Desain Grafis Indonesia

Desain Grafis Indonesia

Fostering understanding among Indonesian graphic designers and its juncture in art, design, culture and society

Interior dan Grafis

PENGANTAR
Sebuah paradigma baru tentang cara pandang terhadap sebuah karya desain secara utuh yang tidak terkotak-kotak oleh berbagai disiplin ilmu yang melatarinya kini mulai menggejala. Dunia arsitektur, desain interior, desain produk (industrial design), hingga desain grafis secara nyata telah membuktikan kebersinggungan mereka dengan membuka diri secara utuh pada kolaborasi antar disiplin ilmu ini secara sinergi. Karya-karya indah desain arsitektur, desain interior hingga desain produk yang digabungkan dengan desain grafis telah terbukti memiliki nilai kreatifitas dan nilai keindahan tersendiri, eksklusif dan inovatif.

Uniknya sebuah kolaborasi desain, uniknya sebuah inovasi, berbekal komitmen untuk selalu menjaga lintas keilmuan secara proporsional mampu menghadirkan konsep desain yang unik, inovatif dan useful. As leading innovation, a new dimention in graphic design. Where all the concept come together in one beautiful design…

Erna Nur Eddin
Interdicipline Communication

INTERIOR DAN GRAFIS
Desain interior dan desain grafis merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda secara dimensi, tujuan hingga aplikasinya. Namun, keduanya memiliki satu persamaan tujuan yaitu, seni. Dalam sejarahnya kedua disiplin ilmu itu telah diterapkan secara bersamaan, walaupun secara umum penerapan desain grafis masih berbentuk seni aplikasi yang di terapkan sebagai bagian dari elemen dekoratif dalam sebuah ruang.

Pesatnya kemajuan teknologi akhir-akhir ini dengan fenomena revolusi digital dan dunia maya –internet- telah mengakibatkan meleburnya berbagai disiplin ilmu, seperti desain interior, desain produk (industrial design), desain grafis, fashion hingga fotografi dalam kesatuan yang dinamis. Kolaborasi berbagai disiplin ilmu itu menjadikan setiap karya menjadi lebih variatif. Kemampuan kreatifitas menjadi sebuah “kunci” untuk membuka setiap disiplin ilmu dan menerapkannya menjadi sebuah karya yang tak terduga, penuh surprise dan menjadi sebuah karya yang inovatif.

Kini, banyak sekali desainer interior yang berkolaborasi atau bekerja sendiri menggunakan grafis sebagai elemen utama dalam rancangannya. Sebut saja beberapa proyek komersial dan private karya Philip Starck, seperti beberapa proyek restaurant, atau Fox Hotel di Copenhagen milik grup Volkswagen yang bekerja sama dengan penerbit De Gestalten Verlag untuk menyusun daftar seniman yang diikut sertakan dalam proyek ini.


Silas & Maria
 | Interior & Exteriror Store Graphics

After creating two series of fabric prints based on optical illusions, Silas wanted to incorporate the visual ideas into designs for the interiors and exteriors of their Tokyo, Nagoya and Osaka stores.

The optical prints were developed into these large scale wall pieces that drew reference from hypnotic imagery, the cult film ‘They Live’ and Silas’ anti-fashion ethos.

The exterior graphics used specially designed iconic logos set over optical patterns of lines that use the optical effect to contain hidden messages that encourage free thought. (Step back from your screen and see if you can read them. Honestly.)

The interior graphics were more detailed and complex as they would be seen close up and were made up of patterns of interwoven lines, Silas logos, phrases about perception and images from the seasons look book.

Menggunakan gaya graphical dalam sebuah rancangan memberikan keuntungan tersendiri, dimana komunikasi visual terjadi dengan spontan, menjadikan ruang tersebut “berbicara”. Komunikasi yang terjadi ini secara sadar atau tidak telah menjadikan publik dalam ruang tersebut menjadi terprovokasi, terbawa menyatu antara ruang dan emosi. Selain itu menggunakan elemen iconic juga dapat memberikan sebuah efek lain yang sangat imajinatif bagi publik yang menikmati.

Eko Priharseno
Interior & Product Designer

What is the ‘big (IDEA)’ behind this project? 
Y-System provides an integrated approach to office design combining graphic design, corporate branding, interior design and industrial design. Customising the Y-System’s three components, Y-Station, Y-Box and Y-Case, creates unique and flexible office environments. Y-System also enables the inlay of corporate graphics and colours, to created a branded, cohesive interior on a limited budget that can be transported if relocation is required.

EKO LOVES GRAPHIC
Eko Priharseno, secara pribadi sangat dipengaruhi oleh seni grafis dan secara kebetulan ia sangat menyukai desain grafis yang dipelajarinya secara otodidak, namun minatnya pada desain grafis ini berkembang hingga ia mendesain beberapa buku, membuat ilustrasi hingga logo. Selain mengembangkan bidang usaha, Eko juga telah menerapkan desain grafis kedalam karya interiornya. Penggunaan desain grafis tidak hanya dalam bidang dua dimensi saja, namun telah diterapkan secara tiga dimensi hingga pada bentuk-bentuk iconic, selain itu karakter graphical Eko telah pula diwujudkan dalam bentuk produk-produk interior.

Artikel terkait: Memahami Persinggungan Lintas Disiplin

•••

« Previous Article Next Article »

  • Share this!
  • delicious
  • mail
  • tweet this
  • share on facebook
  • Add to Google Bookmarks
  • Add to Yahoo! Buzz

COMMENTS

  1. Setuju banget :) dunia kerja itu sendiri juga sudah multi-discipline, interdiscipline dan crossdiscipline collaboration, kalo menurut saya.

  2. What a great idea! Nowadays it’s difficult to detach one discipline from another. Graphic design and architecture have long co-exist, yet we haven’t seen enough successful collaboration between the two. Congrats sudah membuka pintu di kalangan Indonesiawan. Y-system is a great idea from both sustainability and design aesthetics!

  3. Dari Deden Maulana, Bandung:

    Sudah lama juga tentang “multidisiplin” pada sebuah media pakai yang berkembang dalam desain, hanya kita saja yang membuat pengkotakan ilmu, padahal seyogianya ilmu itu dapat bermanfaat pada berbagai dalam sendi kehidupan. Maka kemunculan paradigma multidisiplin adalah bagian dari implementasi keprofesian yang harus siap terimplementasikan sebagai bagian dari kemajuan berbudaya.

    Trims, semoga terus lebih berkembang dan menjadi bagian inspirasi bagi yang lainnya.

Add Your Comments

© DGI-Indonesia.com | Powered by Wordpress | DGI Logo, DGI's Elements & IGDA Logo by Henricus Kusbiantoro | Web's Framing by Danu Widhyatmoko | Developed by Bloggingly