Desain Grafis Indonesia

Desain Grafis Indonesia

Fostering understanding among Indonesian graphic designers and its juncture in art, design, culture and society

Iklan Politik dalam Perspektif DeKaVe

Dalam rangka menumbuhkan atmosfer akademik yang kondusif, Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta menyelenggarakan Seminar Akademik pada tanggal 10-11 Desember 2008. Dalam konteks ini, Sumbo Tinarbuko, Dosen Prodi Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Program Pasca Sarjana ISI Yogyakarta diminta menjadi salah satu pemakalah. Berikut ini makalahnya berjudul “Iklan Politik dalam Perspektif DeKaVe”.

sumbo-seminar-isi-1

sumbo-seminar-isi-2

sumbo-seminar-isi-3

sumbo-seminar-isi-4

sumbo-seminar-isi-5

sumbo-seminar-isi-6

sumbo-seminar-isi-7

sumbo-seminar-isi-8

sumbo-seminar-isi-9

sumbo-seminar-isi-10

sumbo-seminar-isi-11

sumbo-seminar-isi-12

sumbo-seminar-isi-13

sumbo-seminar-isi-14

sumbo-seminar-isi-15

sumbo-seminar-isi-16

sumbo-seminar-isi-17

sumbo-seminar-isi-18

sumbo-seminar-isi-19

sumbo-seminar-isi-20

sumbo-seminar-isi-21

sumbo-seminar-isi-22

sumbo-seminar-isi-23

sumbo-seminar-isi-24

sumbo-seminar-isi-25

•••

« Previous Article Next Article »

  • Share this!
  • delicious
  • mail
  • tweet this
  • share on facebook
  • Add to Google Bookmarks
  • Add to Yahoo! Buzz

COMMENTS

  1. wah pak dosen lagi laris manis seminarnya….. hahahaa…

  2. ada yang menarik dalam makalah sumbo, kebetulan saya moderator sesi beliau. dalam makalahnya, sumbo menuliskan adanya ideologi kemasan dalam kampanye/iklan politik (parpol, caleg, capres-cawapres).

    nah, saya membuka perbincangan tentang ideologi kemasan, barangkali dapat menjadi bahan diskusi di ruang ini. yang jelas, setelah saya tanyakan (selaku moderator) di sesi presentasi beliau, sumbo menegaskan agar ideologi kemasan dilihat sebagai kata majemuk. maka dari itu, saya menegaskan kembali bahwa yang dimaksud dengan ideologi kemasan bukan kemasan yang kita coba pahami seperti dalam kerangka marshal mc’luhan (the medium is the message), namun kemasan yang sudah mengalami pengideologisasian. alias, (re)definisi pangertian kemasan atau bisa diartikan praktek kemasan dalam kampanye/iklan politik.

    salam dari jogja
    - koskow -

  3. Pak Sumbo Tinarbuko OK banget riset dan penjelasannya…so simple and to the point…walaupun saya tidak ikut seminarnya…slide ini langsung mengena artinya.

    tapi kok tidak disertakan contoh iklan politik yg baik hasil dari proses mem-branding figur sang calon Caleg …dan cara2 mem-brandingnya ya?…

    Hope next time we’ll see how to branding a Caleg and implement it through visual communication media

  4. […] Pasca Sarjana ISI Yogyakarta diminta menjadi salah satu pemakalah. Berikut ini makalahnya berjudul “Iklan Politik dalam Perspektif DeKaVe” […]

  5. mm.. saya pikir sebagai sebuah kajian semiotika visual atau semiotik sosial, cukup disampaikan pada analisa semiotik dari sejumlah sampling iklan-iklan politik dgn kategori: caleg 2009. Bukanlah wilayah kajian semiotik utk menyatakan persoalan ‘baik’ ataupun ‘buruk’. just my 2 cent.

  6. loh..iklan politik kok bukan analisis semiotik…aneh…..justru pas politik sedang berkembang, kajian semiotik makin menampakkan taringnya…hehehehehehehehhe……

    _____________________________
    lingkaran sosial dan budaya bagai tali tak ada habis…

  7. nih dah dibahas berkali2, tapi masih oke untuk dibahas, narsisme calon pemimpin adalah bukti ketidakmampuan mereka untuk dapat menjadi pemimpin, ni kayak kecenderungan psikologis orang yang biasanya melebih2kan sesuatu berarti di dia memiliki kekurangan yang dia lebih2kan…, lagian mereka jualan produk yang gak beda dengan pesaingnya, maka karena gak mampu “bikin tenar” dirinya melalui jalan panjang, maka jalan pintas pamer foto diri plus embel2 tokoh tenar di sandingkan dengannya seolah2 dia setara dengan tokoh yang di sanding fotonya tadi, sungguh gak pede…., kalo dibranding abis duit berapapun gak bakal jadi, karena produknya (orangnya) gak memiliki kompentensi sebagai pemimpin

  8. pak sumbo, selamat ya, salut d
    sy rasa semua orang jg tau bagaimana situasi kampanye politik di tanah air… buat sy, yg perlu dikaji lebih jauh adalah peran desainer visualnya… memang, disatu sisi ada bentuk pesanan dari sang caleg atau tim suksesnya, namun disisi lain msh terbuka peluang bagi para desainer grafis untuk bereksperimen membantu mengkomunikasikan sang caleg dg karya yg lebih baik… sayangnya, kita mungkin belum punya keberanian lebih untuk ‘break the rules’ di wilayah itu… sy terkesan dg desain2 poster untuk kampanye obama… begitu ekspresif… yg belum sempat, coba cek di http://www.designforobama.com...

  9. pak iwan, maksutnya bukan iklan politik tak layak di analisa dgn semiotik, tetapi bukan porsinya analisa semiotik utk menyatakan sesuatu itu ‘baik’ atau ‘buruk’. Semiotik hanya membongkar tanda-tanda dan mencoba mengungkapkan makna2 disebalik iklan politik itu, karena semiotik hanya pisau analitik dan bukan utk menghakimi baik buruknya ‘pengiklan’. begitu…

    obama dan tim sukses punya kredibilitas tinggi dan mempekerjakan tim komunikasi yg dapat diandalkan. sedangkan partai2 politik kita utk mendesain logo dan bendera partai pun belum rela merogoh kocek utk membayar desainer utk membuat desain tampak bagus, apalagi sampai membangun tim komunikasi yg solid. Otaknya belum nyampe ke sana.

  10. “…maksutnya bukan iklan politik tak layak di analisa dgn semiotik, tetapi bukan porsinya analisa semiotik utk menyatakan sesuatu itu ‘baik’ atau ‘buruk’. Semiotik hanya membongkar tanda-tanda dan mencoba mengungkapkan makna2 disebalik iklan politik itu, karena semiotik hanya pisau analitik dan bukan utk menghakimi baik buruknya ‘pengiklan’…”

    sepakat dengan bung k4rna. soal baik buruk jelasnya menjadi porsi disiplin etika. salam

  11. Pinter politik itu sebenere…butuh Sekolah tinggi-tinggi ga toh?????,

Add Your Comments

© DGI-Indonesia.com | Powered by Wordpress | DGI Logo, DGI's Elements & IGDA Logo by Henricus Kusbiantoro | Web's Framing by Danu Widhyatmoko | Developed by Bloggingly