaya konstruktivisme sangat cocok untuk memberi semangat dan keyakinan untuk berkunjung ke Yogyakarta. Tetapi ada beberapa aspek yang sedikit mengganggu kesatuan desain tersebut. Pertama adalah ilustrasi manusia yang dibuat kurang menyatu dengan gaya ilustrasi konstruktivisme. Sosok manusia akan lebih baik jika ditampilkan dengan teknik penggambaran yang berbeda, misalkan dengan garis wajah yang sedikit kaku dan terlihat lebih bersudut. Kemudian pada kalimat headline yang bertuliskan “AYO KE JOGJA” masih dirasa belum cukup untuk dijadikan kalimat ajakan. Lebih baik membubuhkan sebuah tanda baca tertentu, misalkan sebuah tanda seru (!) agar kalimat tersebut terlihat lebih tegas dan bersemangat. Namun secara keseluruhan, desain pada iklan tersebut terlihat baik.


Kelompok Semerbucks
Bambang Ally Budi Utomo - 1012086024
Yoventius P.W - 1012088024

Deskripsi
Desain bertema “Yogyakarta aman dikunjungi” ini dibuat oleh seorang mahasiswa ISI Yogyakarta jurusan Diskomvis bernama Bambang Ally Budi Utomo. Desain berukuran lebar 21 cm dan tinggi 27,9 cm atau A4 menggunakan ilustrasi foto full colour yang diolah secara digital. Foto potongan tugu Yogyakarta di-layout berukuran tinggi sekitar 4,4 cm, diletakkan di tengah-tengah bidang desain agak kebawah sedikit kira-kira 14 cm dari atas bidang desain.

Tampak sebuah jalan beraspal hitam dengan bekas-bekas jejak ban kendaraan berwarna abu-abu kecoklatan. Jalan ini berawal dari bagian bawah desain dan berujung pada dasar tugu Yogyakarta dengan perspektif satu titik. Pada jalan ini ada zebra cross yang membentang secara horisontal dari sisi badan jalan. Bidang putih dengan sedikit tekstur jalan yang membayang, yang membentuk garis-garis pada zebra cross ini berjumlah 10 buah. Terletak di sebelah bawah bidang desain sekitar 2,5 cm dari bawah. Pada sisi luar kiri dan kanan badan jalan ada pembatas jalan berwarna putih dan ke luar lagi tampak padang rumput berwarna hijau dengan komposisi warna C: 80, M: 22, Y 100, dan K: 8 yang membukit naik ke arah luar bidang desain, juga pada masing-masing sisi kiri dan kanan badan jalan.

Pada bagian atas desain terdapat langit biru dengan komposisi warna C: 100, M: 90, Y: 17, dan K: 4 yang mengisi hampir separuh lebih bidang desain. Langit ini berawan putih dengan komposisi bagian kiri bidang desain lebih berawan ketimbang bagian kanan.

Di bagian atas desain ada teks “YOGYAKARTA” dengan format kapital, berjenis huruf Arial berukuran 50 point dan dibawahnya terdapat teks yang lebih kecil dengan jenis huruf yang sama dan berukuran 25 point yang bertuliskan “aman dikunjungi” berformat lowercase. Teks-teks ini di-layout 2,45 cm dari sisi atas bidang desain dengan format rata tengah dan berjarak sekitar 1,9 cm dari sisi kiri dan kanan bidang desain. Jarak antara teks “YOGYAKARTA” dan “aman dikunjungi” sekitar 0,8 cm. Kedua baris teks ini berwarna hijau dengan tekstur rumput pada badan teks yang mirip dengan rumput yang terdapat pada sisi luar badan jalan, dan diberi bayangan hitam yang mengarah ke sisi kanan bawah.

Ada semacam goresan cahaya berwarna-warni berbentuk seperti angka 2 yang diputar 90 derajat ke kiri di belakang teks “YOGYAKARTA aman dikunjungi”. Goresan cahaya ini berawal dari huruf “a” pada kata “aman” kemudian mengarah ke atas menabrak melewati huruf “Y” petama pada kata “YOGYAKARTA” lalu berbelok ke kanan dan sedikit menyebar mengarah ke bawah menabrak huruf “Y” kedua, “A” pertama dan “K” pada kata “YOGYAKARTA”, terus mengarah ke kanan dan ke bawah bersinggungan dengan huruf “u” pertama, menabrak huruf “n” dan “j” lalu bersinggungan lagi dengan huruf “u” kedua pada kata “dikunjungi. Goresan warna-warni ini mengecil berlanjut ke arah bawah dan ke kanan kemudian berbelok ke atas dan berbalik mengarah ke kiri menabrak huruf “A” ketiga, huruf “T” dan berakhir bersinggungan dengan huruf “R” pada kata “YOGYAKARTA”. Di atas huruf “R” dimana goresan cahaya berakhir, tampak warna putih yang berbentuk seperti bintang.

Pada bagian bawah desain terdapat logo ISI Yogyakarta. Logo ditampilkan dengan gaya outline berwarna putih, berukuran tinggi dan lebar sekitar 1,1 cm. Logo ini diletakkan di tengah-tengah bidang desain secara horisontal dan berjarak sekitar 0,4 cm dari sisi bawah desain.

Analisa
Desain Bambang ditujukan untuk memenuhi tugas UAS dari mata kuliah Kritik DKV di kampus DKV ISI Yogyakarta pada semester gasal tahun 2010-2011. Desain ini memenuhi tema penugasan yaitu Yogyakarta aman dikunjungi dimana di DIY sedang digalakkan kampanye dengan tema yang sama oleh berbagai pihak dari segala kalangan di Yogyakarta berkenaan pasca meletusnya gunung Merapi.

Pada desain yang berukuran A4 ini potongan foto Tugu Yogyakarta yang terkenal sebagai salah satu landmark Yogyakarta diambil sebagai simbolisasi Daerah Istimewa Yogyakarta secara keseluruhan. Tampak sebuah jalan yang menuju dan berakhir di Tugu Yogyakarta, dapat dimaknai bahwa Yogyakarta sudah bisa dikunjungi lagi sebagai tujuan wisata seperti pada masa sebelum Merapi meletus. Artinya Yogyakarta sudah aman dan wisatawan dapat berlibur atau berkunjung ke Yogyakarta tanpa perlu khawatir akan bahaya Merapi. Hal ini juga divisualkan dengan gambaran langit yang cerah berwarna biru dan padang rumput berwarna hijau yang kembali bersemi di sekitar tugu Yogyakarta. Warna biru pada langit bisa berarti kepercayaan, kebersihan dan keamanan sedangkan warna hijau pada rumput bermakna alami, pembaharuan dan kesehatan.

Yang sedikit mengganggu dalam disain ini adalah penggambaran awan yang terlalu mengepul sehingga dalam benak kita mau tidak mau sampai pada ingatan akan asap yang keluar dari gunung Merapi yang sering disebut wedhus gembel. Hal ini dapat membuat takut calon wisatawan dan membuat mereka berpikir untuk tidak jadi berkunjung karena wedhus gembel sering diberitakan membuahkan awan panas yang banyak merenggut korban. Walaupun demikian awan juga bisa diartikan sebagai pembawa kesuburan, dimana tanpa awan tidak mungkin akan turun hujan. Bisa kita rasakan juga bila kita berada di Yogyakarta pada masa-masa meletusnya gunung Merapi dan mengakibatkan hujan abu yang meliputi sampai ke pusat kota Yogyakarta, masyarakat menjadi lega setelah turun hujan yang perlahan-lahan membersihkan abu yang tersebar dimana-mana yang membuat kita terpaksa mengenakan masker untuk bernafas.

Pada bagian bawah desain terdapat zebra cross yang membentang memotong badan jalan. Jumlah garis berwarna putih yang membentuk zebra cross ini berjumlah 10 buah dimana angka 10 dapat dimaknai kesempurnaan. Dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam sistem penilaian di kehidupan sehari-hari, angka 10 dalam skala 1-10 adalah angka tertinggi, sebagai simbol nilai sempurna. Dalam sistem binary, angka 10 berarti genap, atau bernilai 2. Dilihat dari sisi keagamaan banyak juga yang menggunakan angka sepuluh seperti dalam bulan Ramadan terbagi dalam 10 hari pertama, tengah dan akhir yang berdasarkan hadis yang diriwayatkan Ibnu Huzaimah dari Salman al Farisi, 10 hari terakhir bulan Ramadan itu bermakna itqun minannar (kebebasan dari api neraka). Lalu dalam agama Buddha kerap disebut adanya 10 belenggu batin untuk mencapai pencerahan. Jadi angka jumlah garis putih dalam zebra cross bisa berarti pencerahan dan kebahagiaan yang sempurna bagi orang-orang yang berkunjung atau berlibur ke Yogyakarta, karena Yogyakarta menawarkan berbagai jenis wisata baik wisata alam, wisata budaya, wisata belanja dan lain sebagainya.

Belum genap rasanya bila kita tidak pernah berkunjung dan berlibur ke Yogyakarta, hal ini disampaikan Bambang selain dari jumlah garis pada zebra cross, juga melalui visualisasi jalan dan padang rumput yang simetris antara sisi kiri dan kanan bidang desain.

Bila kita amati warna hitam pada badan jalan membentuk semacam siluet rumah beratap segitiga. Bentuk rumah ini bisa diartikan kenyamanan dan relaksasi bila orang berlibur atau berkunjung ke Yogyakarta. Warna hitam bermakna misteri dan keanggunan, kombinasi yang ditawarkan Yogyakarta melalui berbagai macam wisata budayanya.

Teks “YOGYAKARTA” menjadi headline desain ini dan dibawahnya teks “aman dikunjungi” menjadi subheadline yang berarti Yogyakarta sudah bisa dikunjungi lagi dan orang-orang tidak perlu khawatir akan akibat dari bencana alam Merapi. Hal ini dipertegas dengan penggunaan tekstur rumput berwarna hijau pada keseluruhan tubuh teks yang melambangkan pertumbuhan, kesegaran serta harapan. Di sekitar teks juga terdapat kilatan cahaya yang berasal dari bintang yang mengelilingi teks ini. Bintang ini meninggalkan jejak cahaya berwarna-warni yang bermakna bahwa DIY masih menawarkan keceriaan yang dapat mewarnai jiwa pengunjungnya dengan keanekaragaman wisata yang ada dalam bentuk kenangan yang indah dan tak terlupakan.

Pada bagian bawah desain terdapat logo ISI Yogyakarta, kampus dimana sang desainer sedang menimba ilmu. Logo ini diletakkan ditengah-tengah sebelah bawah sejajar dengan foto Tugu Yogyakarta secara vertikal. Bisa diartikan bahwa kampus ISI Yogyakarta secara intelektual berkewajiban juga membangun motivasi masyarakat di luar Yogyakarta untuk tidak takut berkunjung ke Yogyakarta. Bahwa Yogyakarta sudah aman dan sudah kembali menjadi salah satu tujuan wisata yang layak dituju.

Kesimpulan
Desain Bambang cukup menarik dan sudah sesuai dengan tema yang diangkat yaitu Yogyakarta aman dikunjungi. Penggunaan foto Tugu Yogyakarta dalam desain ini dikomposisikan terlalu kecil dengan background langit biru berawan puth yang hampir sama warnanya dengan warna putih Tugu Yogyakarta sehingga membuat foto Tugu Yogyakarta tidak begitu jelas dari kejauhan. Akan lebih baik bila background Tugu Yogyakarta cukup langit biru saja tanpa awan sehingga gambar Tugu ini akan menonjol dan dapat dikenali dengan mudah.

Penggunaan foto langit yang berawan terlalu mengepul juga sedikit mengurangi kesan positif yang ingin diangkat. Visualisasi ini sebaiknya diganti dengan langit cerah dengan awan lembut yang sedikit berarak saja pada bagian atas desain menjadi background teks untuk menjaga kedinamisan desain tanpa mengganggu foto Tugu Yogyakarta yang terletak di tengah-tengah agar dapat menjadi point of interest.

Daftar Pustaka

Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Andi, Jakarta

Anggit Yuniar Pradito (101 2085 024); designer
Ahmad Adrifin (091 1946 024); kritikus

Deskripsi

Umum

  • Jenis iklan social.
  • Jenis media poster.
  • Format vertical.
  • Teknik fotografi dan computer grafis.
  • Tema: Jogja sudah aman dari bencana merapi.
  • Ukuran 210 x 297 mm (2480 x 3508 pixel).

Pesan
Menggunakan bahasa Indonesia yang biasa digunakan sehari-hari atau tidak menggunakan bahasa formal.
Headline: Jogja sudah aman lho
Bodycopy: Merapi sudah tersenyum kembali. Jogjakarta kembali nyaman dan aman untuk dikunjungi. Nikmati kembali sungguhan wisata khas Jogja, wisata alam, wisata belanja, wisata sejarah, atau wisata budaya yang saying bila terlewatkan.
Closing: Ayo kembali ke Jogja…

Tipografi

  • Tipografi yang digunakan dalam iklan ini adalah sans serif baik dalam headline maupun body copy.
  • Alignment menggunakan rata kiri.
  • Headline dibuat lebih besar daripada body copy.

Ilustrasi/gambar

  • Foto lampu merah (traffic light) beserta tiangnya yang khas Yogyakarta (jogja). Seperti lampu-merah bias, terdapat tiga (3) lampu yaitu; merah, kuning dan hijau. Hanya lampu warna hijau yang menyala. Terlihat tiga (3) garis vertical berwarna kuning dalam foto tiang lampu merah tesebut. Terlihat jugaua titik berwarna putih, satu n(1) ornament melingkar berwarna merah dihimpit dua (2) ornament melingkar berwarna kuning di bagian atas dan bawahnya, satu ornament melingkar berwarna kuning penuh. Di ujung tiang terdapat ornament berbentuk bunga dengan bunga warna putih dan kelopak warna hijau. Terdapat persegi panjang horisontal dengan warna kuning yang membatasi antara lampu yang satu dengan lampu yang lain.
  • Ikon fase gunung berapi tenang, sedikit ber-aktivitas dan sedang meletus. Ikon fase gunung merapi tenang ditempatkan pada lampu warna hijau, ikon gunung berapi yang sedikit ber-aktivitas di tempatkan pada lampu warna kuning dan ikon gunung berapi yang sedang meletus di tempatkan pada lampu warna merah.
  • Background terdapat foto Keraton Yogyakarta dari tampak depan yang dibuat blur. Ilustrasi background yang lain adalah langit dengan warna biru beserta awan-nya.
  • Di bagian bawah terdapat empat (4) logo sponsor antara lain: whytmonkz, Studio diskom ISI, Pemkot Yogyakarta dan logo ISI Yogyakarta dengan aligment rata tengah (centre).

Warna

  • Background
    Dalam poster iklan layanan masyarakat ini warna background dominan berwarna biru langit dengan angka ataraC:46 M:18 Y:5 K:0 sampai C:24 M:4 Y:6 K:0.
  • Objek gambar
    Objek dalam gambar ini adalah lampu-merah beserta tiangnya yang dominan warna hijau tua dan kuning. Hijau tua C:79 M:42 Y:68 K:30, warna kuning C:10 M:15 Y:82 K:0 dan ada juga sedikit warna merah C:21 M 81 Y:69 K:9
  • Tipografi
    Disini ada dua (2) warna untuk tipografi antara lain orange dan hitam. Orange C:0 M:57 Y:100 k:0 dan hitam C:83 M:68 Y:62 K:76.

Layout
Dalam iklan ini menggunakan layout sederhana dengan format vertical, penggunaan white space lebih banyak, asimetris, alur baca yang sistematis namun tetap dinamis, dari kiri atas menuju ke arah kanan bawah dari arah pembaca.

Analisis

Pesan
Tujuan dari poster iklan ini adalah menarik pengunjung wisata untuk datang ke Jogja. Dimana wisata adalah suatu kegiatan liburan, bersenang-senang serta sejenak keluar dari rutinitas dan kesibukan kerja, maka dalam iklan ini pesan menggunakan bahasa Indonesia yang biasa digunakan sehari-hari anmun tetap sopan hal bertujuan agar lebih komunikatif dan lebih bersahabat dengan audience yang dituju. Bahasa yang digunakan juga dapat mewakili masyarakat Jogja yang senantiasa bersahabat, ramah dan sopan.

Headline “Jogja sudah aman lho” adalah sebuah informasi bahwa Jogja sudah aman selanjutnya diperjelas dengan body copy “Merapi sudah tersenyum kembali. Jogjakarta kembali nyaman dan aman untuk dikunjungi. Nikmati kembali sungguhan wisata khas Jogja, wisata alam, wisata belanja, wisata sejarah, atau wisata budaya yang saying bila terlewatkan” untuk lebih meyakinkan audience selanjutnya ditutup dengan kata ajakan “Ayo kembali ke Jogja…” untuk mengajak wisatawan mengunjungi Jogja kembali.Dalam pesan tersebut di jelaskan bahwa jogja sudan aman, nyaman serta terdapat berbagai bentuk wisata yang layak untuk dikunjungi.

Ilustrasi
Ilustrasi menggunakan teknik fotografi dengan proses menggunakan software komputer grafis. Dilihat dari desainnya, gaya desain yang digunakan adalah modernism dimana semua unsure visual mempunyai fungsi dalam pemaknaan. Ilustrasi yang berupa lampu-merah (traffic light) dengan tiang khas Jogja dalam iklan ini dapat mewakili daerah Yoyakarta sebagai onjek iklan ini. Bentuk-bentuk ornament seperti ornament kuncup bunga yang terdapat di ujung tiang merupakan ornament khas dari kebudayaan Yogyakarta yang mempunyai makna suci.

Ikon gunung berapi dari fase normal sampai meletus menjadi poin utama dalam iklan ini, dimana gambar tersebutlah yang berbicara kepada audience/pelihat sebelum dijelaskan lebih lanjut oleh headline. Penempatan ikon gunung berapi fase normal pada lampu warna hijau bermakna aman lebih jauh bermakna bersahabat sehingga aman untuk dikunjungi. Penempatan ikon gunung berapi yang sedikit berkativitas pada lampu warna kuning dapat diartikan perhatian, disini perhatian dapat bermakna hati-hati, waspada dan berpotensi bahaya. Penempatan ikon gunung berapi yang meletus pada lampu warna merah berarti larangan yang dijelaskan lebih jauh seuatu keadaan bahaya dan tidak boleh untuk dikunjugi.

Dalam gambar tersebut hanya warna hijau yang menyala yang dapat member makna aman serta ditegaskan dengan ikon gung berapi dengan fase normal, maka dapat di maknai sesuatu yang aman. Hal tersebut juga dijelaskan lebih lajut dengan headline yang berbunyi “Jogja sudah aman lho”, sehingga dapat memberi pengertian bahwa objek dalam hal ini Yogkyakarta atau Jogja sudah benar-banar aman dari bencana Merapi dan aman untuk dikunjungi.

Background dengan foto bangunan kraton yang di blur ditujukan untuk menegaskan bahwa objek yang di iklankan adalah Yogjakarta, hal tersebut juga ditujukan untuk membantu kesan lkhas yang sudah dimunculkan pada tiang lampu-merah dengan ornament khas jogja. Gambar ini dibuat blur agar objek utama yang berupa lampu-merah (traffic light) menjadi centre of interest. Bagian yang lain dari background adalah lagit yang biru dengan awan ditujukan untuk member kesan nyaman, damai dan indah, sehingga pengunjung yakin bahwa Jogja sudah aman dan nyaman untuk dikunjungi.

Penempatan logo sponsor iklan whytmonkz, Studio diskom ISI, Pemkot Yogyakarta dan logo ISI Yogyakarta di bagian bawah dengan background persegi panjang horizontal warna putih dari sisi ke sisi dapat memberikan keterbacaan yang lebih baik serta logo dapat terlihat lebih jelas. Penataan logo sponsor dibuat rata tengan mempunyai tujuan formal dan bias juhga ingin member pesan bahwa iklan ini tidak main-main, poster iklan ini serius dan jogja memang sudah benar-benar aman untuk dikunjungi.

Tipografi
Tipografi yang digunakan adalah sans serif dengan type Calibri untuk headline dan Arial untuk bodycopy. Penggunaan sans serif adalah karena tingkat keterbacaannya tinggi, sederhana dan member kesan modern, dimana kesan tersebut erat hubungannya dengan kesan Jogja yang sederhana namun kesan modern. Headline dibuat jauh lebih besar daripada body copy, hal ini bertujuan supaya audience membaca headline terlebih dahulu kemudian membaca keterangan yang lebih jelas pada bodi copy. Aligment dalam penulisan headline maupun body copy dibuat rata kiri adalah untuk menyesuaikan alur baca audience yaitu dari kiri ke kanan. Aligment tersebut juga untuk menyesuaikan dengan ilustrasi yang berada di bagian kiri tulisan.

Warna
Poster ini cenderung menggunakan white space, jadi warna yang dominan adalah warna background yaitu warna biru langit. Makna dari warna biru langit adalah kedamaian, ketenangan, kenyamanan dan rasa aman. Dari makna tersebut maka terjadi harmonisasi dengan tujuan poster, yang menyakinkan audience tentang rasa aman dan nyamannya jogja sudah kembali. Dan warna yang ada dalam tiang lampu-merah dimana sebagai ilustrasi pokok adalah warna putih, merah, kuning dan hijau tua. Warna putih di sini mempunyai makna kesucian, sedangkan warna kuning dan merah dapat mempunyai makna semangat, ada juga warna hijau tua yang bisa juga diartikan sebagai lambang kesuburan. Warna tersebut dapat mencerminkan masyarakat Jogja yang baik dan semangat serta di dukung oleh keadaan alam yang subur. Dalam tipografi, headline menggunakan warna orange yang mempunyai makna semangat, serta bias mnjadi sebuah tanda ajakan dan member semangat agar wisatawan kembali berkunjung ke Jogja. warna hitam pada body copy bertujuan untuk mudah dalam keterbacaan.

Layout
Layout sederhana dan format vertikal adalah untuk menjelaskan tentang kesederhanaan Jogja namun memiliki nilai budaya yang tinggi. Penggunaan white space dan alur baca dari kiri ke kanan bertujuan agar audience dapat mudah memahami isi pesan yang akan disampaikan melalui media poster tersebut sedangkan alur baca digunakan agar sesuai dengan alur baca audience yang cenderung dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah.

Evaluasi
Kesesuaian antara pesan visual yang berupa ilustrasi dengan pesan verbal yang berupa tipografi sudah tepat, keduanya mempunyai korelasi yang saling berhubungan atara yang atu dengan yang lainnya. Secara keseluruhan poster iklan social dengan tema “Jogja sudah aman dari bencana Merapi” sudah sangat baik. Namun ada beberapa yang perlu di koreksi seperti warna dalam headline yang berwarna orange, makna warna orange lebih cenderung pada peringatan dan perhatian, jadi dirasa kurang relevan ketika digunakan untuk member informasi tentang “aman”, hal ini sama seperti terminology menulis tulisan “Hijau dengan warna Merah (HIJAU)”. Hal lain yang perlu di koreksi adalah background logo sponsor berupa pergi panjang dengan warna putih, dirasa merusak kesatuan (unity) dalam poster tersebut.

Saran
Akan lebih tepat apabila warna dalam headline yang sebelumnya warna orange diganti dengan warna yang mempunyai makna selaras dengan tujuan poster, yaitu warna-warna dingin dan mempunyai makna psikologi aman, nyaman, damai, segar dan subur seperti warna biru atau hijau. Penggunaan persegi panjang berwarna putih solid pada background logo sponsor dapat dihindari dengan menggunakan warna transparent atau menghilangkannya, sehingga logo sponsor menjadi satu kesatuan dengan poster.

Poster desain: Nyoman Teja Sukmana - 0911951024
Poster analisis: Restu Ismoyo Aji -091955024

Keterangan Media
Jenis media: Iklan pariwisata.
Sistem warna: 4 warna (CMYK).
Format pemasangan: Vertikal
Ukuran: Setara A4, panjang 21 cm x lebar 29,7 cm.
Karya: Nyoman Teja Sukmana

Pesan Visual
Layout: Asimetris
Ilustrasi: Ilustrasi utama berupa becak dengan dua penumpang, satu lelaki dewasa berbangklon satu lagi seorang anak memakai topi, becak ini dikayuh oleh seorang lelaki bercaping. Sejumlah tas tertata di moncong depan becak (di bagian penopang kaki penumpang becak). Ilustasi pendukung berupa lampu khas Malioboro di bagian belakang pengayuh becak, gambar tugu Jogja dan gunung Merapi yang berbentuk siluet. Sejumlah awan putih dan transparan yang mengambang tak beraturan, serta gambar matahari bertekstur polkadot putih, bersembunyi di balik gunung Merapi.
Teknik penggarapan: Gabungan teknik hand drawing dan pewarnaan dengan software Adobe Illustrator dan Adobe Photoshop.
Background: Tekstur coklat terang keputihan dan coklat gelap dipadu bintik-bintik hitam diseputar ke empat sudut layaknya kertas kuno yang buram.
Foreground: Foreground terdapat pada bagian samping kanan dan kiri becak, berupa ulir dan lengkungan berbentuk seperti tanaman bunga rambat, Warnanya krem terang dan sejumlah warna seperti biru muda, ungu, pink, oranye, dan hijau.

Pesan Verbal
Headline: Pesona Jogja (font dekoratif: jenis Motter Farm, Pesona : ukuran 54 point, Jogja: ukuran 118 point).
Sub headline: Z Z Z Z Z Z Z (tingkat transparan berbeda, jenis Arial, dengan ukuran bervariasi antara 7-60 point)
Body copy: Setelah mengalami keterpurukan, pesona keindahan pariwisata jogja telah kembali. Yogyakarta aman untuk dikunjungi (Arial, ukuran 14 point).

Analisis
Layout asimetris yang ditampilkan lewat poster full color menunjukkan kedinamisan warga Yogyakarta dalam keseharian.

Ilustrasi yang dipilih amat mewakili Yogyakarta sebagai kawasan wisata dan budaya. Becak sebagai objek utama dalam poster, mewakili kota Yogyakarta dan jalan Malioboto, jalan dimana kendaraan bertenaga manusia ini mudah ditemui. Tugu pal putih Yogyakarta dalam wujud siluet adalah landmark kota ini yang khas dan tidak ada pembandingnya di seluruh Indonesia. Sementara gunung di sebelah atas adalah perwakilan dari gunung Merapi, gunung yang sempat membuat pariwisata Yogyakarta lesu. Pemilihan ini sebetulnya mengikuti garis imajiner yang menghubungkan Merapi, Keraton, dan laut selatan.

Dua penumpang becak nampaknya adalah ayah dan anak wisatawan manca negara bila dilihat dari ukuran hidung dan warna kulit mereka yang lebih cerah dibandingkan pengayuh becak, meskipun warna rambut mereka hitam. Iklan ini dapat saja diterjemahkan sebagai bentuk ajakan: “orang asing saja sudah berani datang ke Yogyakarta, masa orang Indonesia sendiri tidak berani?”. Pria dewasa penumpang becak memakai hem dan blangkon warna coklat menunjukkan apresiasi terhadap ciri khas budaya Yogyakarta.

Dilihat dari ekspresi wajah kedua penumpang dengan mulut menganga serta bahasa tubuh mereka yang condong ke depan, mereka tampak antusias dan terpesona dengan “Pesona Jogja”. Mereka tampak kagum dengan kota Yogyakarta yang penuh warna lewat bagian foreground dan dua objek siluet tugu serta gunung Merapi. Kamera video yang dipegang pria merujuk pada penerimaan Yogyakarta terhadap modernitas di tengah suasana tradisional. Keindahan dan objek wisata lainnya tersemai lewat foreground bergaya Art Nouveau di bagian samping kanan kiri dari becak.
Lampu di sisi kanan pengayuh becak adalah lampu khas Malioboro Yogyakarta. Lampu ini tidak terdapat di tempat lain di Indonesia. sayangnya kehadirannya malah sedikit mengganggu objek utama, sebab terkesan seolah lampu tersebut menjadi bagian dari becak atau seperti ‘ekor’ dari pengayuh becak.

Pandangan si penumpang pria dan arah lensa kamera video yang digenggamnya jika ditelusur akan tepat berhadapan dengan bagian bawah tugu Yogyakarta yang melayang di atas awan. Mengenai siluet warna coklat yang merupakan warna warisan tradisional pada gambar tugu dan gunung Merapi, selain memang berkepentingan estetis demi menghindari potensi timbulnya overcrowded dan hilangnya fokus bila kedua objek ditampilkan dengan warna sebenarnya. Siluet mampu memicu rasa penasaran, sebab siluet akan membuat sosok yang disembunyikan semakin misterius.
Awan di bagian bawah tugu dan Merapi mengesankan bahwa kedua objek melayang di awang-awang. Hal ini bukan berarti mereka sulit dicapai tapi dimaksudkan sebagai gambaran bahwa Yogyakarta bagaikan negeri impian yang indah dan nyaman untuk berwisata menghabiskan liburan dimana warisan budaya begitu dihormati.

Sementara matahari yang bersembunyi di balik gunung menyembulkan harapan baru menyembuhkan luka dari Merapi. Ia berada di sisi barat gunung menandakan amukan Merapi telah berakhir. Warna oranye matahari menunjukkan sinarnya yang hangat dan damai. Kelima lidah matahari menandakan harapan tersebut diberikan kepada 4 kabupaten dan 1 kotamadya di propinsi Yogyakarta. Pola lingkaran (polkadot) pada matahari adalah gerak kompak tanpa henti untuk memperbaiki kualitas kehidupan warga di lereng merapi.

Background warna coklat muda bertekstur yang mirip rupa kertas kuno mengesankan sesuatu yang klasik dan berharga. Maknanya adalah Yogyakarta kaya akan peninggalan warisan budaya benda maupun tak benda yang telah ada sejak lama, seperti yang tampak dalam ilustrasi di atas. Dapat pula background dikaitkan dengan kata “keterpurukan” yang terdapat dalam body copy, background yang kusam berarti keterpurukan Yogyakarta yang kemudian di ganti dengan kebahagiaan penuh utama dalam objek utama dan foreground. Namun sayangnya dapat pula bermakna kerapuhan atau sesuatu yang kusam dan kurang terawat.

Pemilihan font dekoratif untuk headline “Pesona Jogja” yang terletak pada separuh bawah bidang poster amat sesuai dan menyatu dengan foreground dan awan yang amat bergaya art nouveau. Sedangkan tiga awan transparan di sekitar headline menyibak misteri Jogja yang sempat dilanda kesenduan bencana. Warna gradasi biru pada kata “Pesona” berarti hadirnya kedamaian dan harapan yang cerah, sedangkan warna hijau pada kata “Jogja” dan outlinenya mempunyai arti kesuburan dan keindahan yang dibawa oleh Merapi untuk wilayah Yogyakarta, selain karena warna hijau adalah warna khas Keraton Yogyakarta. Kata “Jogja” terasa lebih akrab dan lazim digunakan daripada Yogyakarta.

Sub headline yang hanya “ZZZZZZZ” yang keluar dari mulut Merapi mampu mengejutkan memberi makna bahwa saat ini Merapi telah memasuki proses istirahat atau fase aktif normal dan memberi informasi bahwa Yogyakarta aman dikunjungi.

Bagian body copy diawali garis putus-putus yang bermakna jalinan peristiwa memilukan yang terjadi akhir 2010 lalu sekaligus pembatas dari duka akibat Merapi. Sayang terdapat ketidak konsistenan pada penyebutan kata “Jogja” yang berubah menjadi “Yogyakarta” dalam body copy. Karena walau bagaimana kata “Jogja” sudah cukup dapat diidentifikasi sebagai Yogyakarta, seperti yang muncul dalam headline.

Kesimpulan
Poster ini cukup sederhana dengan minim berkata namun banyak bercerita melalui gambar-gambarnya. Kata-katanya boleh jadi minim, namun dalam keminimalisannya, poster ini hendak menyingkapkan sesuatu. Berikut adalah hasil evaluasi poster berdasar tiga variabel.

Ide: ****
Komunikasi: ***
Craftmanship: *****
Nilai tertinggi: 5*

Saran yang bisa diberikan adalah dengan menggantikan anak kecil dengan sosok wanita dewasa, sebagai pasangan si pria dewasa. Kehadiran wanita dewasa akan mengimbangi sekaligus membuat ajakan datang ke Yogyakarta jadi lebih masuk akal.

Kesan kesedihan juga masih terbayang dari background yang coklat dan temaram ini. Ada baiknya background digantikan oleh warna cerah dengan variasi gradatif seperti oranye atau hijau muda dengan tujuan memfokuskan pada becak yang menjadi objek utama

Ketidak konsistenan penulisan kata Jogja yang berubah jadi Yogyakarta pada akhir kalimat body copy juga dapat menjadi masalah. Selain itu kata “jogja” menggunakan huruf lowercase, padahal kata jogja merujuk pada nama tempat. Penggunaan istilah “Jogja” yang konsisten dirasa perlu demi meningkatkan rasa hormat terhadap karya.

Nama: Riski dan Nanang

Deskripsi

Deskripsi Poster “ JOGJAKU NYAMAN LAGI ” Karya: Nanag Heryanto.

Poster ini berukuran letter memiliki panjang 27,94cm, lebar 21,59cm format JPEG Image full – colur. Poster ini terdiri dari tiga bagian yaitu tipografi, ilustrasi, dan warna.

Tipografi
Bagian pertama terdapat sebuah teks bertuliskan “ JOGJAKU” dengan tipe huruf Serif, Arnold Boed,berwarna hijau muda. Teks ini berukuran 75 poin, teks ini diletakan sekitar 5cm dari tepi atas, 2,5cm dari tepi kiri, 7,5cm dari sebelah kanan poster ini. Teks tersebut memiliki outline kuning tua dan bidang shadow hitam pada bagian belakang teks itu, shadow tersebut diletakan secara serong keatas kanan dengan sudut kemiringan sekitar 45 derajat.

Bagian kedua berupa teks bertuliskan “Nyaman Lagi” dengan tipe huruf Serif, Arnold Boed, berwarna moon green. Teks ini berukuran 60 poin, teks ini diletakan sekitar 12cm dari tepi atas poster, 7cm dari tepi kiri, 1cm dari tepi kanan poster ini. Teks tersebut memiliki outline kuning dan bidang shadow hitam pada bagian belakang teks itu, shadow tersebut diletakan secara menyerong keatas kanan dengan sudut kemiringan sekitar 35 derajat.

Bagian ketiga berupa teks bertuliskan “Jogja mulai tersenyum seiring embun pagi yang kian sirna diterpa sinar sang mentari, Hilang s’gala ketidak mampuan musnahlah s’gala kesengsaraan bangkitlah dengan kebijaksanaan dalam menghadapi rintangan” dengan tipe huruf Sans Serif, monotype corsiva, berwarna hitam, dengan pengatura teks align right pada tulisan “Jogja mulai tersenyum seiring embun pagi yang kian sirna”, pengaturan teks center pada tulisan “Hilang s’gala ketidak mampuan musnahlah s’gala kesengsaraan”, dan pengaturan teks align right pada tulisan “bangkitlah kebijaksanaan dalam menghadapi rintangan”. Teks ini berukuran 26 poin, teks ini diletakan sekitar 18cm dari tepi atas, 10cm dari tepi kiri, 4,5 dari tepi kanan poster.

Bagian keempat teks bertuliskan “Nanang Heriyanto 081 1769 024 DKV NR B” dengan tipe huruf Sans Serif, Arial, berwarna hitam dengan pengaturan teks center. teks ini berukuran 20poin, teks ini terletak sekitar 16cm dari tepi kiri, 1,5cm dari tepi kanan, 1cm dari awah poster.

Ilustrasi
Ilustrasi yang pertama terdapat visual karakter pria berpakaian gatot kaca terletak di huruf G pada teks “JOGJAKU”. Karakter ini memakai topi hitam dengan garis coklat, berbaju kuning, becelana abu – abu, berikat pinggan jingga, berkumis hitam, berambut hitam, dan memiliki aksesoris di punggungnya berbentuk elips dengan ujung runcing berwarna coklat. Visual ini melihat kebawah dengan tangan kiri didagu, tangan kanan kebawah , berkaki dua memakai gelang kaki berwarna coklat, kaki kiri kearah bawah, dan kaki kanan kearah atas.

Ilustrasi yang kedua terdapat visual berbentuk awan memiliki 7 garis lengkung, berwarna abu – abu, beroutline putih, berukuran panjang 4,5cm, dan lebar 3,5cm. Visual awan ini terletak sekitar 14cm dari tepi kiri, 0,5cm dari tepi atas, tepi kanan mepet dengan tepi poster. Bagian ujung pada visual awan ini berada di belakang ujung huruf U pada teks “JOGJAKU”.

Ilustrasi yang ketiga terdapat visual berbentuk awan memiliki 7 garis lengkung berwarna abu – abu, beroutline putih, berukuran panjang 3cm, dan lebar 1cm. Visual awan ini terletak sekitar 13cm dari tepi kanan, 6cm dari tepi atas, tepi kiri mepet dengan tepi poster. Bagian atas awan berada di belakang huruf J pada teks “JOGJAKU”.

Ilustrasi yang keempat terdapat visual berbentuk karater gunung yang dideformasi, memiliki mata berbentuk persegi pajang dengan bola mata berbentuk setengah lingkaran menghadap ke kanan, memiliki mulut yang sedang tersenyum, berwarna coklat, ada awan diatasnya dengan 7 lengkungan, dan awan dibawahnya dengan 8 lengkungan. Ukuran visual gunung tersebut memiliki panajng sekitar 16cm, dan lebar 8cm, ilustrasi gunung tersebut memiliki outline berwarna walnut.

Ilustrasi yang kelima terdapat visual berbentuk karakter tugu yang dideformasi mimiliki mata berbentuk persegi panjang dengan bola mata setengah lingkaran menghadap ke kanan, memiliki mulut yang sedang tersenyum berwarna merah. Visual tugu ini dibagi menjadi enam bagian untuk pewarnaan hijau dan kuning yaitu, bagian pertama ujung tugu berbentuk lonjong berwarna hijau, bagian kedua berwarna kuning, bagian ketiga memiliki 4 ornament berwarna hijau, bagian keempat yang memilki mata dan mulut berwarna kuning, bagian kelima berwarna hijau, bagian keenam berbentuk persegi yang ditumpuk menjadi tiga berwarna kuning. Ukuran visual karakter tugu tersebut memiliki panjang sekitar 12cm , lebar 7cm dengan penempatan serong ke kiri dengan sudut kemiringan sekitar 35 derajat. Ilustrasi tugu ini memiliki outline berwarna abu – abu.

Ilustrasi yang keenam terdapat visual karakter pria berpakaian gatot kaca yang sedang berdiri menghadap kesebelah kiri dengan tangan mententeng disebelah pingang. Karakter ini memakai topi hitam dengan garis coklat, berbaju kuning, becelana abu – abu, berikat pinggan jingga, berkumis hitam, berambut hitam, dan memiliki aksesoris di punggungnya berbentuk elips dengan ujung runcing berwarna coklat.

Visual yang keenam terdapat lambang Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat berwarna kuning dan merah pada lambangnya, memiliki background berbentuk persegi dengan warna putih
Visual yang ketujuh terdapat logo Mtv memiliki tipe huruf Sans Serif, Arial memiliki background semprotan cat berwarna ungu.

Background
Background yang dipakai dalam poster ini merupakan gradasi warna bertekstur semu. Pada bagian atas berwarna coklat menuju ke warna coklat pucat kembali ke coklat lagi dan yang paling bawah kembali coklat pucat.

Analisis

Interprestasi

Tipografi
Tipe huruf yang dipakai untuk headline “JOGJAKU NYAMAN LAGI” adalah tipe Arnold Boed, yang berasal dari keluarga Serif. Pemakaian tipe huruf ini pada poster dapat diartikan untuk menampilkan kesan berbentuk aksara jawa yang memiliki lengkungan – lengkungan pada tipe hurufnya.

Tipe huruf yang dipakai untuk bodycopy “Jogja mulai tersenyum seiring embun pagi yang kian sirna diterpa sinar sang mentari, Hilang s’gala ketidak mampuan musnahlah s’gala kesengsaraan bangkitlah dengan kebijaksanaan dalam menghadapi rintangan” dengan tipe huruf Sans Serif, monotype corsiva

Pemakaian tipe huruf ini pada poster dapat diartikan untuk menampilkan kesan berbentuk tulisan tangan yang ditulis dengan tulisan latin.

Penempatan teks “Nanang Heryanto 081 1769 024” pada bagian kanan bawah poster mengartikan bahwa itu karya Nanang Heryanto.

Warna
Ada 7 jenis warna yang dipakai dalam poster ini yaitu Kuning, Merah, Coklat, Abu – abu, Hitam, Putih, dan Hijau.
Pertama kita lihat arti warna itu sendiri.
Warna Kuning memiliki karakter terang, gembira, ramah dan cerah.
Warna Merah memiliki karakter berani, menyukai tantangan.
Warna Hijau memiliki karakter pengharapan, sejuk.
Warna Hitam memiliki karakter kebodohan, keputusasaan, dan ketegasan.
Warna Putih, memiliki karakter positif, sopan, tegas dan cerah.
Warna Coklat memiliki karakter tradisional, klasik, dan alami.
Warna Abu – abu memiliki karakter keabadian, seram.

Analisis pemakaian warna
Warna Abu – abu pada visual awan berarti abadi, seram, ingin menunjukan visual awan Abu – abu ini sebagai awan mendung yang seram.

Warna coklat pada background poster, karakter gunung merapi, dan baju gatot kaca berarti tradisional, alami, ingin menunjukan background poster, karakter gunung, dan baju gatot kaca sebagai warna tradisional seperti warna batik.

Warna kuning dan hijau pada headline “JOGJAKU NYAMAN LAGI” dan karakter tugu berarti sejuk, pengharapan, terang, gembira, ramah, dan cerah, ingin menunjukan suatu harapan yang menuju masa depan yang cerah, bisa juga menunjukan warnanya kota jogja yaitu gradasi hijau menuju kuning.

Ilustrasi
Ilustrasi pertama adalah karakter pria berpakaian gatotkaca yang penempatan berada diatas headline “JOGJAKU NYAMAN LAGI”, dan sedang menghadap kebawah dengan tangan kiri memegang dagu. Karakter gatotkaca ini mengesankan sedang terbang dan ragu – ragu untuk turun karena melihat sesuatu yang mencurigakan, karena menunjukan raut wajah yang ragu – ragu.

Visual yang kedua adalah awan berbentuk mega mendung yang memiliki tujuh lengkungan kedalam, berwarna abu – abu dibagian sebelah kiri pojok poster, dan kanan pojok poster. Visual awan berbentuk “mega mendung” ini terkesan mengahindari headline “JOGJAKU NYAMAN LAGI” bisa juga diartikan awan mendung yang gelap dan seram ini telah pergi agar kota Jojga Nyaman lagi seperti sloganya.

Visual yang ketiga adalah karakter gunung merapi dan tugu yang dideformasi memilki mata dan mulut. Kedua karakter ini terkesan saling berdekatan dan pandang memandang , kedua karakter ini menunjukan saling akur kembali, jarang bertemu, dan bisa juga layaknya orang pacaran.

Visual yang keempat adalah karakter gatotkaca yang sedang melihat kesamping kiri tepatnya kearah karakter gunung merapi dan karakter tugu. Karakter ini terkesan senang melihat karakter gunung merapi dan tugu kembali akur.

Visual yang kelima adalah logo Keraton Ngayogyakarta Hadinigrat logo ini ditampilkan pada bagian kiri bawah poster sebagai sposor. Logo ini menampilkan kesan, Keraton Ngayogyakarta ikut mendukung pembuatan poster ini.

Visual yang kelima adalah logo Mtv, Mtv adalah singkatan dari Music Television, logo ini ditampilkan pada bagian kiri bawah poster sebagai sponsor. Logo ini menampilkan, Mtv ikut mendukung pembuatan poster ini.

Evaluasi

Penempatan gatot kaca pada headline “JOGJAKU NYAMAN LAGI” sedikit mengganggu. Shadow di headline ini serong kekanan atas tidak menyatu dengan headline terkesan tidak rapi.
Bodycopy sedikit mengganggu ilustrasi karakter tugu terkesan menutupi wajah karakter tugu.
Ilustrasi karakter gunung Merapi dan tugu yang dideformasi ini belum sempurna, karena tidak memiliki tangan untuk berpelukan.

Kesimpulan
Saya telah melakukan pengamatan, deskripsi, dan analisis tentang poster “JOGJAKU NYAMAN LAGI” Karya Nanang Heryanto. Berikut ini saya menyimpulkan beberapa poin dari paparan diatas :
1. Dari segi estetis poster ini sudah estetis.
2. Dari segi kejelasan poster ini cukup jelas.

Kemudian supaya poster tersebut bisa lebih komunikatif , berikut ini saya akan menjelaskan mengenai hal – hal yang bisa untuk memperaikinya.
- Karakter gatotkaca yang berada bersama headline “JOGJAKU NYAMAN LAGI” sebaiknya dipisah atau dihilangkan, agar keterbacaan lebih jelas.
- Bodycopy yang menutupi ilustrasi karakter tugu sebaiknya dipisah menjadi satu – satu, ilustrasi sendiri, bodycopy sendiri, agar tidak mengganggu satu sama lain.
- Ilustrasi gunung dan tugu menunjukan sikap yang sedang berpelukan dan akur, tetapi kurang komunikatif sebaiknya diberi tangan agar lebih komunikatif.

Galang Rais 081 1789 024
Ryan Ady 081 1733 024

A. Melihat

Karya poster bertemakan “ Jogja Aman Dikunjungi” karya Galang Rais

B. Mengamati

Elemen elemen yang ada pada poster di atas adalah Background poster tersebut yaitu langit yang berwarna biru dan awan putih, Sign board jalan berwarna hijau dan dua besi penyangga berwarna hitam. Sign tersebut menunjukan tempat-tempat pariwisata di Yogyakarta ( Malioboro, parangtritis, kaliurang, keraton, gembiraloka) yang di beri kotak berwarna putih lebih kecil dari ukuran kotak signboard yang berwarna hijau, di samping tulisan tempat pariwisata tersebut terdapat tanda panah ke atas yang berwarna putih.Bis pariwisata yang berwarna dominan hijau, putih dan bagian kaca belakang terdapat tulisan Jogja Aman Dikunjungi dan tulisan Sumber Kencono pada badan bagian belakang bis.

C. Deskripsi

Berikut adalah deskripsi dari hal hal yang sudah saya amati di dalam poster di atas :
Poster ini tersebut berukuran A4, dengan background dominan warna biru ( C: 40,M: 0,Y: 0, K: 0) dan terdapat bentuk awan yang bergumpal gumpal diatas berwarna putih ( C: 0,M: 0,Y: 0, K: 0 ) . Sign Board jalan raya yang di letakkan di kiri atas poster. Sign tersebut berbentuk kotak dan terdapat 2 besi penopang berwarna hitam( C: 100,M: 100,Y: 100, K: 100) di sebelah kiri sign tersebut. Sign berwarna hijau ( C: 68,M: 0,Y: 55, K: 0) yang didalamnya terdapat outline kotak dan di dalam outline kotak tersebut terdapat tulisan yang disusun horizontal menumpuk tentang tempat-tempat pariwisata di Jogjakarta yaitu Malioboro, parangtritis, kaliurang, keraton, gembiraloka. Tulisan tersebut berwarna putih dan menggunakan font Arial black ( capital ) yang ukurannya kurang lebih 20 pt. Di samping tulisan tempat –tempat pariwisata tersebut terdapat tanda panah ke atas dengan warna putih dan berukuran sama seperti tinggi tulisan yang ada di samping kirinya.

Pada bagian bawah atau tepatnya setengah dari panjang poster adalah gambar bus yang hanya terlihat setengah bagian atasnya. Bus tersebut dominant warna putih dan hijau ( C: 40,M: 0,Y: 100, K: 0) . Warna putih terdapat di kiri bus. Terdapat pula 2 garis hijau miring dan warna blok hijau pada bagia kanan bus tersebut. Kaca bus di beri outline hitam yang di dalamnya terdapat tulisan Jogja Aman di Kunjungi dan tulisan pariwisata. Tulisan pariwisata di tulisa menggunakan huruf capital yang terdapat di kaca bagian tengah atas dan terdapat warna blok kuning ( C: 0,M: 0,Y: 100, K: 0) persegi panjang yang besarnya lebih besar dari pada tulisan pariwisata. Tulisan pariwisata berwarna hitam dengan menggunakan font Arial Black. Tulisan jogja sudah aman berwarna hijau ( C: 40,M: 0,Y: 100, K: 0) yang terletak di tengah-tengah kaca dengan menggunakan font Baby Kruffy. Back ground tulisan Jogja aman di kunjungi yaitu sebuah sulur dari kanan bawah ke kiri atas yang mengecil dan kupu – kupu yang jumlahnya 9 dengan ukuran berbeda beda yang mengarah dari kiri bawah ke kanan atas. Sulur dan kupu-kupu tersebut berwarna kuning ( C:0 ,M: 0,Y: 100, K: 0). Di atas kaca yaitu di sebelah kiri atas bus terdapat 12 lingkaran kuning dari kiri ke kanan semakin kecil yang panjangnya hanya setengah dari lebar bus tersebut. Di bawah kaca atau di bagian tengah belakang bus terdapat tulusan Sumber Kencono berwarna kuning menggunakan font Addshade yang di buat capital dan italic. Bagian atas bus terdapat dua tumpuk spoiler besar dan kecil di tengah atas yang berbentuk oval.Spoiler berwarna hitam di bawah memanjang dan di atasnya 4 buah yang lebarnya sepertiga di tengah lubang yang panjang.

D. Analisis

Dalam poster ini warna – warna yang di gunakan lebih banyak menggunakan warna warna harmonis dan cerah. Warna warna tersebut meliputi warna biru muda,putih,hijau dan hitam sebagai warna pengikatnya. Warna biru dan awan putih pada background digunakan untuk melambangkan warna langit yang cerah. Sign board yang berwarna hijau digunakan karena untuk menvisualisasikan signboard yang ada di Indonesia kebanyakan. Di dalam signboard tersebut menunjukan tempat tempat pariwisata di jogjakarta. Terdapat pula visualisasi bus pariwisata yang hanya terlihat setengah bagian atas. Bus tersebus mempunyai warna hijau, putih dan sedikit warna kuning. Warna warna tersebut digunakan untuk melambangkan warna kedaerahan khususnya Jogajakarta. Pada kaca belakang bus tersebut terdapat tulisan Jogja aman dikunjungi, Tulisan tersebut adalah headline dari poster tersebut. Dengan huruf capital dan warna hijau untuk melambangkan warna warna keraton yang sangat terkesan jogja. Huruf capital digunakan untuk lebih menegaskan kalimat tersebut. Pemilihan font Baby kruffy membuat font tersebut jelas dan tegas namun tidak terlihat kaku, melainkan mengesankan keceriaan. Di dalam kaca tersebut juga terdapat tulisan pariwisata dengan warna hitam dam background kotak berwarna kuning. Hal tersebut di gunakan untuk menjelaskan bahwa bus tersebut adalah bus pariwisata. Terdapat pula nama bus di bagian bawah kaca yaitu Sumber kencono yang di tulis dengan huruf capital dan miring berwarna kuning. Huruf capital dan miring digunakan untuk lebih menegaskan tulisan dan miring untuk mengesankan kecepatan. Bus, signboard, dan visualisasi langit yang cerah sangat berhubungan. Bus pariwisata tersebut mengesankan menuju ke tempat tempat pariwisata di Jogja dan jogja terlihat mempunyai angit cerah. Hal tersebut juga di kuatkan dengan tulisan Jogja aman untuk di kunjungi.
Secara keseluruhan poster tersebut sudah baik, namun tetap ada beberapa kekurangan. Poster ini kurang dapat untuk cepat di mengerti. Visualisasi bus yang hanya setengah badan membuatnya kurang dapat di mengerti. Pelambangan untuk jogja hanya ada pada signboard dan tidak ada elemen lain yang lebih. Keterbacaan dan penyajian memang sudah cukup menarik, namun tetap harus ada perbaikan mengenai beberapa visualisasi yang tidak bisa cepat dimengerti.

E. Kesimpulan

Pada kesempatan ini saya melakukan kritik pada poster yang bertemakan “ Jogja sudah aman” karya dari Galang Rais. Secara keseluruhan memang poster ini baik, mulai dari unsur keterbacaannya hingga visualisasinya dengan menggunakan warna warna harmonis membuat poster ini enak dilihat. Poster ini juga terkesan simple dan membuat orang yang melihat tidak membosankan. Namun tetap adanya kekurangan pada poster ini. Kekurangan poster ini yaitu pada visualisasinya yang kurang dapat untuk cepat dimengerti. Kekurangan tersebut yaitu pada visualisasi bus pariwisata yang hanya terlihat setengah bagian. Sekilas visualisasi tersebut kurang bisa di tangkap bahwa itu adalah bus. Ada baiknya jika visualisasi bus dibuat prespektif atau bus terlihat penuh. Kekurangan lainnya yaitu pada visualisasi jogja hanya di lambangkan melalui tulisan tulisan yang ada pada sign board, ada baiknya jika lebih menggunakan elemen elemen yang bersifat khas Jogja seperti lampu kotanya ataupun hal lainnya.

NAMA KELOMPOK : CHRISTIANUS TUAH SARAGIH 091 1960 024
FAHMI AKBAR 081 1707 024

OBJEK VISUAL
Iklan ini adalah iklan poster dengan tema “ JOGJA AMAN DIKUNJUNGI” yang dibuat oleh Fahmi Akbar, mahasiswa Desain komunikasi visual ISI YOGYAKARTA.
Iklan ini dibuat dengan format digital dan memiliki ukuran 2019 x 1414 pixel.

DESKRIPSI ASPEK VISUAL
1. Objek utama yang ada di poster ini adalah objek manusia yang digambarkan secara kartunal mengenakan pakaian khas kejawen dan blangkon dengan ekspresi sedang tersenyum lebar serta gestur tubuh dimana tangan kanan dijulurkan kedepan sementara tangan kiri ditekuk dengan siku mengarah keluar.
2. Disebelah kanan objek kartun tersebut terdapat visualisasi lampu khas Yogyakarta yang dibuat melengkung dengan warna abu-abu pucat.
3. Dibelakang karakter kartun tersebut terdapat garis-garis lancip berjumlah 15 yang disusun membulat dengan sudut yang runcing mengarah keluar sehingga tampak seperti pancaran sinar, warna yang digunakan adalah abu-abu hanya intensitas value-nya dibuat lebih pekat dibandingkan warna abu-abu pada lampu jalan.
4. Dibagian pinggang ke bawah karakter terdapat suatu bidang yang berwarna putih, dengan bentuk yang melengkung pada sisi terluarnya dan menggunakan outline berwarna kuning oranye. Didalam bidang ini terdapat teks yang bertuliskan “ Monggo ke JOGJA LEBIH AMAN”. Keseluruhan teks ini menggunakan perpaduan huruf uppercase dan lowercase. Kalimat “ Monggo ke” menggunakan huruf lowercase dimana huruf “M” tetap menggunakan uppercase dan menggunakan warna coklat. Pada kata “JOGJA” huruf yang digunakan merupakan huruf uppercase dengan warna hijau dengan penambahan efek bayangan (shadow) yang ditaruh di masing-masing huruf sehingga membentuk kesan tiga dimensi.
5. Pada sisi sebelah kiri atas terdapat bidang persegi yang dibuat menyerupai potongan rol film kamera berwarna hijau dengan penambahan titik-titik putih yang terletak diatas teks “ JOGJA Aman”. Teks JOGJA dalam bidang tersebut menggunakan huruf serif condensed dengan penambahan lampu taman pada huruf “J” yang kedua serta menggunakan warna kuning oranye. Pada kata “Aman” visualisasi yang digunakan menggunakan teknik tulisan tangan (handwriting) dimana huruf “A” ditulis secara uppercase sedangkan sisanya lowercase serta menggunakan warna dasar putih.
6. Warna yang menjadi warna dasar bagi poster ini adalah warna abu-abu.
7. Pada visualisasi objek pria kartun yang mengenakan pakaian khas kejawen terdapat kancing yang berwarna coklat berjumlah 4 buah serta garis vertikal sejumlah 6 buah dengan warna coklat.

ANALISIS ASPEK VISUAL
1. Poster ini menggunakan pendekatan kartunal yang jika memakai pendekatan realis ditakutkan akan menimbulkan respon negatif dari pihak yang mungkin merasa disindir. Dengan menggunakan pendekatan kartunal dimana obyek dideformasi sedemikian rupa bisa meminimalisir efek kesalahpahaman tersebut, karena obyek kartun lebih bersifat universal, sehingga bisa diterima oleh sebagian besar masyarakat.
2. Penggunaan pakaian tradisional kejawen dan blangkon oleh karakter kartun melambangkan ciri khas dari masyarakat Yogyakarta yang identik dengan sifat ramah dan keterbukaan dalam menerima orang lain yang secara budaya berbeda dari mereka.
3. Visualisasi lampu taman merupakan salah satu landmark dari kota Yogyakarta yang sudah tidak asing lagi dikalangan wisatawan.
4. Warna abu-abu yang menjadi warna dominan dalam poster ini melambangkan sikap rendah hati, kesedihan, netral dan dingin. Dalam kaitannya dengan kota Yogyakarta, warna abu-abu merupkan warna dari awan vulkanik erupsi gunung Merapi yang baru-baru ini menelan ratusan korban jiwa dan merusak sebagian besar infrastruktur kota Yogyakarta terutama sektor pariwisata.
5. Dibelakang objek kartun ditaruh pancaran radiasi sepertinya merupakan visualisasi perasaan bahagia masyarakat yang berhasil melewati bencana yang melanda wilayah mereka. Hanya saja penggunaan warna abu-abu sebagai warna dasar kurang tepat karena malah menimbulkan kesan duka.
6. Pada sisi kiri atas, dimana terdapat bidang kotak berbentuk seperti potongan film kamera berwarna hijau. Didalamnya terdapat kalimat “JOGJA Aman” dengan warna kuning oranye dan putih. Makna dari simbol ini merupakan rekaman visual kota Yogyakarta pascabencana yang berangsur-angsur pulih. Warna kuning oranye pada kata “JOGJA” melambangkan semangat masyarakat yang segera bangkit dari keterpurukan. Pada kata “Aman” yang menggunakan warna dasar putih, putih melambangkan kebaruan. Dalam kaitannya dengan poster ini mengatakan bahwa mental masyarakat sudah kembali seperti semula, menjadi baru, tidak terpengaruh dengan trauma pasca bencana. Selain itu, visualisasi yang menggunakan teknik tulisan tangan yang ekspresif melambangkan energi positif .
7. Pada bidang ornamental yang terdapat dibawah objek kartun memiliki warna dasar putih ditambah dengan outline kuning oranye merupakan visualisasi dari bentuk ornamen khas Jawa yang oleh sang desainer telah direkayasa sedemikian rupa sehingga menjadi terlihat lebih “kekinian”.

Warna dasar putih digunakan untuk melambangkan kota Yogyakarta yang membuka lembaran baru kehidupan yang “putih”, tidak terpengaruh dengan kejadian sebelumnya.

Outline kuning yang digunakan berfungsi untuk membatasi bidang putih dengan bidang abu-abu yang menjadi warna dasar poster ini. Maksudnya adalah garis outline menghapus kenangan masa lalu yang dilambangkan dengan warna abu-abu dari lembaran kehidupan baru masyarakat Yogyakarta yang dilambangkan dengan warna putih. Selain itu filosofi garis kuning oranye yang lebih tipis bermakna adanya secercah harapan baru.

8. Berikutnya pada headline “ Monggo ke JOGJA LEBIH AMAN”. Disini tampak ada permainan ukuran huruf dan warna pada kata “Monggo ke”, huruf “M” menggunakan uppercase, sedangkan “onggo ke” menggunakan lowercase.

Pada kata “JOGJA” huruf yang digunakan adalah huruf uppercase san serif yang dimodifikasi, menggunakan warna dasar hijau dan penambahan efek bayangan (shadow) dibelakang masing-masing huruf mmberikan efek 3 dimensi. Pada kata ini juga ada kreativitas dalam memainkan ornamen dimana huruf “J” kedua dari kata “JOGJA” pada bagian ascendernya diperpanjang dan dibuat melengkung hingga ujung terakhirnya membentuk suatu gulungan ke dalam. Pesan dari makna simbolis ini sepertinya mengatakan bahwa kota Yogyakarta masih ada dan tidak takluk dengan bencana yang baru saja melanda tampak dari pemberian efek bayangan pada masing-masing huruf yang memberikan efek 3 dimensi. Efek 3 dimensi sendiri adalah efek yang memberikan ilusi bahwa sesuatu itu benar-benar ada, memiliki kepadatan, dan bisa disentuh. Selain itu, bentuk lengkung yang dinamis pada huruf ”J” memiliki arti kota Yogyakarta masih merupkan kota yang indah sesuai dengan makna lekukan garis lengkung yang bermakna keindahan.

KESIMPULAN
Ditinjau dari segi visual iklan ini memiliki visual yang menarik terutama dengan pemanfaatan obyek kartun yang digambarkan secara ceria. Hal ini mungkin dimaksudkan untuk menarik lebih banyak wisatawan untuk berkunjung ke kota Jogja bersama keluarga mereka.

Ada beberapa poin penting yang menjadi perhatian di poster ini:
1. Penggunaan warna abu-abu
Penggunaan warna abu-abu sebagai warna dasar poster ini bertentangan dengan isi pesan yang ingin disampaikan. Seperi yang kita ketahui, warna abu-abu melambangkan kedukaan, sedangkan poster ini berisi ajakan untuk datang ke kota Jogja ditambah lagi dengan adanya karikatur manusia sebagai simbol masyarakat yang akan menyambut para wisatawan dengan penuh sukacita.

2. Inkonsistensi dalam penggunaan huruf
Hal ini tampak pada huruf yang digunakan dalam headline “monggo ke Jogja lebih aman”. Pada kata “monggo ke” menggunakan huruf lowercase, sedangkan pada kata “JOGJA” dan “lebih aman” menggunakan huruf uppercase. Hal ini tentu saja menganggu tampilan estetis dari poster ini.

3. Pada obyek manusia utama, di pakaian yang dikenakan terdapat garis-garis vertikal yang sama sekali tidak mengikuti kontur tubuh dari obyek itu sendiri sehingga menjadi terkesan dipaksakan. Selain itu, blangkon yang dikenakan juga tidak menampakkan bentuk blangkon yang sesungguhnya, begitu juga dengan penempatannya yang juga tidak dikepala objek tersebut

4. Warna dari pancaran sinar yang terdapat di belakang maskot poster tersebut menggunakan warna abu-abu, hal ini bertentangan dengan pesan poster yang bernada ceria. Dengan menggunakan warna abu-abu memeberi kesan dibalik senyum lebar sang maskot masih terdapat rasa duka yang belum hilang.

Dari segi visualisasi poster ini tampak bahwa isi pesan yang ingin disampaikan oleh sang desainer pembuatnya tidak memiliki korelasi dengan warna yang digunakan sebagai warna dasar dari poster ini. Isi pesan yang bernada ceria, penuh sukacita menjadi tidak kuat karena penggunaan warna abu-abu yang lebih identik dengan suasana duka. Hal ini sebenarnya bias dihindari apabila warna yang digunakan memakai warna cerah.

Selain itu, tampilan anatomis dari obyek orang yang memakai pakaian khas kejawen beserta blangkon di poster tersebut tidak begitu tepat. Hal ini bisa dilihat dari blangkon yang melekat di kepalanya tidak mencerminkan blangkon sesungguhnya. Begitu juga dengan garis-garis vertikal yang terdapat di pakaian sebaiknya mengikuti kontur tubuh dari obyek tersebut.

Berikutnya warna dasar dari pancaran sinar di belakang obyek tersebut sebaiknya diganti dengan warna yang cerah sehingga sesuai dengan isi pesan poster tersebut.

Kelompok : Krenawan B. Argo

Langkah–langkah Kritik DKV dalam Poster Merapi sebagai berikut ;

A. Melihat

B. Mengamati
1. Headline “ JOGJA TETAP AMAN! “ menggunakan efek shadow dan lingkaran-lingkaran kecil dengan warna putih.
2. Sebuah pintu dengan corak atau gambar batik parang rusak.
3. Pemandangan taman yang masih hijau yang terletak pada ruang pintu bagian dalam
4. Sub Headline “monggo dolan-dolan nang jogja”
5. Background hamparan tanah berwarna coklat dengan langit yang masih berawan

C. Deskripsi
1. Headline “JOGJA TETAP AMAN!“. Dalam penulisan kalimat ini menggunakan jenis font kimberly dengan huruf capital dan warna tipografi yang digunakan dalam headline ini adalah warna putih. Pada penulisan kalimat ini digunakan efek shadow yang melingkari tulisan dengan lingkaran putih disekelilingnya.

2. Sebuah pintu dengan corak atau gambar batik parang rusak yang terletak ditengah bidang poster dengan posisi pintu membuka dan terdapat bayangan pintu.

3. Taman atau padang rumput yang masih hijau dengan satu buah pohon didalamnya yang terletak didalam pintu bagian dalam.

4. Sub headline “monggo dolan-dolan nang jogja”. Jenis font yang digunakan dalam kalimat ini adalah font matura mt script dengan menggunakan warna hitam dalam penulisannya.

5. Background hamparan tanah yang berwarna coklat dengan langit yang masih berawan.

D. Interpertasi

1. Headline “JOGJA TETAP AMAN!“ merupakan kalimat perintah dimana pesan yang ingin disampaikannya adalah bahwa jogja tetap aman untuk dikunjungi sehingga tidak perlu takut untuk datang ke jogja. Hal yang menyebabkan adanya kalimat atau slogan-slogan yang berada diruas-ruas jalan tentang jogja aman untuk dikunjungi karena meletusnya gunung merapi yang berlarut-larut dimana semakin hari semakin besar saja letusan yang dihasilkan dan yang paling memprihatinkan adalah banyak jatuhnya korban yang meninggal dalam kejadian ini. Karena situasi yang mulai kondusif dan sudah diturunkannya status gunung merapi ini diperlukan adanya publikasi yang menyampaikan pesan bahwa jogja tetap aman atau jogja sudah aman maka dari itulah slogan-slogan atau tayangan iklan televise menjadi sarana yang digunakannya.
Dalam headline ini font yang digunakan adalah font kimberly dan warna yang digunakan adalah warna putih. Dalam penulisan kalimat diikuti pula dengan efek shadow putih dengan lingkaran-lingkaran putih yang mengelilingi kalimat tersebut. Pemberian efek tersebut mungkin dimaksudkan untuk memberikan kesan sebagai bintang dimana bintang mempunyai makna harapan dengan cahaya yang berkilau dan bisa juga untuk memberikan kesan dimalam hari ataupun keabadian.

2. Sebuah pintu dengan corak atau gambar batik parang rusak, digunakannya batik sebagai corak pintu mungkin dikarenakan untuk lebih menunjukan ciri atau untuk mewakili dari sekian banyaknya khas ataupun budaya yang ada di Yogyakarta. Digunakannya gambar pintu dengan posisi pintu terbuka mempunyai makna tersendiri dimana pintu terbuka dijadikan kiasan dari kalimat mari kita datang ke jogja atau selamat datang di Jogja. Sedangkan bayangan pintu untuk lebih mengesankan bahwa gambar ini seolah-olah hidup.

3. Taman atau padang rumput yang masih hijau dengan satu buah pohon didalamnya yang terletak didalam pintu bagian dalam. Adanya taman atau padang rumput yang masih hijau dengan satu buah pohon adalah untuk menyampaikan pesan kepada audience, bahwa walaupun jogja sedang terkena bencana alam yang berupa meletusnya gunung merapi jogja tetap nyaman dan masih asri sehingga kita tidak perlu takut untuk datang ataupun untuk melihat pemandangan yang ada di Yogyakarta.

4. Sub headline “monggo dolan-dolan nang jogja”. Kalimat ajakan dalam poster ini menggunakan kalimat bahasa jawa, digunakannya bahasa jawa untuk lebih menunjukan kepada khalayak bahwa poster ini milik jogja atau untuk jogja. Tetapi tulisan nang jogja disini salah dalam penulisan ejaan jawanya dan seharusnya neng jogja. Semua itu bertujuan untuk memulihkan citra jogja kepada khalayak bahwa jogja tetap aman untuk dikunjungi karena dengan adanya bencana alam yang terjadi beberapa bulan lalu berupa meletusnya gunung merapi sempat memunculkan citra kalau jogja merupakan kota bencana karena sering terjadinya bencana alam. Jenis font yang digunakan dalam kalimat ini adalah font matura mt script dengan menggunakan warna hitam dalam penulisannya. Digunakan atau dipilihnya font ini dikarenakan karakter bentuk yang sesuai dengan karakter Yogyakarta.

5. Background hamparan tanah yang berwarna coklat dengan langit yang masih berawan. Hal ini untuk menunjukkan kepada khalayak bahwa ini merupakan material yang dikeluarkan dari adanya letusan gunung merapi tetapi semua itu tidak divisualkan dengan kejadian yang sebenarnya melainkan divisualkan dengan hamparan tanah pantai yang berwarna coklat. Alasan tidak memvisualkan kejadian yang sebenarnya untuk melindungi mental atau sikis khalayak supaya tidak terlalu takut dengan kejadian bencana alam karena bencana alam bisa terjadi dimana saja dan tidak seorangpun bisa mengetahui kapan bencana alam itu terjadi. Dan langit yang masih berawan disini untuk menggambarkan suasana yang dimaksud suasana dalam hal ini adalah jogja sudah siap menyambut hari yang cerah dan sudah melewati masa-masa yang sulit dimana hari yang cerah divisualkan dengan langit biru yang masih berawan.

E. Evaluasi

1. Kesimpulan
Pada poster merapi ini dalam penyampaian pesan kepada audience dapat diterima atau dipahami dengan cepat oleh audience yang dikarenakan tampilan atau visual desain yang cukup sederhana sehingga orang pun tidak terlalu kesulitan dalam memahami isi poster merapi ini. Tetapi identitas jogja dalam poster ini kurang begitu kuat karena jogja dalam poster ini divisualkan dengan motif batik parang rusak tetapi itu sedikit tertutupi dengan adanya kalimat jogja didalam poster tersebut. Sedangkan penggunaan background dalam poster merapi menurut saya sudah tepat walaupun cuma memvisualkan hamparan tanah dan langit biru yang masih berawan. Pada intinya poster ini sudah cukup bagus walaupun ada sedikit kekurangan yang sudah dijelaskan diatas.

2. Solusi
Dalam penjelasan diatas, sudah dijelaskan apa saja yang menjadi kelemahan dan kelebihan yang ada dalam poster merapi tersebut. Kelemahan yang paling terlihat kurang kuatnya ciri khas jogja yang ditampilkan dalam poster dimana dalam poster tersebut batik merupakan visual yang dijadikan untuk mewakili jogja apa lagi batik disini tidak begitu jelas dan hanya samar-samar. Untuk menguatkan ciri khas jogja bisa menggunakan gambar tugu jogja atau tokoh orang yang menggunakan busana khas jogja sehingga ciri khas jogja dalam poster tersebut sangat jelas sehingga orang pun akan cepat menerima isi pesan didalamnya.

Nama: FITRI dan ISNA

PENGAMATAN POSTER KARYA FITRIA DARMAYANTI DKV NR.A (081 1674 024)

DESKRIPSI
Dalam desain poster “ YOGYAKARTA TERSENYUM KEMBALI ” tersebut berukuran 21 x 29,7 cm. Dan didesain dengan background berwarna coklat kekuningan dengan sebuah ilustrasi seorang ibu paruh baya yang berusia sekitar 40 tahun, yang sedang membatik. Dimana disebelah kanan ibu itu terdapat sebuah angklo yang diatasnya terdapat sebuah wajan kecil. Sedangkan disebelah kiri ibu tersebut terdapat sebuah ilustrasi dari tugu Jogja yang dibuat siluet. Lalu terdapat pula teks “ YOGYAKARTA TERSENYUM KEMBALI ” yang berada disebelah kanan dari ilustrasi tugu tersebut. Di dalam kain yang sedang dibatik tersebut juga terdapat sebuah teks “ Jangan ragu untuk ke Jogja”. Dibagian bawah pada background tersebut kurang lebih 3cm dari bawah terdapat sebuah background berwarna hitam yang hanya terdapat diarea ibu itu membatik.

Kemudian ilustrasi Tugu yang dibuat siluet tersebut berwarna coklat tua, dengan ujung tugu tersebut tidak runcing tetapi tumpul. Dengan bagian atas atau bagian bawah setelah ujung tugu tersebut memiliki 5 tingkatan, kemudian melebar kebawah dengan kemiringan kurang lebih 10 derajat, setelah itu terdapat 4 tingkatan lagi dimana tingkatan ke-2 mengerucut kebawah, lalu tingkatan ke-3 melebar lagi, dan tingkatan ke-4 tegak lurus kebawah kemudian melebar membentuk 3 tingkatan, lalu tegak lurus lagi dan melebar membentuk 2 tingkatan.

Lalu ilustrasi seor ang ibu paruh baya tersebut, terlihat sedang duduk di atas dingklik dengan menghadap kearah kain yang sedang ia batik. Ibu tersebut berkulit kuning langsat, beranbut hitam dan bersanggul. Dengan rambut bagian samping kanan terurai sedikit sampai di depan telingaibu tersebut, dengan mata yang sudah keriput dengan 3 garis yang terdapat di sebelah mata bagian kanan. Dan alis mata yang berwarna hitam, bibir berwarna merah, dan terdapat sebuah garis dipipi bagian kanan yaitu dari bawah hidung sampai ke bawah bibir. Ibu tersebut memakai baju berwarna merah dan baju tersebut terurai sampai dipantat dan paha atas pada kaki kanan. Dengan sebuah bawahan coklat susu dengan pada bagian kaki kanan sedikit terurai kebelakang menutupi dingklik pada bagian samping kanan atas, serta terurai kedepan kiri menutupi kain yang akan dibatik.

Kemudian canting yang digunakan berwarna abu-abu dibagian pegangannya dan warna coklat muda dibagian tempat malam cairnya. Dimana bagian pegangannya tertupi oleh jari telunjuk dan hanya bagian belakang pegangan canting tersebut yang terlihat sedikit. Sedangkan bagian tempat malamnya berbentuk trapesium yang terbalik ke atas dengan runcingan tang berbentuk silinder. Sedangkan dingklik yang diduduki ibu tersebut berwarna coklat muda. Dingkik yang diduduki ibu itu berbentuk persegi dengan bagian bawah atau kaki dingklik tersebut berjumlah 2 buah dengan benruk persegi. Bagian tengah dingklik tersebut terdapat sebuah setiga dengan sudut kurang lebih 30 derajat. Dingklik tersebut memiliki panjang kurang lebih 1,5cm dan lebar kurang lebih 1,2cm. Dengan ketebalan papan yang untuk diduduki kurang lebih 0,5cm dan ketebalan papan untuk kaki dingklik kurang lebih 0,3cm.

Kain yang sedang dibatik berwarna putih dengan motif kawung yang beroutline hitam, sedangkanwarna motifnya sendiri adalah warna dari kain tersebut. Motif batik tersebut hanya berada dibagian bawah kain saja yang diletakan menyerong kekanan bawah, dengan kemiringan kurang lebih 160 derajat. Motif batik tersebut terlihat ada 4 baris, dimana baris ke-1 terlihat pada bagian kanannya sedikit terpotong. Sedangkan baris ke-2 dan ke-3 pada bagian kirinya terlihat juga terpotong. Dan pada baris ke-4 hampir semua bagiannya terpotong, dimana semakin kekiri semakin tidak terlihat motif batiknya. Sedangkan bagian atas kain tersebut tidak terdapat motif batiknya tetapi terdapat sebuah teks berwarna hitam yang ditulis dengan kemiringan kurang lebih 100 derajat.

Lalu, bagian angklonya berwarna coklat kemerahan dengan menghadap kearah kurang lebih 220 derajat. Dan badan angklo tersebut menutupu kanan si ibu. Pada bagian atas angklo tersebut terdapat sebuah wajan kecil yang diletakan denga kemiringan kurang lebih 130 derajat. Wajan tersebut pada bagian luarnya berwarna abu-abu gelap dan bagian dalamnya berwarna abu-abu terang.
Kemudian terdapat pula gawangan tempat merentangkan kain yang hendak diberi motif. Gawangan tersebut berwarna coklat muda beroutline hitam. Gawangan terseut berbentuk silinder. Pada ilustrasi tersebut juga terlihat ada sebuah bidang tak beraturan yang berwarna hitam yang hanya teradpat disekitar ibu itu membatik.

Karya poster tersebut memiliki dua elemen tipografi yaitu,”YOGYAKARTA TERSENYUM KEMBALI ” dan “ Jangan ragu untuk ke Jogja ”. teks tersebut yaitu “ YOGYAKARTA TERSENYUM KEMBALI ” berada disebelah kanan ilustrasi tugu Jogja yaitu di bagaian kanan tubuh tugu tersebut. Teks tersebut ditulis dengan center text yang berwarna hitam dan beroutline merah. Teks tersebut ditulis dengan uperchase dengan jenis font san serif “ arial black ” dengan ukurang kurang lebih 80 point. Kalimat tersebut terbagi menjadi 3 baris yaitu :
YOGYAKARTA
TERSENYUM
KEMBALI

Sedangkan kalimat “ Jangan ragu untuk ke Jogja” berada pada kain yang sedang dibatik oleh ibu paruh baya tersebut, dimana berada di bawah kalimat “ YOGYAKARTA TERSENYUM KEMBALI ”, serta berada di depan ibu itu yaitu berada dari kening hingga dada ibu tersebut. Teks tersebut ditulis rata kiri atau align text left dengan warna hitam dan jenis font script “ ballpark” dengan ukuran kurang lebih 49 poin. Serta penulisan kata “ JOGJA ” pada teks “ Jangan ragu untuk ke Jogja ” berbeda dengan penulisan kata JOGJA pada teks “ YOGYAKARTA TERSENYUM KEMBALI”.

ANALISIS

INTERPRETASI
Dari ilustrasi yang dipakai oleh desainer tersebut mengartikan bahwa Jogja adalah kota yang hangat hal tersebut juga terlihat dari mayoritas pemilihan warnanya. Ilustrasi tugu Jogja yang berwarna coklat tua yang dibuat siluet mengesankan Jogja itu hangat dan ramah. Penggunaan ilustrasi tugu Jogja untuk mewakili kota Jogja. Dimana tugu menjadi sebuah symbol sebagai pusatnya kota Jogja yaitu berada pada KM. 0.

Sedangkan seorang ibu paruh baya mengartikan bahwa kehangatan seorang ibu dan kenyamanan, ketenangan, dan kedamaian ketika berada didekatnya atau ketika bersamanya. Hal tersebut mengesankan bahwakota Jogja ibarat seorang ibu, dimana ketiak berada di Jogja kenyamanan, ketenangan, dan kedamaian yang akan dirasakan. Dan ilustrasi seorang ibu yang bersanggul dengan kaki yang tidak mengenakan alas kai mengartikan bahwa nilai-nilai tradisional di Jogja masih terjaga. Apalagi ditambah dengan ilustrasi ibu itu sedang membatik dengan menggunakan angklo bukan kompor minyak sehingga memperkuat kota Jogja yang masih menjaga ketradisionalannya.

Dingklik yang digunakan sebagai tempat duduk mengartikan sebuah kesederhanaan. Ibu yang tidak mengenakan alas kaki mengesankan kembali kealam. Jadi Jogja masih menjadi kelestarian alamnya, posisi duduk denagan badan sedikit membungkuk, arah mata yang tertuju pada kain yang dibatik, kepala yang sedikit menunuduk ke depan mengartikan sebuah keseriusan dalam bekerja. Sedangkan baju yang berwarna merah mengartikan sebuah keberanian, semangat dalam menghadapi segala tantangan baik bencana alam maupun menghadapi era globalisasi seperti saat ini. Semangat membangun Jogja yang aman, ramah, dan nyaman lagi meski sering terjadi bencana alam. Warna rok yang digunakan yaitu coklat susu melambangkan sama seperti warna-warna coklat lainnya yaitu kehangatan, keramahan dari kota Jogja.

Ilustrasi sebuah proses membatik yaitu batik tulis mengartikan bahwa kesabaran dalam menghadapi cobaan. Jogja selalu berusaha bangkit kembali dan pantang menyerah membangun Jogja yang aman,nyaman, dan ramah. Kain yang dibatik berwarna putih melambangkan ketulusan, kesucian dan kesetiaan. Hal tersebut mengartikan Jogja setia dan tulus dalam komitmennya dalam mempertahankan kesultanannya/ kerajaannya. Serta ketulusan masyarakatnya dalam mengabdikan dirinya untuk kota Jogja dan rajanya.

Makna batik batik kawung yang digunakan melambangkan kesucian, kesuburan mengartikan bahwa Jogja adalah tanah yang subur. Serta motif batik kawung biasanya dikalangan kerajaan hanya digunakan oleh kaum ningrat atau darah biru serta kaum cendekiawan. Sehingga hal itu mengartikan Jogja sebagai salah satu kota yang juga banyak diminati oleh para pendatang dari kota/propinsi lainnya yang hendak menimba ilmu di Jogja.

Pemilihan karakter dalam penulisan teks “ YOGYAKARTA TERSENYUM KEMBALI “. Diamana teks tersebut digunakan sebagai headline dari poster tersebut dan teks tersebut menggunakan font san serif “arial black ” dimana memiliki kesan tegas, formal,dan kokoh. Dan penulisan teks yang dibuat uperchase dan beroutline merah mengesankan berani dan terkeasan kaku.

Kemudian penulisan teks “ Jangan ragu untuk ke Jogja ” dijadikan sebagai body copy dari poster tersebut. Teks tersebut ditulis menggunakan font script “ ballpark ” yang terkesan seperti tulisan tangan yang ringan, luwes dan terkesan lebih akrab. Apalagi ditambah posisi peletakannya yang ditulis pada ilustrasi kain yang sedang dibatik oleh seorang ibu paruh baya tersebut mengesankan trasional dan keakraban. Warna hitam yang dipilih mengesankan sebuah kematian,mistis, keagungan dan kekuatan. Dimana hal tersebut bertolak belakang dengan warna putih yang terdapat pada ilustrasi kain tersebut. Sedangkan perbedaan penulisan kata JOGJA dan YOGYAKARTA pada kedua teks poster tersebut ingin mengesankan kata JOGJA pada “ Jangan ragu untuk ke Jogja ” agar terkesan lebih akrab.

EVALUASI
Dalam poster “ YOGYAKARTA TERSENYUM KEMBALI ” warna coklat mendominasi poster tersebut. Dimana mencerminkan sebuah kehangatan, kekuatan, dan keramahan. Warna tersebut dirasa cukup untuk mencerminkan Jogja adalah kota yang hangat. Dan warna merah yang berarti berani, semangat, dan pantang menyerah. Warna putih yang melambangkan ketulusan,kesucian, dan kesetiaan juga cukup menampilkan kota Jogja. Ditambah dengan sebuah ilustrasi tugu Jogja dan seorang inu paruh baya yang sedang membatik cukup cukup mewakili cirri khas dari kota Jogja.
Akan tetapi ada beberapa hal yang kurang pas dalam poster tersebut. Yaitu, yaitu pemilihan jenis font arial black yang dibuat uperchase dan beroutline merah. Hal itu kurang pas karena terkesan formal dan kaku apalagi dengan huruf uperchase yang beroutline merah yang mencolok semakin membuat kesan kaku dan kurang menarik. Meskipun pemilihan font arial sering dipilih dalam sebuah poster karena terkesan tegas dan enak dibaca dari jarak jauh. Namun dalam poster yang digunakan untuk menyampaikan sebuah informasi yang mencerminkan keceriaan,keamanan dan kenyamanan kota Jogja. Sehingga hal tersebut dirasa kurang pas.

Kemudian pada bagian penulisan teks “Jangan ragu untuk ke jogja ”. Hal yang kurag pas adalah dari segi warna hitam. Dimana bertolak belakang dalam pemaknaan. pada ilustrasi kain yang berwarna putih. Kemudian background pada bagian bawah yang terdapat pada area seorang ibu paruh baya tersebut membatik berwarna hitam. Desainer mungkin menginginkan hal tersebut sebagi effek bayangan. Akan tetapi ilustrasi lainnya tidak terdapat sebuah bayangan atau adanya arah pencahayaanya tidak ada, sehingga akan menjadi rancu antara bayangan tetapi arah dating sinar tidak ada.

•••

« Previous Article Next Article »

  • Share this!
  • delicious
  • mail
  • tweet this
  • share on facebook
  • Add to Google Bookmarks
  • Add to Yahoo! Buzz

...

© DGI-Indonesia.com | Powered by Wordpress | DGI Logo, DGI's Elements & IGDA Logo by Henricus Kusbiantoro | Web's Framing by Danu Widhyatmoko | Developed by Bloggingly