Desain Grafis Indonesia

Desain Grafis Indonesia

Fostering understanding among Indonesian graphic designers and its juncture in art, design, culture and society

EDUKASiNDUSTRI DKV-Edukasi DKV, Melampaui atau Mengekor Industri? *)

Oleh: Ifa Safira **)

Prolog:
Pertanyaan dasarnya sebenarnya adalah apa tanggung jawab edukasi ?
Dan apa yg dimaksud dengan industri?

Edukasi = Pendidikan, mungkin tepatnya pendidikan tinggi.
Strata mana? D1? D2? D3? D4? S1? S2? S3?

Industri = perusahaan? atau posisi kepegawaian? atau penyerap buruh? atau yang lebih luas kan kebutuhan masyarakat?

Edukasi atau sekolah atau perguruan tinggi ‘menghasilkan’ apa yang dibutuhkan industri atau sebagai sekrup industri atau yg dibutuhkan masyarakat?

Mengekor atau melampaui? sulit dijawab, karena pendidikan didirikan karena ada kebutuhan di masyarakat, tak mungkin melampaui kebutuhan ya?

Mengekor juga bunuh diri, karena kebutuhan tak pernah berhenti berkembang, sedang kurikulum bukan sesuatu yg bisa tiap hari ganti…

Dan kebutuhan pun beragam, primer, sekunder, dan kebutuhan aktualisasi yg bisa visioner… Yang terakhir ini mungkin justru tugas pendidikan “tinggi”.

Di luar itu ada yg dulu sering dibahas dalam pendidikan, melahirkan insan yang berkepribadian kuat dan siap selalu belajar… Sekarang sepertinya kita mulai kebingungan menghadapi resesi tak henti-henti: pokoknya bisa kerja cari nafkahdi kantor… lebih parah, setidaknya ada ”ilusi” bisa kerja. Pendidikan akhirnya mirip BLK, memproduksi buruh.

Padahal “industri kreatif” bukan butuh orang yg melaksanakan pekerjaan, tapi yang membantu meningkatkan kreatifitas dalam menghasilkan karya. industrinya rumahan kek, UKM ato prusahaan global butuhnya sama… itu yg bikin sekolah berbasis kreatifitas gak gampang amat kaliiiiiiii.

ini sih sekedar point ’titipan’ untuk direnungi aja, smoga mangpaat.

Pendidikan DKV di Indonesia, yang (konon) saat ini sedang booming, banyaknya ‘sekolah’ DKV yang didirikan di berbagai kota, sebagai indikasi edukasi DKV ’naik daun’ ; hal ini sebagai cermin edukasi melampaui industri? Atau edukasi memenuhi tuntutan industri? Booming karena kebutuhan industri atau kebutuhan masyarakat? Mari kita pertanyakan keberadaan edukasi DKV dengan pertanyaan ‘melampaui atau mengekor’ industri?

Bila dijawab:
edukasi dkv melampaui industri, apa buktinya? Benarkah demikian?

Atau dijawab:
edukasi dkv mengekor industri, memang kenapa? Apa masalahnya?

Sebenarnya jawabannya apapun, semuanya relatif benar adanya, tergantung konteksnya. Yang lebih penting adalah bagaimana cara kita menyikapi pendapat yang cukup bertentangan ini.

Berikut adalah alasan-alasan yang memperkuat masing-masing jawaban:



ifa-3
ifa-4
ifa-5
ifa-6

Sesungguhnya ilustrasi di atas, menunjukkan fakta yang kita hadapi.

*) Makalah/Artikel untuk temu FDGI, 25 Oktober 2008, Gedung Surya Palace Jaya – Jakarta.
**) Ketua Program Studi Desain Komunikasi Visual ITB

Sumber: FDGI

•••

« Previous Article Next Article »

  • Share this!
  • delicious
  • mail
  • tweet this
  • share on facebook
  • Add to Google Bookmarks
  • Add to Yahoo! Buzz

COMMENTS

  1. Tampaknya cara memandang institusi pendidikan kita masih terkotak dalam pertempuran industri, Mengekor vs Memimpin. Lalu dimana peran pendidikan sebagai pengembang keilmuan bagi masyarakat luas? Bagaimana masyarakat luas mendapat manfaat bagi kehadiran institusi pendidikan? Apakah selama ini hanya industri saja yang mendapat keuntungan? Atau memang demikian adanya tujuan pendirian pendidikan kita? Uhm…

  2. pendidikan itu sendiri merupakan sebuah industri. kita saksikan sendiri betapa banyak institusi pendidikan dan kejuruan membuka jurusan desain, terutama grafis (dkv).

  3. […] Pendapat Ifa bisa dilihat di sini > […]

  4. Mengekor atau melampaui industri? Memang jadinya kejar-kejaran, tetapi apa salahnya kalau kita bisa menyusun kurikulum yang bisa berjalan sejajar dengan industri, artinya kita berani menghilangkan mata kuliah yang tidak perlu atau tidak jelas ikatannya dengan tugas seorang lulusan DKV, dan berikan sks yang lebih banyak untuk pendalaman materi. Itu sih kalau menurut saya…

  5. Desain diciptakan untuk “Berkompromi” dengan industri, karena desain merupakan kepanjangan tangan industri. Baik itu DKV, Interior, Produk maupun Tekstil. Kalau tidak berkompromi disebut Seni/seniman. Jadi sebenarnya sangat jelas posisinya. Desain (DKV) harus bersinergi dengan industri.

  6. Pendapat saya untuk membantu memajukan desain grafis di Indonesia dan melahirkan desainer/seniman yang memiliki cita rasa yang tinggi…harus mulai dari menambah para ahli psikologi dan ahli desain/ ahli seni untuk di tempatkan di Taman Kanak-kanak…dengan tujuan memberikan kesempatan yang “sebebasnya” untuk berkreasi sehingga tumbuh kepercayaan dirinya untuk menstimulus ide-ide hebat mulai dari anak-anak dengan penuh percaya diri. FDGI diharapkan membuat acara-acara untuk kreasi anak-anak sebanyak-banyaknya setiap tahun…salam untuk FDGI.

  7. mungkin seorang designer grafis harus banyak mengkhayal dan untuk mewujudkannya harus berani melakukan apa yang ada di dalam kepalanya karna jika hasil karya tidak didasari oleh keberanian orang tersebut tidak akan ada hasilnya.. terus bagaimana dengan pekerja seni yang harus mengikuti maunya si klien ya…. kasihan juga kadang jadi designer grafis itu… jika memang harus seperti itu….

  8. COBA CERMATI TERLEBIH DAHULU DUA JALUR PENDIDIKAN TINGGI ANTARA JENJANG ILMU PENGETAHUAN S1 - S2 - S3 DAN
    PROFESIONAL D1 - D 2 - D3 - D4 - SP1 - SP 2

    PERSIAPANNYA ?
    KEWAJIBANNYA ?
    TUGASNYA ?
    OUTPUTNYA KEMANA ?
    TANGGUNGJAWABNYA ?

    Trims

Add Your Comments

© DGI-Indonesia.com | Powered by Wordpress | DGI Logo, DGI's Elements & IGDA Logo by Henricus Kusbiantoro | Web's Framing by Danu Widhyatmoko | Developed by Bloggingly